Part 3 : 119

3.5K 592 62
                                    

Detik jam adalah satu-satunya yang mengisi ruangan luas yang sekarang menjadi hak tak tertulis Jeongwoo yang diberikan langsung oleh Haruto dengan cuma-cuma

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Detik jam adalah satu-satunya yang mengisi ruangan luas yang sekarang menjadi hak tak tertulis Jeongwoo yang diberikan langsung oleh Haruto dengan cuma-cuma.

Keheningan yang membawa segala ingatan buruk dan kekurangan pada Jeongwoo yang terlarut dalam hening yang dibuatnya sendiri.

Jeongwoo bertanya-tanya dalam diri, tentang segala nasib buruk yang menjadi jalan takdirnya. Bisakah berubah? karena kehadiran Haruto seolah memberi harapan baru untuk Jeongwoo.

Tepat saat sang pemuda Jepang menjadi sorot utama di pikiran, Haruto muncul dari balik pintu setelah sebelumnya mengetuk pintu kamar yang ditempati Jeongwoo saat ini.

"Jeongwoo, aku bawakan baju. Jeongwoo pasti ingin membersihkan diri kan?" Seolah tak pernah terjadi kejadian canggung yang membuat Haruto meninggalkan kamar ini sebelumnya, pemuda jangkung itu berjalan dengan senyuman kearah Jeongwoo yang menerima dengan baik satu set pakaian yang Haruto berikan.

"Terima kasih." Untuk pertama kalinya, senyum Jeongwoo kembali mengembang indah untuk seseorang.

"Sama-sama Jeongwoo. Kalau begitu aku keluar dulu." Membenarkan letak kaca matanya, Haruto buru-buru meninggalkan ruangan yang tiba-tiba membuatnya berkeringat.

Manik cokelat indah milik Jeongwoo hanya mampu mengikuti gerak punggung lebar milik Haruto yang akhirnya menghilang dibalik pintu yang menyekat mereka.

Mengabaikan degup jantungnya yang melaju cepat, Jeongwoo bangkit dari posisi awalnya untuk membersihkan diri.

Lima belas menit adalah waktu jangka panjang pertama Jeongwoo untuk mandi setelah sekian lama. Air mengalir adalah faktor utamanya juga suhu air yang begitu membuat Jeongwoo merasa nyaman.

Tepat ketika langkah kaki Jeongwoo membawanya keluar dari ruangan lembab itu, suara nyaring ponselnya seolah menjadi penyambut. Nomor tak dikenal adalah pengisi layar ponsel Jeongwoo saat ini.

Getaran pada tangannya tak mampu Jeongwoo hentikan saat ingatannya melayang pada nomor pembunuh yang dicobanya saat itu. Namun saat panggilan tersebut terjawab dengan sendirinya, tidak ada yang bisa Jeongwoo lakukan selain dengan refleks melempar ponselnya sembarang arah.

"Bagaimana harimu? rumah yang terbakar? lalu apalagi? bukankah kau lelah? datanglah ke tempat dimana kau menemukanku, aku akan menunggu malam ini."

Setelahnya panggilan tersebut terputus begitu saja. Meninggalkan Jeongwoo dengan tetesan keringat dingin yang mengucur menghias wajahnya yang ketakutan. Meski demikian, sisi lain dari dirinya tak bisa berbohong tentang betapa bahagia dirinya menerima panggilan kematian ini.

Maka hari ini, Jeongwoo berniat untuk berterima kasih kembali untuk Haruto yang bersedia menampungnya sementara waktu disini.

Begitu Jeongeoo berdiri di pijakan tangga terbawah pemandangan Haruto yang tengah membersihkan ruangan menjadi penarik perhatian. Pemuda Jepang yang hanya menggunakan kaos putih kebiasaannya terlihat bergairah dengan keringat yang menjadi pelengkap.

119 [Hajeongwoo] ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora