22.

28.9K 2.1K 176
                                    

"Ini anakmu, Zayn. Kau harus mengakuinya!"

"Tidak! Aku tidak mau mempunyai anak di usiaku yang masih 22 tahun! Apa kau gila? Itu bisa merusak karierku!"

"Jadi kau tidak menginginkan anak ini, Zayn?"

"Tidak!"

"Baiklah jika itu yang kau mau, Zayn! Selamat tinggal!" Lalu perempuan itu melompat dari atas gedung dan sudah pasti nyawanya dan bayi di dalam perutnya tidak tertolong.

"NOOOOO!" Zayn terbangun dari mimpi buruknya, tubuhnya sudah dipenuhi keringat. "Shit!"

"Zayn? Ada apa?" Shafaa menghampiri kakaknya yang tertidur di sofa sejak siang dan tiba-tiba berteriak itu.

"Shafaa, bisa kau ambilkan aku air minum?" Shafaa pun jalan menuju pantry dan mengambilkan segelas air sementara Zayn merogoh saku celananya, mencari plastik kecil berisi tablet-tablet berwarna putih.

"Ini, Zayn.." Shafaa menyerahkan air minum pada Zayn lalu Zayn mengambil beberapa tablet tadi, memasukannya dalam mulutnya lalu menelannya bersama air minum. "Obat apa itu, Zayn? Jangan bilang.."

"Diam, okay? Bukan urusanmu." Shafaa hanya terdiam disamping Zayn sambil menunduk karena takut kena marah kakaknya lagi. Sedangkan Zayn meraih remote TV dan menyalakannya.

"Jadi, Perrie, sampai sekarang media belum tahu penyebab kau dan Zayn mengakhiri hubungan kalian." Tanya pembawa acara talkshow bersama Derryck itu.

"Ya seperti hubungan selebriti pada umumnya. Jarak berjauhan, perbedaan timezone, dan mungkin ada sosok lain. Kau bisa tanyakan Zayn.." Jawab Perrie sambil tersenyum mengejek.

"Setelah semuanya ini, apakah kalian masih berhubungan baik?"

"Zayn masih sering menghubungiku, bahkan berkali-kali mengajakku bertemu, ya seperti dinner atau nonton, tapi aku menolak.."

"Keep on talking bullshits, bitch!" Zayn mematikan TV dengan nada geram.

"Aku tidak tahu masalah apa yang terjadi denganmu dan Perrie, Zayn. Aku kira.."

"Shafaa. Bisakah kau tutup mulutmu dan berhenti ingin tahu segalanya?" Zayn menoleh ke arah Shafaa yang membuat Shafaa ketakutan. Lagi-lagi Zayn mengambil obat tadi dari dalam plastik, menuangkan dalam jumlah sembarang ke telapak tangannya dan menelannya lagi.

"Zayn, jangan.." Baru Shafaa akan mencegah kakaknya, obat itu sudah masuk ke tubuh Zayn. Seketika Zayn terdiam dan kejang-kejang. "Zaaaayn! Oh My God!" Shafaa kebingungan dan hanya bisa memeluk kakaknya yang mulutnya kini mengeluarkan busa. Dengan bercucuran keringat dingin, Shafaa meraih ponsel Zayn dan menelepon siapapun nama yang ia temui pertamakali disana.

"Harry? Ini Shafaa. Bisa kau kerumah sekarang? Aku bingung. Zayn.. Zayn.. Overdosis, Harry. Tolong aku panik!"

***

Naik turun tangga di usia kandungan tujuh bulan memang bukan hal mudah. Jangankan melakukan hal ini, berjalan sedikit saja kadang membuat seluruh tubuh Maia pegal-pegal terutama bagian tulang belakang. Beban tubuh Maia yang berhasil naik dua puluh kilogram membuat gerakan Maia makin lamban ketika melakukan apapun. Tapi inilah yang ia harus lakukan karena flatnya terletak di lantai tiga dan lift disana sering sekali gangguan.

Maia kaget saat menemukan pria dengan tshirt hitam tanpa lengan berdiri di depan pintu flat nya sambil memegang kardus dengan ukuran lumayan besar.

"Calum?" Maia menyapa pria itu.

"Hai, Maia. Maaf tidak mengabarimu bahwa aku akan kemari, aku kira kau tidak kemana-mana saat akhir pekan." Jawabnya disertai senyum.

"Aku memang tidak pernah kemana-mana, baru hari ini mencoba yoga kehamilan atas saran dokter. Sudah menunggu lama? Ayo masuk!" Maia membuka pintu flatnya diikuti Calum. Calum langsung menyimpan kardus yang ia bawa keatas meja sementara dia duduk diatas sofa. "Kau membawa apa, Calum?"

"Oh ini.." Calum mendekatkan kardusnya, Maia duduk di dekat Calum dengan penasaran. "Aku baru membongkar gudang di rumah Ibu kemarin dan menemukan banyak buku tentang kehamilan dan parenting. Aku rasa kau butuh ini semua."

Maia membelalakan matanya kagum, sambil meraih satu persatu buku yang Calum bawa. "Calum aku suka sekali ini semua. Terimakasih banyak ya!" Ucap Maia tanpa melepaskan pandangannya pada buku-buku di depannya. "But uh, Calum, kau yakin aku membutuhkan yang ini?" Tanya Maia sambil menyodorkan satu buku berjudul 'Posisi Sex Yang Baik Saat Hamil' pada Calum.

Calum pun tertawa lepas. "Astaga! Maaf, Maia! Hahhahahahaha!" Tawaan Calum membuat Maia ikut-ikutan tertawa. "Tapi simpan saja, kau tidak tahu kapan akan butuh ini kan?"

"Ya.. Ya baiklah.." Maia masih tertawa begitu juga Calum. "Hei aku ambilkan minum ya!" Calum mengangguk.

Maia berjalan menuju dapurnya, mengambil dua buah gelas dan membuka kulkas untuk mencari minuman segar dari dalam sana, pilihannya jatuh pada jus apel kemasan. Maia membuka kardus kemasan jus apel itu dan menuangkannya dalam gelas. Gelas satu berhasil terisi, namun saat akan mengisi gelas kedua, tangannya mendadak licin dan.. PRANG! Gelas itu berhasil jatuh dan membuat Maia tersentak.

"Maia? Are you okay?" Calum dengan sigap menghampiri Maia yang masih terdiam di posisinya karena sekelilingnya sudah penuh pecahan gelas. "Oh my God, Maia, hati-hati.." Calum membungkukan badannya dan dengan teliti memungut pecahan gelas sampai bagian terkecil. Dan Maia masih membeku di posisinya. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Calum berdiri menghadap Maia sambil tersenyum.

"Maaf, Cal.."

"It's okay. Mau kugendong ke sofa? Aku takut aku belum bersih mengambil pecahan kacanya."

"Kau bisa?" Tanpa menjawab pertanyaan Maia, Calum menggendong Maia bridal style.

'Zayn? Apa kau baik-baik saja?'

Itu pikiran pertama yang terlintas saat Maia memecahkan gelas tadi.

WORDS ✖️ ZAYN MALIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang