47. Hei! i'm yours

26 4 0
                                    


Arvin mengusap penuh kasih kepada sang gadis yang tengah menangis didalam dekapannya. Badan gadisnya itu sangat berasa panas. Namun tubuhnya menggigil. Arvin tak kuasa melihat Rayla yang sudah lemah namun dipaksa lemah lagi oleh keadaan.

Tangisan itu mampu membuat perasaan Arvin terguncang hebat. Gadis yang senantiasa memberinya dukungan, memberi pelukan hangat yang kerap kali mampu menenangkan Arvin. Arvin tidak pernah sama sekali melihat Rayla begitu lemah. Tiap kali ada masalah gadisnya itu tak pernah mau bercerita. Ia selalu menjawab semua selalu baik-baik saja jika denganmu, lihat sekarang! tak ada yang bisa dikatakan baik-baik saja.

Entah berapa banyak tetesan air mata itu keluar dari mata Rayla. Tak peduli dengan kondisinya yang makin melemah. Ada yang lebih membuatnya lemah, perpisahan orang tuanya. Hal itu terus mengusik-usik pemikirannya.

Arvin senantiasa memberinya pelukan. Lelaki itu terlihat kebingungan bagaimana caranya untuk menenangkan Rayla. Saat Arvin melihat wajah Rayla yang sudah memucat. "kita bawa kerumah sakit yah, jangan nolak!"Arvin dengan cepat menghubungi temannya.

Tak lama Kenzio datang membawa sebuah mobil. Arvin dengan cepat membawa tubuh Rayla dan menggendongnya. Sepanjang jalan tak henti-hentinya Arvin mengecup tangan Rayla yang panas tersebut. Tubuh gadis itu menggigil membuat Arvin menyelimuti tubuh sang kekasih dengan menggunakan selinut yang sudah ia bawa sebelum berangkat tadi.

"tetap disini yah,"lirih Rayla sayu dan tak berdaya.

Arvin mengangguk. "aku selalu disini dan akan tetap disini, kamu masih punya aku okay? kita lalui ini bareng-bareng, kalau kamu tersesat nanti jangan sungkan tanya aku, buat aku membimbing kamu buat kita cara jalan keluarnya, kalau belum dapat juga jalan keluarnya, ayo kita buat jalan keluar sendiri." Ungkap Arvin yang terdengar tulus.

Sebuah senyuman itu terbit di wajah cantik sang kekasih walau terlihat pucat. "there's always a way out if it's you," Lirih Rayla.

Hati Arvin menghangat dikala Rayla tersenyum hangat. Sebuah kehangatan itu menyapa lembut perasaannya yang tadi gundah.

Tatapan kosong gadisnya seperti tengah mencari-cari titik terang tentang sebuah harapan. Jalan mana yang akan ia tempuh?. Kapan semuanya akan baik-baik saja. Apakah semuanya tetap begini?. Akhir mana yang dipilih takdir bahagia atau sebaliknya.

Arvin senantiasa memeluk erat tubuh sang kekasih. Menyalurkan tiap detik perasaannya. Seakan mewakili bahwa ia selalu berada disamping gadis itu.

"kamu mau makan sesuatu?"tanya Arvin.

Rayla mengangguk, "mau yang pedas-pedas,"ucapan dari gadisnya membuat Arvin melotot.

"No!! yang lain sayang,"Ucap Arvin membujuk Rayla.

Rayla menggeleng menandakan bahwa gadis itu menolak dengan keras. "nurut sayang..."Kata Arvin sembari mengecup kening dan tak lupa mengusap surai rambut sang kekasih.

Rayla dengan cepat menyembunyikan kepalanya pada perut Arvin. Sedangkan lelaki itu gemas sendiri melihat tingkah laku Rayla. "yaudah makan apa aja,"final Rayla membuat Arvin menghembuskan nafasnya lega.

"bentar aku pesan dulu,"Ucap Arvin.

Rayla membaringkan kembali tubuhnya dan memejamkan matanya. Tubuh gadis itu masih sedikit menggigil namun tak seberapa setelah mendapat arahan dari dokter beberapa jam yang lalu.

Setelah beberapa saat gadis yang tengah terlelap itu membukakan matanya dan melihat Arvin yang tengah setia memandanginya entah sejak kapan.
"maaf ketiduran,"ucap Rayla tak enak hati.

Arvin mencubit pelan pipi sang gadis. "tidak perlu minta maaf, makan dulu yuk." Rayla bangkit dan dibantu oleh Arvin.

Awalnya wajah gadis itu berbinar saat melihat kotak makan namun ekspresi wajahnya berubah disaat melihat isi kotak makan tersebut. "aku ga suka sayur,"Ucap Rayla dengan wajah masam.

Arvin mengetahui bahwa gadisnya itu tak menyukai sayur. Namun demi kesehatan Rayla sendiri Arvin sedikit memaksa sang kekasih. "makan sayang, kali ini aja."

Rayla menggeleng sembari menutup mulutnya. "tidak enak!! kaya makan rumput" jawaban dari Rayla mampu mengundang tawa dari Arvin.

"emang kamu pernah makan rumput?"Tanya Arvin sedikit terkekeh.

Arvin mengambil alih kotak makan tersebut. Lelaki itu mulai menyuapi Rayla. Awalnya gadis itu menolak namun setelah melihat wajah tegas Arvin dan tatapan menusuk milik lelaki itu membuat nyali Rayla ciut.

"bubur sayur ini dibuat langsung sama nenek,"Rayla langsung bebinar saat mendengar ucapan dari Arvin.

"pantes enak."

"kamu ga apa-apa nememin aku disini?"tanya Rayla.

Arvin menggeleng, "kamu kaya sama orang lain aja, aku pacar kamu loh sayang." Rayla terkekeh malu.

Melihat ketulusan seorang Arvin membuat Rayla tak kuasa menahan tangisnya. Gadis itu memeluk Arvin dengan erat. Arvin yang ikut serta merasakan hal tersebut pun mencoba menenangkan Rayla. 

"aku cengeng baget yaa,"ungkap Rayla.

"engga ko, wajar aja kalau kamu merasa sedih, namanya juga manusia."Rayla tersenyum dalam tangisnya. 

***

Beberapa hari Rayla lalui dengan banyak kesedihan. Hari itu tiba, hari dimana sidang perceraian kedua orang tuanya. Rayla dengan setia menggenggam erat tangan milik sang Ayahnya. 

Saat memasuki kawasan pengadilan agama. Rayla bertemu dengan sang kakak lelakinya bersamaan dengan Ibunya. Pandangan kosong milik Rayla itu mampu melemahkan sang kakak lelakinya. Tatapan kecwa yang Rayla berikan kepada sang Ibu. Mampu menghadirkan perasaan yang amat bersalah kepada putrinya. 

Adhitama berbisik kepada putrinya. "kita masuk aja ya,"Rayla megikuti langkah sang Ayah.

Beberapa jam berlalu. Hingga diumumkan secara resmi jika kedua orang tua Rayla dinyatakan dengan sudah bercerai. Rayla dengan cepat memeluk erat sang Ayah. Pundak pria paruh baya terasa sangat kaku. Tatapannya kosong tanpa arah. "ayah masih punya Rayla ko."Adhitama tersenyum hangat kearah sang putri.

"kita mulai perjalanan baru ya,"Ucap kelu Adhitama.

Rayla mengangguk dan mereka berdua pergi mrninggalkan tempat tersebut. Saat memasuki kawasan parkiran mereka bertemu dangan Ibu Rayla dan ditemani sang kaka. Tak ada senyuman dari Adhitama padahal Nadine mencoba menyapa sang mantan suaminya itu. Adhitama berbisik kearah anak laki-lakinya. "jaga ibu kamu dan diri kamu juga ya, ayah percayakan semuanya dikamu."Lelaki itu mengangguk dan memeluk erat sang ayah.

"jaga kesehatan ayah."Adhitama mengangguk.

Rayla menghamburkan pelukannya kearah sang kaka. "nanti kapan-kapan kita main bareng yaa."ucap lelaki itu sembari menenangkan Rayla. "hikss..hikss,"isakan sang adik terdengar jelas. 

"sttt jangan nangis terus, kamu harus jagain ayah."Ucapnya Rayla sembari mengangguk.

Rayla melepas pelukan mereka dan melambaikan tangan kepada sang kaka sebagai makna perpisahan mereka. Kaka laki-lakinya itu akan menetap di luar negeri sambil menemani ibunya.

***

Saat di rumah, suasana rumah itu terasa sepi. Padahal sama saja seperti hari-hri sebelumnya namun entah mengapa kali ini rasa sepi itu begitu terasa.  Rayla menatap kearah sebuah foto keluarga yang berada di ruang tamu. 

Beberapa saat perhatiannya teralihkan, saat melihat sang ayah terisak di kamar. Rayla mengintip dicelah pintu. Ia membiarkan ayahnya sendirin. Mungkin saja lelaki itu butuh waktu sendirian. Dengan berat hati Rayla beranjak pergi dan kembali ke kamarnya. 

Sebuah pesan dari sang kekasih mampu membuatnya tersenyum. Tertara sebuah pesan dari Arvin Are you okay? Rayla menjawab pesan sang kekasih i'm not okay :) dengan cekatan sebuah panngilan masuk ke ponselnya.  

***

Hallo aku kembali lagi, maaf baru up lagi, semenjak kelas 12 jadi jarang punya waktu luang. Nanti aku usahain yaa kedepannya. 



17.september.2022

ArvinRayla(✔️)Where stories live. Discover now