Bab 28

28 8 26
                                    

Mereka akhirnya sepakat untuk menggunakan nama "Impossible Escape" untuk channel bersama di you tube. Ayung mengusulkan agar project pertama mereka haruslah karya berempat. Gabungan dari kekuatan mereka semua.

"Ada berapa lagu kamu yang udah jadi? Maksudku, lengkap dengan liriknya," ucap Ayung dengan tegas. Dia benar-benar sempurna sebagai pemimpin kelompok.

"Tiga," jawab Deril singkat. Dia hanya bisa menatap lekat ke arah cewek itu, tanpa bisa mendekapnya erat.

"Coba nyanyiin satu per satu. Langsung reff-nya aja," perintah ibu ketua.

"Se—"

"Pakai gitar!" tegas Ayung.

Deril yang telanjur membuka mulut, langsung bungkam. Cowok gaul itu mematuhi titah sang ratu. Bagi dia, Ayung tidak hanya ratu di kelompok mereka, tetapi juga di hatinya.

"Ehem! Lagu pertama." Deril berdeham satu kali untuk menutupi rasa grogi. Entah mengapa, dia jadi canggung ketika harus menyanyi di depan Ayung. Padahal, di depan Canting, dia biasa-biasa saja.

"Lagu kedua!" perintah Ayung setelah beberapa saat Deril menyanyi.

"Ehem!" Deril berdeham lagi, sebelum mulai bernyanyi.

"Lumayan enak. Lagu ketiga!" ucap Ayung setengah berteriak untuk mengimbangi suara gitar dan nyanyian Deril.

Deril malah terdiam beberapa saat. Dia tercenung tiba-tiba, seperti orang kemasukan setan. Cowok itu menarik bibir bawahnya ke dalam mulut, terlihat cemas. Anting bohongan di telinga sebelah kiri turut bergoyang, menyiratkan hati yang sedang dirundung bimbang.

"Hoi, kenapa malah ngelamun? Kesambet setan?" Ayung menepuk keras lengan Deril yang memeluk gitar.

"Eh, sori. Itu ... anu ...." Deril yang berasa ditarik tiba-tiba menuju kesadaran, langsung tergagap. Bagaimana tidak cemas kalau lagu ketiga yang akan dia nyanyikan itu adalah lagu spesial untuk Ayung? Deril menyusun setiap nada dengan kesungguhan serta ketulusan.

"Udah, buruan!" teriak Ayung dengan galak.

"Iya." Deril langsung memetik senar gitar dengan penuh penghayatan.

Baru petikan benang nilon saja, rasanya sudah sesendu itu. Tanpa sadar, Ayung menutup kedua mata dan menikmati tarian jemari Deril. Begitu juga dengan Canting dan Bito. Meski tetap cemburu, Bito tidak bisa menampik kalau lagu kali ini benar-benar melenakan. Ditambah lagi, petikan Deril benar-benar pas! Tidak terlalu keras, juga tidak terlalu pelan.

"Dirimu serupa bayang. Dekat, tapi enggan untuk berpeluk. Bersama, tanpa bisa bersatu." Suara Deril yang sedikit serak ketika mencapai nada tinggi, terdengar begitu seksi. Nada rendah dengan vibrasi kuatnya, sungguh menyamankan gendang telinga. Nyanyian itu seperti punya kekuatan sihir. Entah karena lagunya yang enak atau suara si penyanyi yang terlalu dahsyat. Bisa jadi ... keduanya.

"Aku sebatang pinus kering, selalu menanti sinar mentari. Cukup kunikmati setiap pagi dari bawah sini. Sinarmu bukan hanya untukku. Sinarmu milik semesta, memberi hangat serta hidup untuk semuanya. Biarkan aku terus memuja, sembari menatap dari sela-sela. Pengagum rahasia." Deril mengakhiri nyanyiannya.

"Eh, udah, ya? Oh, my God! Lagu tadi so sweet banget, sih, Der," puji Ayung sambil kedua telapak tangan menangkup di dada. Rupanya, cewek itu sangat tersentuh dengan lagu ciptaan Deril tadi yang memang sebenarnya untuk dia.

"Thanks, ya." Deril tersipu, memamerkan lesung kecil, tetapi sangat kentara di pipinya.

"Lirik keren. Nada keren. Suara kamu juga keren. Top banget, pokoknya." Bito mengakui kehebatan Deril dan lagu tadi. Dia tidak segan untuk mengacungkan dua ibu jari sekaligus.

"Thanks, Bit. Sori ya kalau kemarin-kemarin sikap gue kasar sama lo." Deril melemparkan senyum manis andalannya.

"It's okay. Take it easy, Bro. Nggak aku ambil hati, kok. Sudah biasa," jawab Bito yang juga balas tersenyum, tetapi sedikit miris. Terbiasa diperlakukan kasar. Bukankah itu mestinya sesuatu yang menyedihkan?

"Aku minta lirik lengkapnya. Kirim ke grup biar bisa buat inspirasi untuk video klip nanti. Canting, kamu bikin satu bait puisi buat dibaca di awal lagu. Bito, kamu bikin animasi sebagai pelengkap video klipnya. Jadi, di imajinasiku nih, video klipnya nanti gabungan antara animasi dan nyata. Yang nyata, aku sama teman model yang bakal jadi pemerannya."

Deril, Bito, dan Canting hanya bisa manggut-manggut mendengar instruksi dari Ayung. Dalam hati, mereka memuji antusias cewek yang suka berpakaian ketat itu. Urusan kreativitas, ternyata Canting juga tidak kalah dari yang lain. Mereka yakin kalau channel you tube ini pasti akan laris manis nantinya.

"Celaka! Aku harus pergi!" Bito buru-buru menyambar tas, lalu berlari kencang. Dia harus segera tiba di rumah guru privat Fisika. Kalau terlambat, dia takut Carla keburu menelepon untuk menanyakan, kenapa lesnya belum selesai.

"Bito kenapa?" Canting menatap kebingungan. Tubuh kurus Bito tampak seperti layangan putus, terombang-ambing ke sana kemari ketika berlari. Lucu sekali.

"Ini tadi dia bolos les, lho." Ayung tertawa keras.

Siang ini dia telah sukses membuat cowok itu bolos les. Besok dia akan mengajak Bito bolos sekolah. Terkadang, sesekali breaking the rules itu perlu agar punya kenangan semasa SMA. Tidak perlu banyak-banyak. Satu atau dua kali sudah cukup untuk melengkapi kisah hidup. Jangan sampai ketika dewasa nanti, orang membahas tentang bolos dan kita belum pernah mengalami sama sekali. Cupu!

"Serius Bito bolos les? Wah, bakal hujan angin ini. Peristiwa langka!" Canting terkekeh-kekeh. Dia paham sekali jadwal Bito yang selalu padat. Jangankan bolos, terlambat saja dia tidak mungkin berani. Bito sering mengeluh tentang sikap orang tuanya yang terlalu kaku.

"Besok aku mau ajak ia bolos sekolah, ah. Bolos di jam pelajaran terakhir aja. Kamu bantuin aku ya, Can." Ayung mengerling penuh arti.

"Lah, aku bantu apa? Bantu bujuk Bito? Kalau soal itu, kayaknya kamu jauh lebih ahli daripada aku," jawab Canting sambil memulas senyum tipis. Dia berharap, Ayung bisa segera menaklukkan Bito.

"Bantu bujuk-bujuk dikitlah." Ayung menaikturunkan alis.

"Iya, deh." Meski ragu kalau bisa membantu, Canting terpaksa mengiakan daripada terus berdebat.

"Sekarang kita bicarakan aja konsep video klipnya. Gambaranku, sih ...." Ayung memaparkan konsepnya secara garis besar. Deril dan Canting yang tidak terlalu menguasai soal itu, iya-iya saja.

Sementara ketiga temannya asyik berdiskusi, Bito harus berpacu bersama waktu. Debar jantung sudah tidak keruan, melompat-lompat seperti memaksa hendak keluar dari rongga dada. Ada sedikit penyesalan, kenapa dia menuruti rayuan Ayung untuk bolos les siang ini. Namun, sisi lain Bito justru mengucap syukur dan bersorak bahagia. Karena bolos, mereka jadi punya pelarian positif atas semua problematika hidup ... bersama. Dia jadi punya kesempatan untuk lebih mengenal Canting.

Ada satu permasalahan yang sebenarnya belum terpecahkan. Dia tidak bisa terlalu sering berkumpul bersama Deril, Canting, dan Ayung untuk berdiskusi. Jadwal dia lebih padat dari perdana menteri.

"Bito! Mama kamu nelpon!" teriak guru les Bito panik ketika cowok itu baru keluar dari mobil.   

   

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
Impossible EscapeKde žijí příběhy. Začni objevovat