Part 2 : 119

3.8K 630 47
                                    

Tanpa rencana, semua berjalan begitu saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanpa rencana, semua berjalan begitu saja. Tanpa ijin dan tanpa aba-aba. Saat satu beban terangkat, satu beban lagi datang. Seakan telah menjadi sebuah peraturan hidup dimana masalah adalah peneman paling setia.

Langkah ringan Jeongwoo terhenti saat lorong kecil yang menjadi penghubung ke rumahnya ditutup dengan sebuah pembatas yang memenuhi jalanan. Sosok yang mengekori di belakangnya turut berhenti berjalan. Tabrakan pada punggung Jeongwoo rasakan setelahnya. Sang pelaku terlihat terkejut sebelum mengucap beribu maaf.

"Maaf Jeongwoo, tapi Jeongwoo tiba-tiba berhenti." Rasa bersalah menjalar ke dalam diri Haruto. Sedikit gugup menjadi rasa tambahan saat Jeongwoo hanya menatap dalam keterdiaman yang membawa hening.

"K-kenapa ini di tutup?" Pengalihan topik, Haruto berusaha membuat perhatian Jeongwoo beralih kearah papan peringatan yang menghadang jalan.

"Tidak tau." Setelah menyuarakan jawabannya, Jeongwoo melompat sebelum berlari masuk.

Dalam sepersekian detik, Haruto masih membatu. Menatap terkejut atas aksi tiba-tiba yang Jeongwoo lakukan. Tungkai panjangnya dengan ragu mengikuti langkah Jeongwoo untuk masuk kedalam lorong gang.

Hanya butuh beberapa langkah untuk Haruto menemukan Jeongwoo yang dihadang oleh petugas pemadam kebakaran serta api yang terlihat agak jauh disana.

"Itu rumahku!"

Samar-samar Haruto mendengar teriakan petugas yang turut membentak. Aksi Jeongwoo malah membuat keributan terjadi.

Tarikan pada tangannya Jeongwoo rasakan saat hampir saja petugas yang menghalangi melayangkan tamparan untuknya. Haruto adalah pelaku dibaliknya.

"Jangan gunakan kekerasan." Suara Haruto memberat, membuatnya terdengar lebih mengintimidasi.

Di depan mereka, sang petugas terlihat salah tingkah. Air wajahnya menjelaskan segalanya, tentang ketakutan yang menjalari dalam diri.

"Kalau begitu bawa pergi teman gila mu!" Suara tingginya masih terdengar. Sekaligus menjadi topeng akan ketakutannya pada seorang pemuda jangkung berkacamata yang berdiri menutupi Jeongwoo di belakangnya.

Dengan ragu, Haruto menuntun Jeongwoo untuk keluar saat kepulan asap semakin menutupi penglihatan. Tidak dapat membaca raut wajah pemuda manis itu karena asap yang turut hadir diantara mereka.

Menjadikan sebuah halte bus sebagai tempat berhenti, Haruto membiarkan Jeongwoo duduk lebih dulu. Meneliti pemuda itu namun Haruto tidak dapat membaca arti dari raut datar yang Jeongwoo tampilkan.

"Jeongwoo baik-baik saja?" Mendudukkan diri disebelah pemuda yang menyandang marga Park, Haruto membiarkan sedikit jarak antara keduanya.

"Jeong-" Potongan Jeongwoo lebih dulu menghentikan. "Pergilah." Tanpa nada dan tanpa sedikitpun menoleh. Haruto sedikitnya merasa tidak dihargai namun melihat kembali keadaan, sebuah permakluman sangat dibutuhkan sekarang.

119 [Hajeongwoo] ✔Where stories live. Discover now