Handsome Stranger

Start from the beginning
                                    

"Enza!" ucapnya lembut.

Ketika aku mendengarnya menyebut namaku, entah mengapa keraguan itu mulai lenyap dari pikiran. Siapa pun jasad asing ini, jiwanya adalah Geral. Dan tidak ada yang bisa melafalkan namaku dengan cara seindah itu. Aku memejamkan mata. Tidak kuasa lagi menolak manis bibirnya yang menggoda. Bibir cowok ini masih terasa asing, tapi aku mengenal caranya menciumku. Ini ciuman Geral. Tanpa berpikir panjang aku membalas ciumannya. Membenamkan bibirku lebih dalam. Hatiku membuncah saat sensasi manis itu memenuhi mulutku. Aku merindukannya, benar-benar menginginkannya. Jemariku menelusuri rambut-rambut di belakang kepalanya. Aku melingkarkan lengan di leher pemuda itu. Sejujurnya, aku tidak ingin melepaskannya.

Namun, pemuda yang kucium ini bukanlah Geral. Apa yang akan dipikirkan pemuda itu kalau tahu jika ada orang asing yang kini memeluk dan menciuminya? Lalu, bagaimana denganku yang menciumi pemuda asing ini? Apakah aku termasuk perempuan enggak bener?

Aku membuka mata. Benar-benar mendadak kaget dan tersentak hingga tanpa pikir panjang aku menarik diri. Sial, aku bahkan tidak memikirkannya tadi. Entah mengapa sekarang terpikirkan dan rasa bersalah mendadak muncul begitu saja tanpa bisa kubendung. Kesadaran dan rasa bersalah kembali mengganggu. Rasanya aku berselingkuh dengan orang lain dalam satu tubuh.

Hal yang membuatku makin merasa bersalah adalah aku masih bisa merasakan sensasi ciuman itu. Aftertaste yang muncul, aku sama sekali tidak membencinya. Lalu, hal yang membuatku ingin mengutuk diri sendiri adalah ternyata aku menikmatinya. Sungguh, apa yang terjadi padaku?

Tanganku mengepal erat. Pada akhirnya, aku hanya bisa membenci diriku sendiri yang seperti ini. Aku menarik napas pelan saat rasa malu mulai memenuhi pikiran.

"Za?"

"Hmm." Aku hanya menyahut dengan gumaman.

"Ada apa?" Geral mengerutkan kening dalam-dalam. Ekspresinya menyiratkan keheranan.

"Bukan apa-apa?"

"Kalau bukan apa-apa, kenapa mendadak berhenti?"

Aku berdeham pelan. "Aku masih canggung."

"Karena aku terasa asing?"

Kali ini aku mengangguk, kurasa akan lebih baik kalau jujur saja. "Tapi, jangan khawatir. Kita masih punya banyak waktu, kita bisa pelan-pelan. Nanti lama-lama kita juga akan terbiasa."

"Aku mengerti."

"Enggak apa-apa?"

Geral menggangguk di atas pangkuanku dan tersenyum lembut. "Kamu tahu kalau aku enggak pernah marah sama kamu, kan?"

"Iya sih."

"Jadi, jangan dipikirkan lagi, ya!" hiburnya.

"Makasih. Kamu mau tidur sekarang?" tanyaku setelah melihat Geral menguap.

"Iya, aku ngantuk coba?"

"Ya, enggak apa-apa. Tidur saja!"

"Oke."

"Tutup matanya!"

"Kamu tutup mataku!" katanya sembari menarik tanganku dan menaruhnya di atas matanya. "Biar aku bisa tidur."

"Oke."

Setelah Geral menutup mata, aku mengusap rambutnya lagi. Saat mengusap rambut lembutnya, pikiranku kembali melayang. Aku sungguh merindukannya dan tidak ada yang kuinginkan lebih dari pemuda itu. Namun, saat Geral kembali dengan sosok yang sama sekali berbeda, ternyata aku jadi tidak tahu bagaimana harus bersikap.

Aku ingin memperlakukannya seperti Geral. Sialnya, saat aku melihatnya aku sadar kalau tubuh itu milik orang lain. Hatiku memaksa untuk tetap tidak peduli, tapi kepalaku mengatakan kalau aku benar-benar tidak berhak atas tubuh pemuda asing itu. Meskipun Geral ada di dalam tubuh itu sekarang. Tetap saja berat semua ini berat untukku. Aku tahu pasti ini juga berat untuknya.

"Kamu tahu, tidak ada yang lebih membuatku bahagia selaian kehadiranmu," kataku sambil mengulas senyuman.

Geral tidak menjawab. Tetapi, pemuda itu hanya memiringkan tubuhnya dan memelukku. Aku merasakan desahan napasnya di perutku. Dia memelukku semakin erat. Aku mendiamkannya. Geral mungkin memiliki beban yang tidak bisa dia katakan padaku. Kembali dari kematian pasti lebih mengerikan dari yang bisa kubayangkan.

"Aku kangen kamu, Geral," bisikku lagi.

Geral merespon dengan memelukku lebih erat. Aku menggigit bibir kemudian menepuk kepalanya.

"Aku cinta kamu. Cinta banget," kataku lagi.

Kuharap kamu enggak pernah pergi lagi dan tetap di sisiku selamanya.

Bagian kedua ini, aku tidak mampu mengatakannya meski hanya membisikkanya saja. Alasannya karena aku tahu sepenuhnya kalau Geral pada akhirnya akan pergi lagi. Saat itu terjadi maka aku tidak akan bisa melakukan apa pun selain merelakan.



Note:

ini kayak have fun aja yak, tadi aku nemu pic yang pas lah buat definisi tubuh barunya Geral. Di bayanganku begini yak, tapi manteman boleh bayangin siapa pun karena enggak ada face claim atau apa.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






One Thousand DaysWhere stories live. Discover now