Part 29 : 119

1.4K 228 17
                                    

"Perusahaan ku akan merayakan kemajuan kami dua hari lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Perusahaan ku akan merayakan kemajuan kami dua hari lagi. Jeongwoo bersedia bergabung?" Pagi ini, di meja sarapan, Haruto menjadi orang pertama yang membuka pembicaraan.

Setelah kejadian semalam, Jeongwoo menjadi lebih pasif. Tidak banyak berbicara dan tidak banyak melakukan sesuatu.

"Aku pikir aku kurang dapat berbaur dengan baik." Meski menjawab ajakan Haruto, namun laki-laki Park sama sekali tidak berani beradu tatap dengan Haruto.

"Tidak masalah, aku akan menemani Jeongwoo." Haruto melempar sebuah senyum, sedang Jeongwoo hanya mampu mengangguk sebagai jawaban terakhir.

"Kalau begitu, aku akan pergi bekerja. Sampai jumpa." Berdiri dari duduknya, Haruto membiarkan Jeongwoo mengekor di belakangnya.

Saat mobil Haruto berlalu dari pandangan, Jeongwoo kembali masuk ke dalam rumah. Mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu untuk kemudian kembali merenung.

Jika dilihat kembali, kisahnya mungkin akan sangat laku jika di film kan. Terlalu penuh misteri dan lika-liku.

"Jeongwoo lupakan! Itu hanya sebuah foto!" Berusaha melupakan mengenai foto yang menjadi pertanyaan besar di kepalanya, Jeongwoo beralih membuka ponselnya untuk menemukan berita utama mengenai perusahaan Watanabe.

"Beberapa Investor diketahui membatalkan investasi mereka, saham perusahaan Watanabe diperkirakan turun drastis."

Jeongwoo sedikit dibuat terkejut atas berita tersebut. Baru saja Haruto mengatakan mengenai pesta atas kemajuan perusahaannya, lantas berita ini adalah berita palsu atau Haruto—Jeongwoo dengan cepat menggeleng.

Haruto adalah pimpinan dari perusahaan Watanabe, yang pastinya mengetahui segalanya tentang perusahaannya sendiri. Media publik memiliki kemungkinan menampilkan berita palsu demi mengais perhatian masa.

Layar yang tadinya menampilkan berita terkini tiba-tiba berubah menjadi layar hitam yang menampilkan panggilan masuk.

Jeongwoo dengan spontan melempar benda persegi tersebut ke sembarang arah kala nomor yang paling di bencinya tampil di layar.

119 is calling...

Tangan Jeongwoo gemetar hebat. Bulir keringat mulai menuruni dahinya. Namun entah keberanian darimana, Jeongwoo berani menjawab panggilan tersebut.

"Apa maumu?!" Intonasi suaranya meninggi meski dalam hati tengah menahan ketakutan tingkat tinggi.

"Kau tau tujuan dan maksudku Park Jeongwoo. Jangan berpura-pura melupakannya." Suara itu terdengar asing. Seperti menggunakan efek audio.

"Siapa kau?!" Jeongwoo nyaris bak berteriak. Keringatnya masih mengucur deras.

"Aku? Ayo bermain! Tebak aku Jeongwoo! Tebak aku Jeongwoo! Tebak aku Jeongwoo!" Dan terus berulang.

119 [Hajeongwoo] ✔Where stories live. Discover now