Part 17 : 119

2K 355 125
                                    

Detik demi detik berlalu, terasa begitu lamban untuk di lewati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Detik demi detik berlalu, terasa begitu lamban untuk di lewati. Bahkan satu jam yang biasanya melintas dengan cepat hari ini berjalan begitu lambat.

Ketukan di meja yang menyebabkan bunyi dari tabrakan antara jemari yang sedikit diberi tenaga serta bagian datar meja, beberapa kali menjadi satu-satunya suara yang mengisi.

Antara kedua insan; Jeongwoo dan Yoshi, kecanggungan begitu kental dengan berbagai suara dari dalam pikiran masing-masing.

Jeongwoo adalah sosok pasif yang tidak pandai merangkai kata untuk menjadi pembuka sebuah obrolan. Itu adalah salah satu dampak dari sifat tertutupnya yang memiliki teman yang terbilang sangat sedikit.

Sedangkan Yoshi, pria berdarah Jepang itu terlihat santai mengunyah makanannya. Tenang dan begitu teratur. Berhasil membuat Jeongwoo merasa bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang merasa canggung diantara mereka.

Sampai akhirnya Yoshi bersuara setelah sekian lama membiarkan Jeongwoo terjebak dengan suasana hati yang kurang menyenangkan.

"Ku dengar ada seseorang yang melakukan bunuh diri di apartemen mu." Meski topik yang diangkat cukup berat, namun senyum secerah mentari milik Yoshi terbit begitu indah.

Jeongwoo sempat tergagap. Manik almond miliknya berpencar ke seluruh tempat makan yang cukup sepi hanya untuk mengalihkan pandang. Kemudian menjawab setelah mengatur diri. "Iya."

"Ku pikir itu hanya sebuah rumor tapi ternyata—apa kau mengenal orangnya?" Yoshi kembali mengajukan pertanyaan.

"Iya, dia tetanggaku hyung." Jawaban Jeongwoo cukup mengejutkan. Namun Yoshi masih terlihat senang.

Pria Jepang itu mengangguk beberapa kali. Kemudian terdiam untuk membiarkan sunyi kembali menyerbu.

Park Jeongwoo sendiri tidak memiliki niatan untuk membuka suara lagi. Ia hanya melakukannya ketika ada sebuah pertanyaan yang perlu di jawab atau ada keadaan dan situasi yang memang mengharuskannya memulai obrolan.

"Bagaimana dengan Haruto? Apa temanmu itu ada ketika kejadian?" Setelah hening cukup panjang, pertanyaan Yoshi kembali mengalihkan atensi Jeongwoo yang semula berfokus pada minumannya yang diaduk sebagai pelampiasan rasa bosan yang menguasai diri.

"Iya. Haruto dan aku melihat jasad tetangga kami. Dia melompat dari jendela kamarnya sendiri." 

"Bagaimana kau bisa tau dia melompat atas keinginannya sendiri?" Jeongwoo melirik sebentar ke arah Yoshi sebelum kembali memfokuskan diri pada gelas minumannya yang hampir tandas.

"Aku mendengarnya dari tetangga yang lain. Kejadian itu menjadi topik hangat di lingkungan ku. Serta hasil otopsi yang tidak menunjukkan adanya tindak kekerasan pada korban. Hasil itu benar-benar cocok dengan dugaan awal." Penjelasan panjang lebar yang Jeongwoo sampaikan hanya dibalas kembali dengan sebuah anggukan.

"Jeongwoo."

Seolah tak membiarkan keadaan kembali dilanda kesunyian yang mengentalkan canggung diantara mereka, Yoshi kembali membuka suaranya. Menatap Jeongwoo dengan intens sebelum menggenggam telapak tangan yang lebih muda.

119 [Hajeongwoo] ✔Where stories live. Discover now