25.

29.8K 2.4K 532
                                    

Maia memandang lurus ke depan lewat balkon kamarnya. Dia bisa melihat lampu malam kota Sydney dan merasakan angin yang agak tidak bersahabat. Seharian yang dia ingat, dia hanya melamun memikirkan Calum. Sejak 3 hari kepindahannya, baru sekali Calum menghubunginya, itupun hanya memberitahu nomor barunya di Los Angeles.

'I miss you, Calum.'

Maia kembali memeluk erat tumpukkan buku yang pernah Calum berikan. Maia sudah kenyang membaca itu semua dan memang, membawa banyak manfaat untuk situasinya saat ini.

Tapi tetap, semua terasa hambar tanpa ada Calum.

"Maia, dinner is ready!" Teriak Brianna dari arah dapur. Dia baru saja membawa banyak makanan buatan Ibunya untuk sahabatnya ini. "Maia.."

"Iya, Bri. Sebentar. Aku belum lapar.." Maia kembali melamun dan berdiri tegap di balkonnya.

"Belum lapar maksudmu? Kau baru makan sedikit sejak siang tadi! Kau mau keponakanku.."

"Iya, Bri. Aku kesana sebentar lagi." Brianna hanya mengangkat bahunya dan menari kursi lalu mulai memakan makannannya.

Awalnya Maia berpikir kalau Calum bisa menggantikan Zayn untuk.. Ah tidak. Itu berlebihan. Lagipula ini kesalahan Zayn, mengapa harus Calum yang menanggung semuanya? Calum masih muda, tampan, kaya raya, mana mungkin mau dengan Maia, yang notabenenya sedang hamil anak orang lain.

'Astaga aku berharap terlalu banyak..' Rintih Maia dalam hati yang membuat airmata nya sedikit menetes.

"Maia.." Terdengar teriakan Brianna lagi yang membuat Maia mendengus.

"Brianna aku bilang nanti aku kesana, okay? Aku masih ingin disini, aku tidak tuli!"

"Chill, Maia. Aku hanya mau memberitahu bahwa ponselmu berbunyi.." Ucap Brianna dengan santai.

Maia pun langsung menuju sofa dimana dia menyimpan ponselnya. Saat dia meraih ponselnya, nama yang tertera di caller ID adalah..

"Zayn?"

"Halo, Maia. Apa kabar?"

***

"Bagaimana?" Liam langsung mencecar Zayn saat Zayn baru saja keluar dari ruangan direktur Modest Manegement. Teman-temannya yang lain tidak kalah penasaran dengan berdiri di belakang Liam.

"Aku boleh membawa Maia kemari. Asal tidak boleh ada publik yang tau tentang siapa dia, dan tentang anakku juga."

Liam, Niall, Harry dan Louis bernapas lega. "Thank God.." Bisik Liam.

"Aku kira kau akan dipecat, Zayn." Ucap Louis sedikit tertawa.

"Mana mungkin aku dipecat? Kalian masih membutuhkanku bukan? Apalagi aku personil paling tampan.." Zayn nyengir lalu mengambil rokok serta pemantik dari saku celananya.

"Menjijikan sekali kau.." Balas Louis yang merebut rokok dari tangan Zayn dan menyalakannya tanpa izin.

"You're an asshole, Tomlinson!" Zayn mengambil lagi rokoknya dan langsung menyalakannya agar tidak lagi direbut.

"Sudah sudah! Kalian ini bertengkar terus Jesus!" Desah Liam.

"You need to call her, Malik.." Harry pun bersuara.

"Good idea. Baiklah aku akan meneleponnya. Kalian akan kemana habis ini?"

"It's a day off. Aku akan ke rumah Sophia.." Jawab Liam.

"Aku akan belanja mencari boots baru.. Jawab Harry.

"Sleeping, of course." Jawab Louis.

"Eat." Jawab Niall.

"Kerjamu hanya makan, Horan." Zayn mendorong bahu Niall. "Baiklah ayo kita ke parkiran."

Sesampainya di parkiran, Zayn langsung menuju mobilnya, juga teman-temannya yang lain. Saat pintu mobilnya tertutup, dia meraih ponsel dan mencari nomor Maia yang dia dapatkan dari Liam beberapa waktu lalu.

"Zayn?"

"Halo, Maia. Apa kabar?" Terdengar keheningan sejenak, Zayn tahu bahwa Maia pasti masih shock tidak percaya. "Maia, are you there?"

"Zayn is this really you?"

"Yes, Maia. You are not dreaming."

"A.. Ada apa?"

"Don't stutter, Maia. Relax.." Zayn tau mana mungkin Maia bisa tenang setelah bertubi kejadian buruk menimpanya yang disebabkan oleh kelakuan biadabnya.

"Baiklah, Zayn. Aku hanya.."

"Maia, aku ingin kau ke London. Aku akan menemanimu melahirkan disini. Sesuai keinginanmu."

"Me.. Mengapa tidak kau yang kemari?"

"Aku sedang ada masalah. Sudahlah ikuti saja apa yang kuminta. Bagaimana?"

"I.. Iya, Zayn."

"Alright. Akan kusediakan pesawat khusus untukmu."

"Ti.. Tidak usah. Pesawat biasa saja, Zayn. Aku.. Aku tidak apa-apa."

"Tidak mungkin calon Zayn Junior naik pesawat biasa." Zayn tersenyum. "Apa kandunganmu baik-baik saja?"

"Baik, Zayn. Di.. Dia sudah sering menendang-nendang perutku.." Terdengar Maia sedikit menangis. Zayn tau bahwa ini tangisan bahagia.

"Oh iya? Boleh aku mendengarnya? Arahkan ponselmu ke perutmu, Maia.." Zayn pun melebarkan senyumnya mengetahui Maia pasti melakukan apa yang dia suruh. "Hey jagoan. Daddy cannot wait to see you.." Ucap Zayn. Setelah itu yang Zayn dengar hanya suara isakan tangis Maia. "Jangan menangis.."

"Zayn aku.."

"Ya sudah. Jaga kesehatanmu, Maia. Bertemu minggu depan.."

"Ba.. Baiklah, Zayn. Kau juga.. Kau juga kurangi merokok.."

Zayn terhentak atas ucapan Maia barusan. Bisa saja Zayn langsung berkata 'memangnya siapa kau melarang-larangku?' Tapi dia mengurungkannya mengingat Maia sedang mengandung anak pertamanya. "I will try, Maia. Thank you."

"O.. Okay, Zayn. Bye."

"Bye."

Dan senyum Zayn terkembang lagi, jantungnya berdegup kencang menandakan dia bahagia.

'I am feeling so blessed.'

WORDS ✖️ ZAYN MALIKWhere stories live. Discover now