17.

28.8K 2.1K 291
                                    

Maia dan Brianna sudah berada di restoran hotel sejak pukul 7 pagi untuk sarapan. Menurut Brianna, ini adalah waktu yang tepat bertemu mereka : breakfast time, dimana biasanya seluruh tamu hotel ke restoran dan menyantap makanan mereka mulai pukul 7-10 pagi. Walaupun bisa saja, mereka meminta sarapan mereka diantar ke kamar.

"Habiskan makananmu, Maia." Ucap Brianna yang duduk di hadapan Maia.

"Aku sedang ingin makanan manis, Bri." Jawab Maia sambil memainkan garpu.

"Baiklah kuambilkan roti gandum dan selai strawberry."

"Sudah biar aku saja. Kata dokter aku harus banyak jalan." Brianna cuma mengangguk.

Beberapa menit kemudian Maia kembali ke tempat duduknya dengan membawa makanan manis yang dia inginkan. Lalu mulai mengunyahnya perlahan. Sementara Brianna sudah menghabiskan sausage dan red bean nya sejak tadi, dia hanya sibuk memandang sekeliling mencari siapapun diantara mereka.

Wajah Brianna berbinar tatkala melihat lift terbuka dan sebuah sosok familiar keluar dari sana. "Here he is.." Maia menoleh ke arah yang Brianna maksud. "Si pirang bodoh itu akhirnya keluar.."

"Kau yakin kita harus menghampirinya, Bri?"

"Apa ada cara lain? Ayo habiskan sarapanmu dan kita kesana!" Maia pun terburu-buru mengunyah rotinya. Lalu meminum jus jeruknya kemudian berjalan mengikuti Brianna ke arah Niall yang baru saja duduk manis setelah mengambil sandwich.

Niall terlihat masih sibuk dengan sandwich nya serta sesekali mengecek ponselnya, sampai-sampai dia tidak sadar ada dua perempuan sudah duduk di hadapannya. Brianna melipat kedua tangannya diatas meja sementara Maia cuma bisa menunduk entah merasa takut atau malu. "Selamat pagi, pirang bodoh.." Sapa Brianna yang langsung membuat Niall tertegun dan hampir mengeluarkan isi makanan di mulutnya.

"Shit!" Niall buru-buru meraih gelas berisi air mineral dan meminumnya. "Jesus Christ kalian mengagetkanku lebih dari Annabelle di film The Conjuring!"

"Aw kau berlebihan, pirang bodoh. Bagaimana kabarmu?" Tanya Brianna enteng.

"Namaku Niall Horan!"

"Okay I repeat. Bagaimana kabarmu, Niall Horan?"

"Buruk setelah kalian disini!" Lalu pandangan Niall beralih pada Maia yang sejak tadi hanya diam. "Hei kau menggemuk. Kau benar-benar hamil?"

Maia pun menyentuh kedua pipinya yang memang makin chubby. "Apa aku pernah berbohong, Niall? Usia kandungannya 15 minggu sekarang." Ucap Maia.

"Bagaimana kalian tau kita disini? Kalian pasti menggunakan jasa cenayang!"

"Tahun 2015 dan masih percaya cenayang? Kami hanya selangkah lebih pintar, Niall Horan!" Entah mengapa Niall kali ini merasa terintimidasi perempuan berambut pendek di hadapannya ini.

"What do you want?"

"Aku dan Maia harus bertemu Zayn dan menagih janjinya untuk tes DNA."

"Tidak mungkin. Perrie sedang disini."

"Ya aku tau. Kemarin aku menabrak perempuan so' cantik itu. Tapi.. Who cares? Kami harus membuktikan bahwa bayi yang ada di kandungan sahabatku ini adalah bayinya."

Niall menghela napas dan meraih ponselnya. "Aku akan menelepon Zayn. Jangan buat keributan."

"Yo, Horan?"

"Zayn? Kau sudah bangun?"

"Ya tumben sekali hari ini aku bangun pagi. Ada apa?"

"Aku sedang sarapan di restoran hotel dan kau tau aku bertemu siapa?"

"Who? Demi Lovato?"

"No, Zayn. Dua perempuan yang salah satunya mengaku hamil waktu kita di Singapore itu!"

"Wait what? You're kidding?"

"No, Zayn. Mereka ingin bertemu denganmu!"

"Fuck!"

"Apa Perrie disana?"

"No. Dia menginap di tempat temannya."

"Baguslah. Kau tak punya pilihan lain, Zayn. Ikutilah apa maunya."

"But, Horan.. What if.."

"Zayn.. Hadapilah masalahmu. You're a grown up man, aren't ya?"

"Shit! Baiklah. Antar mereka ke kamarku."

***
Brianna dan keempat personil One Direction lainnya berada di depan kamar Zayn. Zayn bilang dia hanya ingin berbicara empat mata dengan Maia.

"Jangan sentuh-sentuh aku, keriting!" Teriak Brianna saat Harry berusaha merangkul pundaknya.

"Chill, babe. Aku hanya mengagumimu. Kau keren." Ucap Harry diiringi senyum jahilnya.

"I am not your fucking babe!" Brianna mendorong tubuh Harry dan teman-teman lainnya tertawa kecil. Brianna kembali menyandarkan punggungnya ke pintu kamar Zayn sambil menunggu apa yang terjadi selanjutnya antara Zayn dan Maia.

Sementara di kamar, Zayn yang masih segar karena baru mandi sibuk berjalan bolak balik menghadap jendela. Maia hanya duduk di sisi tempat tidur tertunduk sambil menggigit bibir bawahnya.

"This is crazy.." Desah Zayn frustasi.

"Zayn, aku hanya meminta tes DNA. Ini benar-benar anakmu.."

"Aku tidak mau, okay? Itu sangat membuang waktu!"

"Zayn tapi.."

"Begini saja.. Kuberi kau uang dengan jumlah yang kau mau, lalu kau jangan pernah menemuiku lagi. Setuju?"

Mendengar ucapan Zayn yang terkesan meremehkan, Maia memberanikan diri berdiri dan berjalan mendekati Zayn. "Kau pikir aku wanita murahan dan haus uang, Zayn?"

Zayn mengangkat bibirnya satu sisi. "Jangan munafik, kau butuh uang untuk bayimu itu kan?"

Maia mengayunkan tangan kanannya bermaksud menampar Zayn, tapi Zayn keburu menangkapnya. Mata Maia dan Zayn bertemu, sementara Maia mulai menangis menahan kesedihan yang dia rasakan.

'Shit, kau tidak boleh luluh, Zayn.'

"Kau keterlaluan, Zayn!" Teriak Maia.

"Lalu apa maumu? Aku mengakui anak itu dan menikahimu? Bitch. Itu tidak pernah akan terjadi!"

"Apa kau tidak pernah membayangkan kalau ini terjadi pada adik perempuanmu, Zayn?"

"Shut up!" Zayn kini membentak Maia tepat di depan wajahnya yang membuat Maia sedikit terhentak. Tanpa berperikemanusiaan Zayn menarik ujung kerah kemeja Maia. "Jangan bawa-bawa keluargaku." Maia sontak mengeluarkan air matanya deras. "Jangan menangis, bodoh!" Sentak Zayn lagi. Tapi Maia malah makin menangis dengan keras.

Plak!

Satu tamparan berhasil melayang di pipi Maia. "I said do not cry, bitch!" Teriak Zayn. Maia memegangi pipinya yang sakit karena perbuatan Zayn barusan. Tanpa pikir panjang, dia berbalik dan berlari menuju pintu kamar untuk keluar. Karena panik, Maia tidak sadar bahwa lantai kamar Zayn licin karena percikan air selesai Zayn mandi beberapa saat lalu. Maia mengayunkan kedua kakinya dan BRUK! Dia terjatuh karena lantai yang basah. Kepalanya menyentuh keramik yang membuat Maia pening. Satu hal lagi, darah mengalir segar di kaki Maia.

"BRIANNA!" Teriak Maia sekuat tenaga sebelum akhirnya pingsan dan semua tampak gelap.

WORDS ✖️ ZAYN MALIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang