Part 19 : 119

1.8K 324 34
                                    

Berlatar pada daerah tak ramai penduduk, laju kakinya melangkah konstan pada sebuah bangunan tak begitu besar

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Berlatar pada daerah tak ramai penduduk, laju kakinya melangkah konstan pada sebuah bangunan tak begitu besar. Sebuah tempat makan sederhana dengan menu-menu yang tidak banyak menyediakan opsi.

Seperti dugaan, sebuah tempat makan kecil umumnya tidak memberi sambutan ramah tamah seperti biasanya. Mereka hanya menatap, enggan bersuara seolah tak membutuhkan uang dari kantong sang pelanggan.

"Aku pesan secangkir kopi panas. Jangan tambahkan gula." Sang pelanggan kemudian merogoh sakunya.

Sistem pembayarannya mengharuskan membayar sebelum mendapat pesanan. Setelahnya, kembali kaki jenjang terbalut celana bahan hitam panjang itu melangkah. Menuju sebuah bangku yang terlihat sedikit lapuk di pojok ruangan.

Yoon Jaehyuk, sang pelanggan mengedarkan pandangan. Memperhatikan setiap sudut kedai sebelum mengeluarkan sebuah benda hitam berukuran kecil berbentuk segi panjang.

Nyala lampu merah yang berkedip, diredam menggunakan jaket jeans panjangnya. Benda itu di rancang untuk mendeteksi jika ada kamera pengintai di sekitar sini.

"Aku melupakan fakta jika rubah ku adalah orang yang cerdik." Bibirnya bergumam sebelum menarik satu sisi bibirnya.

"Pesanannya." Orang yang berdiri di kasir kini berganti peran menjadi seorang pelayan yang membawa nampan di tangan. Wanita itu membungkuk sekali sebelum berjalan kembali berdiri di balik kasir.

"Dimabuk asmara ternyata mampu memperlambat gerak mu pimpinan Yoon." Lalu ketika suara lain terdengar, Jaehyuk mendongak.

"Anda selalu tak pernah menghargai waktu orang lain tuan Kanemoto." Dengan santai, jawaban melayang diikuti dengan sang lawan bicara yang mengambil tempat duduk tepat di depannya.

Kanemoto Yoshinori, melayangkan sebuah tatapan tak terbaca. Entah apa yang sedang ada di dalam kepala pria Jepang tersebut.

"Agen khusus sepertimu bahkan membutuhkan waktu hampir dua tahun hanya untuk menangkap satu orang saja? Manis pujian pimpinan satu ternyata hanya omong kosong belaka." Ujaran tersebut mampu mengubah air wajah Yoon Jaehyuk yang menunjukkan secara terang-terangan ketidaksukaannya pada sosok dihadapannya kini.

"Lalu apakah seorang pengemis pertolongan layak mengatakan itu di depanku?" Kini sebuah senyuman kemenangan timbul di wajah.

Ada keheningan. Yoshi yang terang-terangan menerima kata-kata negatif dari Jaehyuk terlihat tenang dengan raut wajah yang sama. Jemarinya mengetuk permukaan meja.

"Mari berhenti saling melempar kata-kata buruk. Tentang buronan mu, apa kau telah menemukan petunjuk?"
Pengalihan topik yang coba diangkat sepertinya tak diindahkan. Jaehyuk menyesap sedikit kopinya.

"Haruskah ku beri tau padamu?" Sebelum menjawab dengan nada santai.

"Jangan buang waktu ku. Apa tujuanmu memintaku kemari?"

119 [Hajeongwoo] ✔Där berättelser lever. Upptäck nu