3.

45.9K 2.7K 670
                                    

Maia dengan mantap melangkahkan kakinya ke dalam Purple Rain Hotel, salah satu hotel paling mewah di Sydney. Dia menuju arah lift, menaikinya lalu menekan tombol 15. Maia masih ingat betul 2 bulan lalu Brianna mengajaknya kesini untuk mengikuti pesta lajang Samuel, kakak Brianna.

Di lift, Maia membuka crop tee putih nya dan menyisakan tank top hitam. Maia hanya ingin terlihat normal layaknya orang ke bar kebanyakan, memakai pakaian agak terbuka. Jadi dia menyimpan crop tee nya ke dalam tas selempang kecilnya sambil senyum-senyum sendiri di dalam lift.

'Aku akan bertemu prince charming ku' ungkap Maia dalam hati.

Beberapa saat kemudian Maia tiba di bar. Matanya langsung melihat ke sekeliling, mencari pria yang ia gilai selama ini. Lalu pandangannya terhenti pada sudut ruangan. Disana, Maia melihat sekumpulan pria sedang asyik tertawa. Maia sangat yakin pria-pria itu adalah Liam, Niall, Harry dan Louis yang dikelilingi wanita-wanita yang wajahnya sering Maia lihat di iklan televisi lokal.

Tidak, tapi tidak ada Zayn disana.

Maia pun memutuskan untuk ke meja bartender dan memesan beer sambil menunggu, karena Maia berpikir, mungkin Zayn sedang ke kamar kecil dan tidak lama lagi akan kesini.

Maia duduk di kursi putar depan meja bartender. Matanya tidak lepas dari sekumpulan pria idolanya di seberang sana.

'Mereka sedekat ini denganku, jantungku berdegup tak karuan.' Ucap Maia dalam hati.

Detik demi detik berlalu, tak terasa sudah 30 menit Maia duduk disana. Tapi sosok Zayn Malik tidak kunjung muncul. Maia menghela napas tanda kecewa. Seharusnya dia mendengar kata Brianna, seharusnya Maia tidak nekat datang kemari kalau hasilnya nihil.

Maia akhirnya menyerah di menit ke-45. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam tas nya untuk membayar bergelas-gelas beer yang sudah dia minum.

"One Vodka Martini, please.." Maia dikejutkan dengan suara pria yang tiba-tiba duduk di sebelahnya saat Maia baru saja akan pergi dari bar itu.

Maia menoleh ke sebelahnya dan menemukan pria bertato penuh di lengannya, berkumis dan janggut tipis serta bibirnya menghisap rokok.

Seketika Maia melongo karena pria di sebelahnya ini adalah pria yang ia tunggu sejak 45 menit lalu.

"Zayn.." Bisik Maia sambil menatap lurus pria berwajah timur tengah itu.

"You know me?" Balas Zayn yang mendengar bisikan Maia tadi. Maia cuma mematung tidak percaya. Seketika segalanya berasa beku. "Nona.." Zayn menepuk bahu Maia. "Kau baik-baik saja?"

Maia cuma mengangguk masih dengan ekspresi datar. Zayn tersenyum dan Maia makin ingin pingsan saat ini juga. "Am I dreaming?" Tanya Maia tanpa ekspresi.

"I guess you're awake." Jawab Zayn. "Perlu aku cubit tanganmu seperti yang biasa orang lakukan?" Tawar Zayn sambil menghisap rokoknya.

"No. No." Ucap Maia sambil salah tingkah.

"Good. Baiklah Nona, sepertinya kau baru akan pergi. Selamat malam." Zayn tersenyum lagi.

"Ti.. Tidak. Aku menunggumu sejak tadi."

Zayn tertegun dan menyimpan rokoknya di asbak lalu menatap Maia. "Menungguku?"

"I.. Iya. Aku fans mu, Zayn."

"Wow. Surprising."

"Aku melihat foto yang Niall unggah di Instagram. Kalian disini. Lalu aku menyusul. Tapi aku tidak mau bertemu yang lain. Aku hanya menunggumu." Maia mencoba tidak gugup menjelaskan apa yang terjadi pada Zayn.

Zayn tersenyum mendengar kata-kata Maia. "So here I am now. Apa yang akan kau lakukan?"

"Boleh berfoto bersama?" Maia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas kegirangan.

"Tentu. Tapi pencahayaan disini kurang baik. Boleh aku menghabiskan minumku dulu lalu kita cari tempat yang lebih terang?" Zayn mengangkat gelasnya tanda dia sudah siap meminum minumannya.

"Ya. Tentu saja." Maia yang tadinya berdiri kembali duduk tepat di sebelah Zayn. Maia tidak hentinya menatap Zayn. Dia tidak percaya akhirnya bisa sedekat ini dengan idolanya.

'Hey, Brianna. Aku berhasil!'

"Jadi kau menonton konserku?" Tanya Zayn.

"Iya. Di kelas VVIP." Jawab Maia mantap.

"That's cool." Zayn meneguk minumannya yang hampir habis itu. "So, bagaimana kalau kita berfoto disana?" Zayn menunjuk sebuah lorong yang memang lebih terang daripada bar ini.

Maia mengangguk lalu turun dari kursinya, Zayn juga. Lalu Zayn menawarkan tangannya, dengan ekspresi yang tidak bisa digambarkan, Maia meraih tangan Zayn dan mereka bergandengan menuju tempat yang Zayn tunjukkan tadi.

Sekali lagi, Maia dan Zayn bergandengan tangan!

'Brianna, kau harus tau ini.'

"Hey Malik! Siapa yang kau bawa itu?" Teriak Harry, saat Maia dan Zayn melewati gerombolan teman-temannya.

"My bitch. Tonight." Jawab Zayn enteng. Maia langsung menatap Zayn yang masih menggenggam tangannya.

"Apa maksudmu?"

"Kita sudah sampai. Ayo keluarkan ponselmu dan kita berfoto, ya?" Zayn tidak menjawab pertanyaan Maia tadi. Maia yang masih bingung malah mengeluarkan ponselnya dan memencer tombol kamera depan agar mereka bisa foto bersama dalam satu frame.

Setelah berfoto sekitar 15 kali, Maia menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas. "Thank you, Zayn. Thank you so much." Ucap Maia dengan mata berkaca-kaca karena bahagia.

"Yeah. You're welcome." Zayn senyum lalu mendorong tubuh kecil Maia ke dinding lorong.

"Zayn, what the--"

Tubuh Zayn mendekat ke tubuh Maia. Gadis 20 tahun ini tidak bisa melakukan apa-apa. "Berfoto denganku tidak gratis, Nona." Bisik Zayn ke telinga Maia yang membuat jantung Maia seketika berdetak lebih dari batas normal. Bulu kuduk Maia juga berdiri.

"A.. Aku harus apa?" Tanya Maia polos. Zayn melihat Maia dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lalu mengunci pandangannya pada kedua mata Maia yang terlihat ketakutan. Tangan Zayn mengusap halus setiap inci wajah Maia yang membuat Maia mendesah kecil. Tangannya berlanjut ke area leher dan belahan dada Maia yang terlihat karena tanktop yang dipakainya. Maia makin mendesah menahan gairah sentuhan Zayn ini.

"Do I need to tell you what you have to do, baby?" Bisik Zayn lagi. Aliran darah dalam tubuh Maia makin bergerak tidak karuan.

"Please don't. Aku hanya ingin berfoto denganmu." Jawab Maia dengan tegang.

"Jangan munafik, sayang. Aku tau aku hadir dalam mimpi liarmu setiap malam. Kau menginginkanku, kan? Katakan!"

Ada benarnya perkataan yang Zayn ucapkan tadi. Tapi itu hanya bohongan, dalam hati Maia, dia sangat ketakutan sekarang. Dia hanya ingin pergi dari sini.

"No, Zayn. Please let me go.."

"I'm horny, bitch." Zayn langsung mencium rakus bibir Maia. Dia mengangkat kedua tangan Maia dan menyandarkannya ke dinding. Maia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti pergerakan Zayn. Dia ingin pergi, tapi tidak bisa. "Shit, baby!" Zayn menghentikan ciumannya dan menarik kasar tangan Maia menuju salah satu ruangan dekat situ. Zayn mendorong pintu ruangan tadi dan menempatkan Maia di sebuah tempat tidur.

Iya ini sebuah kamar.

Zayn mulai membuka dengan sembarang semua pakaian Maia sementara bibinya masih bertautan dengan bibir Maia. Maia menahan tangis namun dia rasa percuma karena Zayn tidak akan berubah pikiran. Maia hanya bisa pasrah ketika perlahan, Zayn menyentuh setiap detail tubuhnya.

'Brianna, tolong aku.'

WORDS ✖️ ZAYN MALIKWhere stories live. Discover now