Part 27 : 119

1.5K 238 43
                                    

Senyum lebar menghias wajah penuh kesombongan dengan dagu terangkat tinggi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Senyum lebar menghias wajah penuh kesombongan dengan dagu terangkat tinggi. Melewati para rekan yang menatap jengah pada perilaku yang ditunjukkan oleh rekan kerja mereka.

"Yah, pimpinan memberiku sebuah mobil atas kerja kerasku. Sebenarnya masih belum sebanding tapi akan ku terima saja." Ia bermonolog namun dalam volume yang sedikit keras. Memamerkan barang baru yang disebut sebagai 'hadiah' atas kerja kerasnya.

"Hah." Ia menghembuskan nafas dengan berat. Tangannya mengangkat kunci sedikit tinggi. "Haruskah kucoba kau sekarang?" Lalu keluar dengan langkah lebar dan tegap untuk keluar.

Siapa yang menyangka, hari itu adalah hari terakhirnya terlihat di Watanabe's area. Atau mungkin di dunia? Setidaknya mobil barunya turut hilang akibat di-abukan dengan sengaja. Bernasib sama seperti pemiliknya.

"Tugas selesai pimpinan." Senyuman Asahi yang terbalas anggukan singkat adalah yang menjadi penutup sebelum Watanabe Haruto meninggalkan gedung tinggi tersebut untuk kembali ke kediamannya.

"Jeongwoo?" Haruto menepuk bahu tegang tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jeongwoo?" Haruto menepuk bahu tegang tersebut. Menghasilkan sentakan akibat keterkejutan juga Jeongwoo yang dengan spontan berdiri dari duduknya.

Wajahnya lembab dengan sisa air mata yang menempel di pipinya. Rambutnya acak, berantakan.

"Sesuatu terjadi?" Mendapati keadaan sang teman seatap yang terlihat kacau, Haruto mendekat dengan cemas. Kedua tangannya meraih bahu Jeongwoo dengan mata yang sekarang sibuk menelisik seluruh tubuh Jeongwoo. Memastikan keadaannya.

Jeongwoo terlihat sedikit kesulitan bernafas, itu adalah sebab dari tangisan yang mungkin di tahan sejak tadi.

"Aku—" Memilih berhenti, Jeongwoo memutuskan untuk masuk ke dalam dekapan Haruto yang siap menyangga tubuhnya.

Lantas Jeongwoo sesegukan dalam pelukan Haruto. Entah apa alasan tangis tersebut, namun Haruto memilih bungkam untuk saat ini. Memberi sedikit waktu untuk Jeongwoo meluapkan emosi yang ada dalam dirinya.

"Tolong—jangan pergi." Lirihnya terdengar menyimpan begitu banyak ketakutan.

"Maaf." Sebuah untaian kata maaf keluar dengan halus. Menyertai gerakan tangan Haruto yang mengelus belakang kepala dari sosok yang mencari kehangatan dalam pelukannya.

119 [Hajeongwoo] ✔Where stories live. Discover now