"Udah gue bantu niup tiga kali, tapi nggak mati, ya udah mending nonton aja."

Elang dan Fano menepuk keningnya capek melihat kelakuan Fino.

"Eh! Itu rumah kebakaran. Lo kata lilin kue ulang tahun, ditiup mati."

"OTAK DIPAKE OTAK!" emosi Arkan rasanya sudah diubun-ubun dan siap meledak kapan saja.

"Lah, masih mending gue bantu tiup. Nah lo sendiri semalam di mana? Gak keliatan di tkp?"

"Gue sibuk di belakang rumah lo," jawab Arkan santai.

"Ngapain?"

"Ngubur korek ama botol bensin." Jawaban Arkan sontak membuat Fino ngebug dan kedua temannya spontan menatap ke arah Arkan tak percaya.

"Arkan," Panggil Fino sambil menahan tawa.

"Jadi elu yang bakar nyet?"

"Iya," jawab Arkan dengan entengnya membuat Fino serta Fano tertawa ngakak sambil memukul meja.

"NGAK ADA OTAK!" maki Fino mememangi perutnya, sakit karena tertawa bahkan sudut matanya sudah mengeluarkan air.

"Lagian gue gedek sama Axel pipi gue ditonjok sama dia waktu di club, jadi ya udah gue bakar aja markas kumuh mereka," beber Arkan membuat tawa mereka perlahan-lahan mereda.

"Sih anjir nggak ada otak lo!" maki Fano.

"Bisa-bisa Axel ngamuk ke markas kita kalo tau lo bakar markas mereka," sambung Fano.

"Udah tenang aja, lagian markas mereka semalam kosong, jadi gue pastiin nggak ada korban jiwa. Sekali-kali kasih pelajaran sama Axel biar nggak songong amat jadi manusia. Lagian dulu dia juga ngerusakin pager sekolah kita, anggap aja impas," ujar Arkan.

Pletak...

Fano menjitak kening Arkan membuat sang empunya meringis. "Pokoknya kali ini gue nggak ikut-ikutan, lo berdua yang ngadepin Axel kalo ketauan," ucap Fano.

"Lah... gue cuma nonton doang kena juga," kata Fino.

"Halah... santuy aja, nggak bakal ketauan," balas Arkan.

Singkat cerita ketika Fano, Fino, serta Arkan sampai dikediaman Vernandes mereka masuk ke kamar untuk beristirahat. Arkan tidur di kamar Fino sedangkan Fano di kamarnya sendiri. Pukul satu malam Arkan bangun, ia sudah memastikan Fino tertidur setelah itu ia bergegas pergi keluar. Namun tanpa Arkan sadari ternyata Fino mengikutinya, tetapi sayangnya Fino kehilangan jejak.

Arkan di kawasan markas Gryffindor Sayup-sayup mata Fino menangkap kobaran api kemudian ia menghampiri kobaran api tersebut, sampai di sana Fino melihat markas Gryffindor terbakar, tidak ada satu pun orang di sana. Pukul tiga pagi Fino baru pulang, ia merasa heran ternyata Arkan sudah pulang dan tertidur pulas di atas kasurnya. Jadi begitu lah cerita singkatnya.

"Btw Orion belum dateng?" tanya Arkan.

"Jemput Luka katanya," sahut Elang.

"Oh... lah, kok lo tau?"

"Tadi dia ngechat gue," balas Elang santai, ia meraih buku yang sempat ia baca sebelum Fano, Fino dan Arkan masuk ke dalam kelas. Mata Fino memincing melihat tangan Elang.

About Everything [END]Where stories live. Discover now