23.

28.8K 2.3K 506
                                    

"Voila!" Michael menyerahkan dua gelas milkshake ke dua perempuan di hadapannya. "Bagaimana rasanya?"

Maia dan Brianna pun menyeruput minuman yang diberikan Michael dengan bersemangat. "Damn, Gordon! Ini. Enak. Sekali!" Komentar Brianna yang menekankan setiap kata yang ia ucapkan.

Michael pun mendekatkan wajahnya pada Brianna sambil tersenyum kecil. "Kau masih ingat nama tengahku yang sangat kubenci ternyata. Tapi kau tau apa? Itu terdengar sangat seksi jika kau mengatakannya."

"Ehem.." Maia yang di duduk di sebelah Brianna merasa diacuhkan oleh dua orang ini. "Kau tidak menanyakan pendapatku, Michael?"

Michael pun salah tingkah dan kembali menjauhkan wajahnya dari wajah Brianna. "Oh.. Iya, Maia. Kau suka milkshake nya?"

"Suka sekali!" Maia kembali menyeruput minuman tadi. "Lihat, bayiku di dalam sampai menendang-nendang karena suka!"

"Benarkah?" Brianna mendekatkan telinganya pada perut Maia. "Hi, baby boy! Cannot wait to see you!"

"Uncle Michael juga tidak sabar mengajakmu bermain!" Michael mengeluarkan suara bagaikan anak kecil.

Maia tersenyum lebar melihat kelakuan dua temannya. "Jadi, kapan kau akan menjual milkshake ini, Michael?"

"Mungkin minggu depan. Aku sedang mempersiapkan packaging yang pas!" Jawab Michael berbinar-binar.

Saat sedang menikmati sisa milkshake nya, Maia memandang ke arah luar jendela kedai Mikeymike. Disana sudah ada Calum yang melihat Maia sambil melambaikan tangan. "Guys, aku harus pergi. Calum sudah menungguku."

Brianna dan Michael menatap ke arah luar dan juga melambaikan tangan pada pria berwajah Asia itu. "Kau akan kemana, Maia?"

"Entahlah. Calum bilang minta diantar jalan-jalan. Lagipula aku bosan di flat, jadi tidak ada salahnya kan?"

"Baiklah. Take care!" Brianna memeluk Maia singkat lalu Maia pun pergi keluar kedai menghampiri Calum.

Calum mengajak Maia jalan-jalan di mall. Dia bilang Candy biasanya yang menemaninya namun kali ini, Candy sedang camping dengan teman-teman sekolahnya. "Memang kau tak punya pacar, Cal?" Tanya Maia saat mereka berdua memasuki pintu sebuah toko musik.

"Sudah setahun, Maia. Entah itu terdengar menyedihkan atau apa." Jawab Calum mengejek diri sendiri.

Calum langsung mengarahkan matanya pada CD-CD musik di toko tadi. Dan Maia mengekornya dari belakang. Calum sebisa mungkin menghindari aneka koleksi CD One Direction walaupun jelas-jelas jumlahnya disana paling banyak.

Sementara Calum sibuk memilih CD musisi kesukaannya, mata Maia tiba-tiba mengarah pada toko di seberang toko musik ini, sebuah toko peralatan bayi. Maia baru ingat, di usia kandungannya yang sudah tujuh bulan ini, Maia belum mempersiapkan apa-apa untuk bayinya. Bahkan hal penting ini jauh dari pikiran Maia, karena gaji bulanannya saja hanya cukup untuk kehidupannya sehari-hari dan membayar sewa flat. Maia kembali merasa sedih apalagi di toko bayi itu juga, banyak ibu hamil ditemani pasangannya dengan ceria berbelanja.

'Maafkan Mom, sayang. Bulan depan kita pergi kesana ya!'

Maia mengelus halus perutnya sambil tersenyum kecil.

"Maia, kau melamun?" Tanya Calum yang kini sudah penuh dengan CD di tangannya.

"Eh, tidak, Cal. Kau sudah selesai?" Calum mengangguk. "Boleh kita makan setelah ini? Aku lapar."

"Tentu boleh, Maia. Kutraktir ya! Uncle Calum wanna feed little Maia, too." Calum tersenyum lalu merangkul Maia dan berjalan ke arah kasir.

***

"Maafkan aku, teman-teman.." Zayn menyandarkan tubuhnya di jok penumpang belakang diapit Niall dan Louis. Hari ini Zayn keluar dari rumah sakit setelah seminggu dirawat dan teman-temannya menjemput dari sana.

"Jangan berbuat bodoh lagi, Malik. Aku kira kau sudah tidak mengkonsumsi anti depresan lagi." Komentar Harry sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Aku sedang stres kemarin."

"Kau selalu stres." Komentar Louis.

"Memangnya kau tidak terlihat kacau setelah putus dari Eleanor huh?" Goda Zayn menoleh ke arah Louis. "Apalagi Eleanor meng-unfollow mu di Instagram."

"Aku bisa move on dengan cepat! Huh!"

"Kalian jangan bertengkar, okay?" Liam dari arah kursi depan menginterupsi, sementara Niall hanya terkekeh dengan mulut penuh chips.

"Maafkan aku juga tidak bisa kemana-mana tiga bulan ini." Zayn kembali berbicara. "Aku harus terapi dan dilarang pergi ke luar kota apalagi luar negri. Paspor dan visaku ditahan. Aku seperti gembong kriminal."

"Wajahmu memang seperti penjahat." Kembali, Louis mengungkapkan pendapatnya.

"Damn, Tomlinson! Kau banyak bicara!" Zayn menarik rambut Louis yang mulai gondrong di bagian depan.

Begitulah sepanjang perjalanan, Zayn dan Louis beradu mulut dengan alasan tidak jelas. Liam, Harry dan Niall hanya menggelengkan kepala sambil tertawa. "See, Zayn dan Louis, jalanan ini macet karena kalian tidak berhenti berbicara!" Teriak Harry sambil melihat ke depan, dimana jalanan penuh dan mobilnya tidak bisa bergerak. Entah apa penyebab kemacetan ini, bisa jadi karena ini long weekend dan semua orang ingin berhamburan keluar rumah.

Zayn melihat ke sekeliling jalan, banyak pertokoan disana dan hampir semua penuh. Tiba-tiba Zayn memberhentikan pandangannya pada toko bernama Mothercare, sebuah store perlengkapan bayi dan anak. Zayn tersenyum kecil melihat toko itu.

'Mungkin ini saatnya aku berbuat baik.'

"Styles.." Ucap Zayn.

"Ada apa?"

"Bagaimana kalo kau parkirkan mobilmu disini?"

Seketika keempat orang itu kaget. "Kau mau apa, Malik?" Tanya Harry.

"Aku mau kesana.." Zayn pun menunjuk Mothercare.

"What? Kesana? Toko lingerie?" Tanya Niall.

"Sejak kapan kau jadi cabul, Horan? Ke sebelahnya!" Jelas Zayn.

"Mothercare?" Liam mengernyitkan dahi. "Kau..."

"Ayolah, Payne. Aku tidak selamanya brengsek kok. Kalian mau bantu aku memilihkan pakaian bayi yang keren untuk personil One Direction keenam kan?"

Keempat teman Zayn saling menatap dan tersenyum. "Dia harus menjadi pemain bola sepertiku, Zayn. Let's go." Ujar Louis. Harry pun memarkirkan mobilnya dan kelima pria itu memasuki toko dengan sukacita.

'Entah mengapa, aku bahagia melakukan ini.'

WORDS ✖️ ZAYN MALIKWhere stories live. Discover now