23. Big Hope

38 7 0
                                    

"kadang kala harapan besar orang-orang membuat berpikir kembali 'kira-kira bisa atau tidak?' mereka lupa jika menaruh harap pada manusia adalah patah hati yang paling disengaja."

----------

"Hiks.....hiksss....hikss...."

Kenzio kemudian memeluk gadis itu dan mengusap-usap punggungnya . Tiap kali ia menangis pasti Ibunya memeluknya tanpa bertanya apa yang terjadi. Pelukan itu sedikit canggung bagi keduanya. Namun kadang pelukan diperlukan ketika sedang bersedih, bukankah begitu?.

----------

Di sebuah tempat yang jauh dari tempat tinggal. Arvin kini sedang sibuk menatap tumpukan berkas. Beberapa hari belakangan ini ia mengikuti Ayahnya yang sedang melakukan perjalanan bisnis.

Sekarang ia sedang belajar dengan Ayahnya untuk hal apa saja yang akan lelaki itu lakukan selama beberapa hari kedepan. Sebelumnya Arvin melakukan pembelajaran jarak jauh. Jack dengan perintah Kakeknya itu telah mengatur dengan sempurna tentang keberlangsungan belajarnya selama jauh dari sekolah.

Kakek Arvin bilang kepadanya 'walau kau mengikuti perjalan bisnis bersama Ayahmu tetap saja pelajaran disekolahmu tidak bisa ditinggalkan walau hanya sebentar' Arvin hanya pasrah dengan segala hal hidupnya yang diatur sang Kakek.

Setelah belajar bersama Sang Ayah, ia akan mengerjakan tugas-tugas sekolah yang sudah menumpuk dalam beberapa hari belakangan ini.

Otak jeniusnya itu berproses dengan cepat. Yuda menjelaskan tentang agenda mereka besok. Segala hal sudah dirancang sedemikian mungkin olehnya. Arvin mengangumi sosok sang Ayahnya yang begitu tanggung jawab dalam urusan pekerjaan. Walau tak semua tentang lelaki itu Arvin kagumi.

Yuda berkata. "besok kita diundang ke perusahaan rekan Ayah yang ada disini."

Arvin mengangguk sebagai jawaban.

Kemudian lelaki itu berkata lagi. "selesaikan tugas sekolahmu, jangan sampai itu mengganggumu besok dan beberapa hari kedepan."

Lagi dan lagi Arvin mengangguk patuh.

Beberapa jam menatap tumpukan buku dan komputer yang terus menyala. Jari-jemari yang terus-menerus menulis banyak hal. Waktu yang terus berputar tanpa henti. Selayaknya robot yang terus dipaksa bekerja tanpa diberi jeda. Tuntutan kehidupan yang begitu berat. Segala kewajiban dan harapan tinggi orang-orang berada dipundak lelaki itu.

Entah berapa banyak tugas sekolahnya yang lelaki itu kerjakan. Tugas itu menumpuk selama Arvin tinggalkan beberapa hari dikarenakan ada hal yang harus ia selesaikan.

Pukul menunjukkan 01:30 malam. Arvin telah menyelesaikan semua tugas sekolahnya. Matanya mulai mengantuk tak tertahan. Semua bagian tubuhnya terasa sangat kaku.  Otaknya sudah tidak sanggup untuk melanjutkan pekerjaan yang diberi Ayahnya.

"ini untuk kamu belajar, maka dari itu Ayah memberimu tugas ini, agar Ayah tahu sejauh mana kamu memahaminya," Ucapan Ayahnya beberapa jam yang lalu.

Mungkin besok pagi ia selesaikan. Biarkan kali ini sesekali tidak memaksakan dirinya. Entah hal apa yang akan terjadi besok.

***

Jauh dari tempat Arvin. Sosok yang tidak dikenali itu tersenyum evil saat mendengarkan penjelasan dari bawahannya. Iyap.... bawahan yang dimaksud adalah tangan kanan dari sang pemilik senyuman evil. Sebut saja asisten pribadi.

Sang asisten menjelaskan kabar terbaru kini. "Tuan Yuda sedang melakukan perjalan bisnis dengan anak sulungnya, menurut informasi yang saya dapatkan, Vane's Group tengah memutuskan untuk mengambil mega proyek yang kemungkinan dilaksanakan tahun depan."

ArvinRayla(✔️)Where stories live. Discover now