6.

35.8K 2.4K 356
                                    

Sudah sebulan sejak kejadian itu dan Maia masih tetap terbayang atas setiap inch dari tubuhnya yang disentuh Zayn. Maia merinding ngeri tiap kali dia mengingat hal ini.

Karena kejadian itu juga, Maia sudah tidak lagi bermain dengan dunia maya. Biasanya dia paling rajin stalking semua akun idolanya sebelum tidur, tapi sekarang, rasanya hambar melakukan itu semua.

"Jangan banyak melamun, Nona muda.." Sapa seorang wanita 50 tahunan yang sibuk meletakkan piring dan sendok di meja.

"Aku tidak melamun Auntie Liv." Jawab Maia mengelak. Auntie Liv adalah ibunda Brianna. Maia berada di rumah Brianna untuk merayakan keberhasilan Samuel yang naik jabatan di kantornya. Kebiasaan keluarga Brianna adalah merayakan segala hal walaupun sebenarnya tidak perlu.

Tapi Maia iri dengan keluarga Brianna yang masih lengkap. Sementara Maia hanya sebatang kara sekarang. Ibunya meninggal 3 tahun lalu dan ayahnya meninggalkan mereka sejak Maia masih balita. Brianna adalah satu-satunya kerabat terdekat mengingat orang tua mereka juga saling mengenal sejak lama. Berada di sekeliling keluarga Brianna adalah rumah lainnya untuk Maia.

"Apakah semuanya sudah siap? Mari kita mulai!" Teriak Uncle Rob, ayah Brianna. Brianna, Maia, Samuel dan Lily -- istri Samuel pun duduk manis di kursi mereka masing-masing. Mereka saling berpegangan tangan sambil berdoa sebelum menyantap makan besar khas keluarga Mc Evans ini.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu, Maia? Berjalan baik?" Tanya Uncle Rob sambil memotong kalkun di piringnya.

"Baik, Uncle. Aku suka bekerja disana walaupun supervisor nya terkadang cerewet." Jawab Maia dengan sedikit tawa. Walaupun Maia hanya bekerja sebagai kru pencatat barang di gudang sebuah retail, tapi Maia menikmatinya.

"Dan kau Brianna? Bagaimana? Sudah adakah lelaki yang mendekatimu?" Tanya ayahnya yang membuat Maia hampir tersedak karena Maia tau Brianna benci pertanyaan ini.

"Ayolah Dad.." Ucap Brianna sambil memutar bola matanya.

"Cobalah berdandan, Bri. Mana ada pria yang mau dengan gadis kumal sepertimu." Canda Samuel yang disambut dengan lemparan tissue ke arah piring Samuel.

Acara makan malam selesai. Sekarang Brianna dan Maia berada di ruang tengah dekat perapian. Brianna sibuk menyalakan api sementara Maia mengunyah coklat dari dalam toples.

Tapi tiba-tiba perut Maia bereaksi tidak baik. Seakan dia ingin mengeluarkan semua isinya. Maia menyimpan toples coklat dengan asal lalu setengah berlari ke kamar mandi.

Maia langsung meraih wastafel dan mencoba mengeluarkan isi perutnya yang benar-benar mual. Padahal Maia ingat betul dia tidak makan makanan aneh. Dan Maia juga yakin Auntie Liv tidak memasak makanan beracun.

"Ada apa?" Brianna tiba-tiba muncul di belakang Maia yang masih mencuci mulutnya dengan air keran wastafel.

"Tidak enak badan, Bri. Aku menginap disini ya." Brianna cuma mengangguk lalu menuntun sahabatnya menuju kamarnya di lantai 2.

Maia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur Brianna sesampainya di kamar bernuansa biru tua itu. "Kuambilkan teh hangat. Kau tunggu disini." Ucap Brianna.

Saat baru menarik selimut, Maia ingat satu hal : 'Apakah aku hamil? Damn! Zayn memang tidak memakai pengaman saat melakukan itu padaku! Ya Tuhan, jangan!'

Brianna datang dengan membawa secangkir teh di tangannya. "Duduk dan minum ini, Maia." Maia menurut apa yang dikatakan Brianna. "Kau sungguh tidak apa-apa kan, Maia?"

'Tidak. Aku tidak boleh mengatakan ini pada Brianna.'

"Mungkin karena cuaca akhir-akhir ini labil, Bri. Besok juga aku akan sembuh kok." Jawab Maia tersenyum palsu.

"Alright then. Kau tidur duluan saja. Samuel dan Lily akan pulang, aku mengantar mereka dulu sampai depan ya." Maia mengangguk dan kembali berbaring. Lalu Maia berpikir lagi bagaimana jika dia benar-benar...

Hamil.

***

Maia kaget saat dia bangun dan mendapatkan Brianna sudah berdiri dihadapannya sambil memegang suatu benda kecil. "Bri?"

"Bangun, Maia. Ke toilet dan bawa ini." Brianna memberikan benda kecil putih pada Maia yang Maia yakin adalah testpack kehamilan.

"Apa-apaan sih Bri? Hanya karena aku mual kau mengira aku hamil? Kau keterlaluan, Bri!" Desah Maia setengah kesal.

"Ada yang aneh darimu dan kau sembunyikan dariku. Buktikan bahwa aku salah dan pakai testpack ini, Maia!"

"Fine!" Maia beranjak dari tempat tidur dengan jengkel dan mengambil testpack itu dengan kasar dari tangan Brianna.

Sebenarnya Maia sangat takut jika kenyataannya firasat Brianna ini benar. Setelah memasukkan urine nya ke dalam testpack, Maia menunggu dengan perasaan tidak karuan.

10 detik.

20 detik.

40 detik.

60 detik.

Positif.

'Ya Tuhan aku harus bagaimana?' Maia menangis memegangi testpack dengan dua garis merah itu. Lantas dia keluar dari toilet setengah berlari lalu menuju Brianna yang duduk manis di tempat tidurnya.

"Maafkan aku, Bri.." Maia memeluk Brianna sambil menangis.

Seakan mengerti apa maksud sahabatnya, Brianna membalas pelukan Maia sambil ikut menangis. "Positif?" Maia cuma mengangguk dan tangisnya makin keras. "Naluriku padamu tidak pernah salah, Maia." Kali ini Brianna kesulitan berbicara karena tidak percaya apa yang terjadi. "Siapa yang melakukan ini?"

Maia melepaskan pelukannya tapi masih menangis. Dengan terisak dia menjawab. "Zayn, Bri. Setelah aku meminta foto, dia memaksaku melakukan itu. Lalu dia mencampakanku bagaikan jalang. Bahkan dia tidak menanyakan namaku. I hate him, Bri. Aku bingung..." Maia kembali histeris dalam air matanya. Brianna ikut-ikutan menatap sahabatnya dengan iba sekaligus kesal.

"Kenapa baru memberitahuku, Maia? Aku bisa membunuhnya saat itu juga kau tau itu kan?"

Mereka berdua larut dalam tangisan masing-masing. Maia benar-benar kalut dan tidak tahu harus berbuat apa karena usianya masih terlalu muda untuk menjadi seorang ibu.

Sementara Brianna sekarang dipenuhi amarah dan ingin rasanya menancapkan pisau paling tajam ke jantung Zayn. "Dia harus tau ini, Maia. Dia harus bertanggung jawab."

"Bagaimana, Bri? Kau tau dia siapa kan? Aku bahkan tidak tau dimana dia. Tidak mungkin, Bri. Biarlah aku saja yang menanggung kebodohanku ini.."

"No. Dia. Harus. Tau. Ini." Ucap Brianna tegas.

WORDS ✖️ ZAYN MALIKWhere stories live. Discover now