34. Father Or Son

Mulai dari awal
                                    

"Aku gak ada niat buat deketin Papa kamu Orion, aku nggak tau kalo Om Angkasa Papa kamu. Aku tinggal di mansion Papa kamu karena kami sudah membuat perjanjian."

"Perjanjian?" tanya Orion penasaran.

"Papa kamu bakalan bayar uang sekolah aku, asalkan aku mengikuti persyaratan dia dan salah satu syaratnya aku harus tinggal di mansion Papa kamu."

Tangan Orion terkepal, ia menahan emosi. Orion tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Luka karena hubungan Luka serta Angkasa sekarang bisa dibilang simbiosis mutualisme.

"Udah tua, masih aja ngambil kesempatan dalam kesempitan." Orion membatin meremehkan tingkah Papanya.

"Maaf."

"Hah?"

"Maaf gue udah nuduh lo yang nggak-nggak."

"Iya, aku gapapa kok." Luka tersenyum kaku.

Orion tersenyum tipis, ia mengerti sekarang mengapa Luka melakukan itu semua, Luka melakukannya karena keadaan. Luka melihat senyum Orion. Tampan, Luka bahkan tidak berkedip menatap Orion.

"Kenapa ngeliatin gue kayak gitu?" tanya Orion heran.

Mata Luka mengerjap kaget, cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke depan melihat kembali jejeran pohon di tepi lapangan sepak bola.

"Lo naksir?" tanya Orion penasaran.

"Nggak. Siapa juga yang naksir," kilah Luka.

"Terus kenapa ngeliatin gue nggak kedip? Awas kalo naksir ke gue."

"Gue berharap perasaan kita sama."

"Nggak bakal!"

"Udah naksir kok."

"Indah banget ya." Luka masih terkagum-kagum dengan pemandangan Angkasa High School di bawah sana.

"He'em." Orion membenarkan.

"Kelak kalo aku udah punya uang banyak, aku bakal beli rumah sederhana dengan halaman yang luas. Aku bakal menanam banyak pohon, membuat taman, dan menanam banyak bunga. Aku bakal membuat kolam ikan serta ayunan kecil di taman. Aku juga mau pelihara kucing," beber Luka.

Orion akhirnya menoleh ke arah Luka. Heran, mengapa keinginan gadis di sebelahnya begitu sederhana. Orion kembali tersenyum karena Luka. Luka berbeda, tidak seperti gadis yang biasa mengejar-ngejar Orion. Kebanyakan dari mereka hanya menginginkan pacar tampan, keren, dan kaya seperti Orion. Mereka tidak ada yang tulus menyukai Orion.

Orion menarik ikat rambut Luka. "Gue udah bilang jangan iket rambut lo," kata Orion.

"Orion, balikin." Luka hendak meraih ikat rambut yang Orion pegang namun cowok itu malah menyimpannya ke dalam saku celana. Luka menyerah untuk mendapatkan kembali ikat rambutnya, biarkan saja Orion menyimpannya lagipula ia masih punya banyak di kamar.

"Lagian gerah kalo nggak diiket," ungkap Luka.

"Lebih cantik nggak diiket," sahut Orion membuat Luka tersenyum malu.

TEET...

Luka segera pamit meninggalkan Orion di rooftop sendirian ketika mendengar suara bel masuk, sedangkan Orion hanya menatap punggung mungil Luka yang perlahan menghilang dari pandangannya.

About Everything [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang