28.

31.9K 2.2K 281
                                    

"Kau jangan berbesar hati dulu, bitch!"

Plak!

"Kau pikir aku membawamu kesini lalu aku berbaik hati padamu?"

Plak!

"Kau sungguh mengganggu kehidupanku! Karierku masih panjang dan kau membawa bayi ini bersamamu ke dalam hidupku!"

Plak!

Zayn masih tidak menunjukkan rasa kasihannya pada Maia yang sudah tersungkur di pojok ruangan. Setelah menamparnya, Zayn tidak sungkan menendang Maia dan Maia hanya bisa meringis sambil menangis.

"Mati saja kau, jalang dan anak sialan!"

Satu tendangan lagi tepat mengenai perut Maia.

Dan Maia tidak bisa bergerak lagi.

"Hhh!" Maia terbangun dari mimpi buruknya dengan keringat mengucur deras. Sudah lebih dari seminggu Maia disini dan mimpi buruk tentang perlakuan tidak baik Zayn padanya masih sering menghantui.

Padahal, selama ini Zayn baik-baik saja, namun peristiwa di masa lalu, membuat Maia masih sedikit trauma.

Maia mengatur napasnya perlahan dan meraih segelas air putih di samping tempat tidurnya.

"Maia?" Terdengar suara Shafaa mengetuk pintu kamar Maia.

Maia segera menuju pintu dan membukanya. "Ya, Shafaa?"

"Makan malam sudah siap.." Shafaa lalu melihat Maia dari atas sampai bawah. "Are you alright? Kau berkeringat."

"Aku tidak apa-apa. Hanya bermimpi buruk barusan. Astaga! Aku ketiduran sejak sore tadi, maaf Shafaa.."

"Tidak apa-apa. Aku memanggilmu sejak tadi dari bawah, tapi tidak ada jawaban. Makanya aku kemari. Aku tunggu di ruang makan ya!"

"Baiklah. Aku ganti pakaian dulu."

Maia mengganti pakaiannya yang penuh keringat itu. Lalu mengikat rambutnya dan keluar kamar.

Saat akan menutup pintu kamarnya, Zayn baru keluar kamarnya, yang letaknya tepat di depan kamar Maia. Zayn sudah nampak rapi dengan jas dan dasi kupu-kupunya. Maia terpesona melihat Zayn, namun tiba-tiba ingat mimpi buruknya barusan. Maka Maia memutuskan untuk menunduk saat Zayn tersenyum padanya.

"Maia? Ada apa?" Tanya Zayn yang merasa janggal atas sambutan Maia.

"Ti.. Tidak ada apa-apa. Zayn kau mau kemana?"

Zayn mengangkat dagu Maia dengan tangan kanannya. "Ada pesta ulang tahun manajemenku, Maia." Maia berusaha menghindari kontak mata dengan Zayn. "Hey, look at me.." Masih dengan takut, Maia melakukan apa yang Zayn suruh. "I know I did you wrong, Maia. Tapi kali ini aku berjanji aku akan memperlakukanmu dengan baik." Maia mengangguk pelan tanpa sanggup berkata-kata. "Kau akan makan malam? Ayo kita kebawah, kurasa teman-temanku pun sebentar lagi datang menjemput."

Zayn dan Maia beriringan menuruni tangga menuju lantai satu. Shafaa sedang sibuk menata makanan di meja makan saat bel rumah berbunyi. Shafaa pun menuju pintu depan dan membukakannya. "Zayn! Your friends!"

"Biarkan mereka masuk.."

Maia pergi ke ruang makan sementara Zayn menghampiri teman-temannya. "Aku mau bertemu Maia.." Ucap Liam. Zayn pun menyuruh Liam ke ruang makan dimana Maia sedang menikmati baked potato nya.

"Liam!" Teriak Maia, Liam pun mendekati Maia dan memeluknya dari samping.

"Kau sehat?"

"Sehat, Liam. Aku sudah bertemu ibumu."

"Iya, Mom sudah cerita."

Lalu datang Harry menginterupsi reuni antara Liam dan Maia. "Liam, ayo cepat pergi. Nanti kita telat." Ucap Harry. "Well hello, Maia! Mana Brianna? Aku merindukannya."

"Hello, Harry. Brianna mungkin besok baru tiba disini."

"Aku harus pergi, Maia. I'll see you again, yeah?"

"Yeah. Have fun, kalian!"

Liam dan Harry pun pergi, namun baru beberapa langkah, ketiga temannya yang lain datang untuk berpamitan pada Maia dan Shafaa.

"Jaga Maia dengan baik, Shafaa!" Teriak Zayn.

"Pasti!"

"Bye, Shafaa. Bye, Maia!" Ucap Zayn lagi sambil melambaikan tangan. Diikuti teman-temannya yang lain.

"Bye, Shafaa!" Tambah Niall yang membuat pipi Shafaa memerah.

"Genit kau!" Protes Louis yang mengacak-acak rambut Niall seketika. Sementara Shafaa hanya diam membeku di posisinya sampai kelima pria tampan tadi benar-benar pergi.

"Kau menyukai Niall?" Tanya Maia tersenyum.

"Ti.. Tidak! Uh Maia kau seperti Zayn! Huh!"

***

One Direction tiba di Hotel 41, London setengah jam kemudian. Mereka pun menuruni limo dan berjalan masuk menuju ballroom, dimana pesta ulang tahun ke-10 Modest Management diadakan.

"I wish I were not here.." Bisik Zayn.

"Aku tau. Kau malas berjumpa dia kan?" Balas Harry menunjuk perempuan blonde memakai gaun warna silver yang sedang bercengkrama dengan teman-teman lainnya.

"Yeah." Jawab Zayn malas. "Aku lebih baik mengambil minum dan cari udara di luar sebelum dia melihat kehadiranku, Styles."

"Go ahead."

Zayn pun mengambil minuman dari nampan waitress lalu berjalan ke luar ballroom, menuju balkon. Sementara temannya yang lain bergabung dengan tamu lainnya. Untung pesta ini private, jadi tidak ada paparazzi yang mengusik, terlebih jika ada Zayn dan Perrie di satu tempat.

Baru saja Zayn meneguk minumannya, seorang perempuan menghampiri Zayn dan menyapanya. "Sendirian, Tuan Malik?"

"Shit.." Desah Zayn mengacak rambutnya sebelum berbalik untuk melihat sumber suara.

"Kukira kau tidak akan datang.." Perrie berjalan mendekat ke arah Zayn dan berdiri tepat di sebelahnya.

"Aku pun sebenarnya malas tapi, well, aku hanya profesional."

Perrie menatap wajah Zayn dengan dalam, lalu menggunakan jari-jari tangannya untuk menyentuh pipi Zayn. "You look handsome.."

"Thank you. Tapi kurasa ketampananku akan berkurang setelah kau menyentuh wajahku, Nona Edwards." Zayn pun menurunkan tangan Perrie yang membuat Perrie kesal.

"How's life? Bertambah buruk setelah kau putus denganku, kan?"

"Oh really?"

"Apalagi ada jalangmu mu yang hamil karenamu. Untung aku bisa menjaga mulutku untuk tidak mengatakannya pada media."

"Can you just shut up and get away from my face now?"

"Ada apa, Zayn? Apakah jalangmu itu lebih cantik dariku? I don't think so. She is just a slut who slept with you.. Poor you, Zayn."

Ingin rasanya Zayn menjambak rambut perempuan yang ada di depannya ini. "Whatever you say, you bitch!" Teriak Zayn, beruntung musik dari ballroom lebih kencang, jadi tidak bisa terdengar apa yang Zayn katakan barusan oleh tamu lainnya. "Dan satu lagi, Perrie Edwards.." Zayn mendekatkan wajahnya pada Perrie. "She is not a slut.. Maybe you are.."

Zayn pun meninggalkan Perrie sendirian di balkon. Terlihat wajah jengkel Perrie namun Zayn hanya melambaikan tangannya dengan santai. "Eat that.." Bisik Zayn pada dirinya sendiri.

Baru beberapa langkah keluar dari balkon, ponsel Zayn berbunyi. Layarnya menunjukkan bahwa Shafaa meneleponnya.

"Ya, Shafaa?"

"Zayn, Maia, Zayn!"

"Ada apa, Shafaa?"

"Dia.. Dia akan melahirkan. Perutnya sudah berkontraksi dan sekarang aku dijalan menuju rumah Nyonya Tiffany!"

"Okay aku kesana sekarang! Menyetir yang benar, Shafaa! Fokus! Dan tolong tenangkan Maia. Aku segera kesana!"

WORDS ✖️ ZAYN MALIKDonde viven las historias. Descúbrelo ahora