Bab 17

21 8 12
                                    

Bito langsung menajamkan telinga. Siapa tahu, tadi dia salah dengar. Mungkin, bukan nama dia yang disebut.

"Oh, temennya Mas Bito? Masuk aja, Mbak. Dia di dalam, kok. Lagi creambath," ujar resepsionis lagi.

"Bit, itu teman kamu, ya?" Carla yang sedang asyik menikmati pijatan, langsung membuka mata.

"Ng-nggak tahu, Ma." Cowok dengan wajah oval itu menjawab sambil tergagap.

"Cinta!" teriak Ayung, tanpa merasa malu.

Semua orang di ruangan itu jadi terkekeh-kekeh geli. Entah karena menganggap tingkah Ayung itu lucu atau mereka dulu juga pernah bertingkah seperti itu. Yang jelas, Bito malu bukan kepalang.

"Aish! Apaan, sih? Kamu ngapain ke sini?" Bito langsung berdiri setelah tahu siapa yang datang.

Tidak ada lagi manusia di bumi ini yang memanggil dia dengan sebutan cinta, kalau bukan cewek gila satu itu. Wajah Bito langsung cemberut. Bukan hanya malu, dia juga risih karena dipanggil cinta. Terlalu lebay! Selain itu, Ayung bukan siapa-siapa dia. Cewek itu tidak berhak untuk memanggilnya cinta.

"Kan, aku mau kenalan sama mama kamu," jawab Ayung dengan nada manja.

"Halo, Tante. Aduh, Tante ini cantik banget, lho. Pantes aja Bitonya cakep. Nurun dari Tante, pasti." Dengan penuh percaya diri, Ayung langsung menyapa Bu Linda.

Orang-orang makin mengekeh, kecuali Bito. Bahkan, Carla sampai menitikkan air mata. Perutnya juga langsung kaku akibat menahan tawa. Ayung berdiri kebingungan ketika melihat semua orang tertawa, apalagi Bu Linda. Wanita itu sampai tertawa terbahak-bahak, tidak bisa menahan geli.

"Lho, kenapa kalian ketawa?" Ayung menatap ke arah Bu Linda, Bito, dan Carla bergantian.

Sambil bersungut-sungut, Bito kembali duduk. Terapis langsung melanjutkan pijatan di kepala cowok itu sambil memberi kode kepada Ayung dengan lirikannya ke arah Carla.

"Astaga! Aku salah orang, ya?" Cewek itu langsung menyadari kesalahannya.

"Aduh, Tante, maafin Ayung, ya. Habisnya, dua tante ini sama-sama cantik, sih." Masih saja dia bisa berkelit. Ayung langsung meraih tangan Carla dan menempelkan ke pipi kanannya.

Bito langsung menutup mata, tidak mau berurusan dengan cewek gila satu itu. Toh, Ayung datang ke sana bukan untuk bicara dengan dia, tetapi mau kenalan sama mamanya. Bito berharap kalau Ayung akan kapok mendekati dia setelah mendapat kalimat pedas dari Carla.

"Bisa saja kamu ini ngerayu. Memangnya, siapa yang lebih mirip sama Bito? Tante atau Tante Linda?" Kalimat itu terdengar seperti bergurau, tetapi Carla memasang tampang serius ketika mengucapkannya. Ayung jadi grogi.

"Sama-sama mirip, sih. Aduh, mungkin mataku aja yang lagi siwer, Tante. Maaf." Cewek itu membungkuk, sedikit takut.

"Terus, pengin kenalan sama Tante dalam rangka apa? Kamu pacarnya Bito? Pendekatan sama calon mertua, gitu?" Mimik muka Carla berubah jadi menyeramkan.

Mamanya Bito ternyata kayak kuntilanak. Cantik, tapi serem, batin Ayung.

"Masih pedekate-an aja sih, Tan. Bitonya masih malu-malu tapi mau."

"Dih, siapa yang mau sama kamu!" Bito langsung protes.

"Tuh, kan. Bito itu selalu kayak gitu lho, Tante. Kue dari aku juga selalu dia tolak. Padahal, ujung-ujungnya dia makan juga. Lahap pula," celetuk Ayung sambil mencebikkan bibir ke arah cowok pujaan hati.

"Kepedean! Siapa yang makan? Mimpi kali lo. Kuenya aku buang!"

"Ow, tidak semudah itu untuk mengelak, Ferguso! Aku punya buktinya." Ayung malah menirukan gaya bicara aktris di opera sabun asal Meksiko, Marimar.

Ayung mengeluarkan ponsel dari saku rok abu-abu. Sejurus kemudian dia menunjukkan video Bito yang sedang lahap memakan lemper dan kue sus di dalam mobil. Jelas, itu kue dari Ayung.

"Itu ...." Bito tidak bisa mengelak lagi.

"Kenapa kamu rekam?" teriak cowok itu marah. Dia malu karena ketahuan makan dengan lahap, bahkan sampai menutup mata, menikmati setiap detail rasa.

"Biarin. Kalau pas kangen sama kamu, aku bisa lihat video ini." Ayung benar-benar tidak punya malu. Di depan banyak orang, dia berani menunjukkan bucin tingkat dewi. Bahkan, ada mama Bito di sana.

"Oh, jadi ini ... teman yang kasih kue ke kamu tadi?" Carla ikut bicara.

"Wah, Bito tadi cerita ke Tante, ya? Aduh .... Tuh, kan ...." Ayung mengepalkan kedua tangan, lalu menggoyang-goyangnya di samping pipi. Dia terlihat sangat manja kalau seperti itu.

"Mama, ih!" Bito langsung melotot ke arah mamanya.

"Tante, bantu aku biar Bito mau jadian sama aku, ya," ucap cewek itu, tanpa merasa risih sama sekali.

"Saya nggak ngijinin Bito untuk pacaran karena dia harus fokus sama masa depan dia. Nanti kalau sudah kuliah semester akhir, baru akan kami pertimbangkan. Itu pun kalau ada cewek yang layak buat dia," jawab Carla dengan tegas, tanpa basa-basi lagi.

Dalam hati, dia mengakui keberanian Ayung. Bukan hal aneh bagi seorang cewek untuk menyatakan perasaan lebih dulu. Zaman sudah modern. Carla tidak memungkiri hal itu. Namun, dia tidak ingin konsentrasi Bito sampai terpecah, apalagi harus membagi waktu demi pacarnya. Jangankan waktu untuk pacaran, untuk diri sendiri saja, Bito tidak pernah punya kesempatan.

"Tapi, aku ini calon pacar idaman buat Bito lho, Tan. Aku sangat mendukung Bito selama ini. Aku sengaja beli kue biar dia nggak telat makan dan nggak telat les juga. Semua jadwal les dia, aku juga hafal." Ayung malah promosi diri.

"Tunggu sampai tiga atau empat tahun lagi. Nanti kami pertimbangkan." Carla tetap bersikukuh dengan keputusannya, melarang Bito pacaran.

Rasain! Bito merutuk di dalam hati.

"Momom dan Daddy aku pengusaha sukses. Dua-duanya. Daddy punya kapal pesiar dan beberapa hotel di luar negeri. Kalau Momom, bisnisnya di bidang fashion. Tante pasti tahu merek-merek kayak E&M, Poolbeer, Woodylo. Itu beberapa merek yang ada di bawah perusahaan Momom, lho. Masih buuuanyak lagi. Kalau nggak salah sih ... sekarang udah sekitar 72 merek, deh." Ayung mulai menyombongkan diri.

Hal yang selama ini membuat dia muak, terpaksa harus digunakan sebagai senjata sore ini. Dia sangat membenci keberhasilan orang tuanya. Kesuksesan itu telah merenggut semua perhatian serta kasih sayang mereka terhadapnya. Namun, Ayung juga harus mengakui bahwa sering kali orang jadi menghargai dirinya setelah tahu kalau Ilma dan Jason adalah orang tua dia.

"Kamu ... anaknya Ilma Melinda?" Mata Carla langsung membelalak.

"Iya, Tante. Wah, ternyata Tante tahu soal mama saya, ya? Atau jangan-jangan ... Tante kenal sama Momom?" Ayung balik bertanya.

"Oh, nggak, kok. Tante nggak kenal sama mama kamu. Tante cuma tahu dari berita saja."

Siapa yang tidak kenal dengan Ilma Melinda dan Jason Hayla Paendong? Mereka adalah bintang di dunia bisnis internasional yang lebih memilih untuk tinggal di Batu. Aneh, memang. Ya, meski mereka jarang ada di rumah, sebenarnya.  

  

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Impossible EscapeWhere stories live. Discover now