29.

35.1K 2.4K 497
                                    

Zayn menatap sesosok malaikat kecil dari balik kaca. Malaikat kecil itu sedang tertidur pulas di ruangan khusus bayi, kulitnya putih bersih, pipinya kemerahan. Bulu matanya yang lentik membuat Zayn merasa yakin bahwa malaikat kecil ini mengambil kemiripan yang satu itu darinya. Zayn tersenyum penuh haru. Sudah tiga puluh menit dia berdiri disana tanpa bergeser sedikitpun. Sesekali Zayn menempelkan jari-jarinya pada kaca yang memisahkan karena tidak sabar untuk menggendongnya lagi, namun perawat melarangnya karena udara selain di ruang penyimpanan bayi itu, masih belum bisa dihirup si bayi yang baru lahir dua jam yang lalu.

"So you're a dad now?" Zayn menoleh ke belakang, ke arah sumber suara yang mengganggu kekhusyukan nya menatap bayinya.

"Yeah, I think that's what I feel." Jawab Zayn sambil tersenyum. "How's your flight, Brianna?"

Brianna melangkah maju dan mensejajarkan dirinya dengan Zayn, lalu ikut menatap bayi mungil di hadapannya. "Sedikit jetlag." Brianna menatap lebih dalam ke arah makhluk kecil yang merupakan anak sahabatnya, yang selama ini dia sebut sebagai 'keponakan' nya. "He is so cute."

"Surely he is."

"Dimana Maia?"

"Dia di ruang perawatan." Zayn menunjuk sebuah ruangan dengan pintu abu-abu di ujung koridor. "Dia baru saja tertidur. Tidak keberatan kan kalau kau tunggu disini? She needs massive rest."

"Tapi dia baik-baik saja, kan?"

"Ya. Dia wanita kuat." Zayn menarik napas sejenak. "Aku menemaninya sejak dia masuk ruang tindakan. Aku tidak pernah berada dalam situasi lebih menegangkan dan mengharukan daripada itu, Bri. Tapi syukurlah, dia melalui proses persalinan normal. Kau tau? Perutnya berkontraksi hebat selama enam jam. She is just.. Great."

"Dia banyak melalui hal berat dalam hidupnya, Zayn. She is strong. The strongest woman I've known." Brianna menolehkan wajahnya pada Zayn, yang masih mengenakan kemeja dan celana bahannya bekas pesta semalam, sambil tersenyum. "But thank you, Zayn. Kau sudah menepati janjimu."

Zayn membalas senyum Brianna. "My pleasure, Brianna. So, are we friends now?"

Brianna tertawa kecil mendengar pertanyaan Zayn barusan, apalagi mengingat banyak sekali luka yang mendarat di wajah Zayn akibat perbuatan Brianna di masa lalu. "Well.. Let's just be friends!" Brianna mengulurkan tangannya yang disambut tangan Zayn lalu mereka tertawa lagi. "Anyway, Zayn. Kau sudah memikirkan nama untuk keponakanku ini?"

"Damn. Bisa-bisanya aku melupakan hal penting ini!"

"Tidak apa-apa, kau masih punya waktu."

"Mungkin malam ini aku akan memikirkannya, dan akan kuberi nama setelah Maia dan bayi ini pulang ke rumahku, bukan ide yang buruk kan?"

"That's alright, man." Brianna mengacungkan jempolnya pada Zayn. "Zayn, bolehkah aku sekedar duduk di ruangan Maia? Aku merasa berdosa tidak menemaninya saat melahirkan karena pesawatku telat. Aku janji tidak akan membuat keributan."

"Baiklah. Aku pun akan kembali ke studio, masih harus take vocal."

"Sebaiknya kau mandi dulu. You look like a mess." Brianna tertawa mengejek.

"But I'm still hot, you know."

"Fuck you!" Brianna mendorong bahu Zayn. "Good luck, Zayn."

"Thanks." Brianna pun melangkah menuju ruang perawatan Maia. Tapi baru beberapa langkah, Zayn kembali memanggilnya.

"Brianna, wait!"

Brianna pun menoleh. "Ada apa?"

"Mm.. Apakah kau pernah mendengar jika Maia punya teman bernama.. Calum?"

WORDS ✖️ ZAYN MALIKWhere stories live. Discover now