Part 5 : 119

3.2K 561 85
                                    

Warn! Mention of terror

Setelah mengantarkan kepergian kedua orang yang menjadi sanak saudara penyandang Watanabe, Jeongwoo menelusuri ruangan dengan manik cokelat indahnya yang menerawang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengantarkan kepergian kedua orang yang menjadi sanak saudara penyandang Watanabe, Jeongwoo menelusuri ruangan dengan manik cokelat indahnya yang menerawang.

Mendapati kesunyian yang mengisi dan meninggalkan dirinya sebagai satu-satunya makhluk hidup yang menempati apartemen besar yang Haruto miliki.

Sebuah note bertulis tangan rapi terletak apik di atas meja yang mengatakan bahwa Haruto tengah pergi keluar untuk membeli makanan karena perutnya telah mengemis meminta makan di waktu yang kurang tepat—atau mungkin sangat tidak tepat.

Jeongwoo membiarkan layar lebar di depannya menyala untuk setidaknya menemani kekosongan yang menyambar dengan suara dari program yang disiarkan di sana. Mengakui dan berani bersumpah demi kedua orang tuanya yang entah berada dimana jika dirinya sebelum ini bukanlah sosok penakut.

Namun kengerian tiba-tiba menjalari lingkup sekitarnya ketika rekaman memori di kepala mengulang tangkapan matanya tentang sosok tertutup kegelapan yang telah menunggu kehadirannya untuk mendapat kebebasan.

Tentang itu, keinginan menarik kata-katanya menjadi harapan yang Jeongwoo dambakan saat ini. Mendapatkan seorang teman yang baik hati, Jeongwoo jadi memiliki keinginan untuk membalas budi agar tidak terlilit hutang di saat hari kematiannya menjemput. Setidaknya berpulang dengan bahu yang ringan akan lebih baik.

Berpikir jika ponselnya dapat membantu, Jeongwoo meninggalkan televisi untuk sekedar mengambil benda pipih pintar itu sebelum kembali. Mengais yang dituju sebelum kembali turun kebawah.

Saat sedang duduk di sofa, Jeongwoo menyempatkan diri untuk menyalakan televisi. Membiarkan waktu habis termakan dan melalui setengah jam lamanya terlarut dalam acara TV—atau mungkin pikiran yang melambung kemana-mana.

Hingga suara keran dapur yang menyala mengalihkan atensi. Ada ketakutan yang tiba-tiba melingkupi hatinya bahkan tangan yang gemetar secara refleks tidak dapat Jeongwoo hentikan meski ingin.

Berjalan perlahan, Jeongwoo mengatur nafasnya untuk tetap tenang sebelum mendapati keran dapur yang bocor. Merasa konyol saat berpikir bisa saja makhluk halus yang dipercaya banyak orang benar-benar ada; hantu atau mungkin lebih buruknya lagi, seseorang dibalik kegelapan tengah memantaunya.

Menggeleng ribut, Jeongwoo menanamkan pikiran jika apartemen ini adalah apartemen elit yang dijaga ketat oleh security diluar sana. Ini apartemen Haruto dan mengenai pemuda Watanabe, tiba-tiba Jeongwoo mencemaskan sosok jangkung tersebut.

Melangkah tergesa menuju meja yang terletak rapi di depan televisi, Jeongwoo meraih dengan buru-buru ponselnya yang berada tepat di sisi note yang Haruto buat. Mensyukuri dirinya yang menyempatkan diri untuk sekedar bertukar kontak dengan Watanabe.

Seolah dewi keberuntungan memusuhinya, Jeongwoo dapat mendengar jelas panggilan telepon yang berdering di atas. Jelas bukan ponselnya karena dengan jelas benda pipih itu berada pada genggaman tangannya.

119 [Hajeongwoo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang