32. DIVORCED

174 22 9
                                    

Tiga orang dewasa terduduk di sofa dengan suasana sangat canggung.

Salah satu dari mereka masih terisak.

"To the poin aja ya." Kala memulai percakapan diantara mereka, saat dirinya tahu tidak ada yang mau membuka suara lebih dulu.

"La." Ajun memanggil Kala dengan lemas. Energinya seperti sudah habis dengan suasana yang kacau ini.

"Ajun, lo harus tanggungjawab dengan apa yang udah lo perbuat." Kala tak mengindahkan panggilan laki-laki itu.

"La—"

"Kalian udah melakukan hal yang terlalu jauh, tapi karena udah terjadi ya udah." Kala menaikkan bahu, wajahnya begitu datar dan lelah.

"Tapi bagaimana dengan lo La?" Ajun bertanya dengan harapan Kala tidak menyuruh dirinya untuk melakukan apapun yang tidak dikehendakinya untuk saat ini.

Kala menatap Ajun, bibirnya tersenyum tipis. "Lo jangan khawatir, gue bakal ngurus Hiro sendirian. Seperti tujuan awal gue sebelum kejadian itu."

"Mana bisa gitu!" Ajun berdiri, tidak terima dengan perkataan Kala. "Gak ada yang boleh ngurus Hiro sendirian." Lanjutnya dengan tegas.

"Terus bagaimana dengan bayi yang ada dikandungan Rika, Jun? Dia anak lo, lo harus tanggungjawab!"

Ajun menatap Rika yang masih menangis disampingnya, mukanya semakin kalut. Rasanya semua berlalu begitu cepat hingga dia berharap ini hanyalah mimpi buruk yang keesokan harinya saat terbangun, dia akan langsung melupakannya begitu saja.

"Lo harus tanggungjawab, Ajun." Kala kembali menegaskan.

"Tapi gue nggak mau ninggalin lo dan Hiro."

"Jangan jadi egois Jun, lo udah melakukan hal yang sangat fatal. Jadi jangan menganggap remeh dengan hasil yang telah lo perbuat."

Ajun terduduk kembali dengan sangat lemas.

"Lo juga pasti paham kan bagaimana perasaannya kalau seorang anak nggak punya orangtua utuh. Lo paham kan? Gue bakal ngebiarin lo tetap menyayangi Hiro juga ketemu Hiro, tapi tidak untuk hubungan kita. Gue mau kita cerai, dengan begitu lo bisa nikahin Rika."

Ajun menundukkan kepala, tubuhnya semakin terasa lemas mendengar kalimat Kala yang begitu menyayat hati.

Namun dia juga bodoh. Bodoh telah melakukan hal yang beresiko tinggi seperti ini.

Dirinya menyesal? Tentu.

Sangat malahan. Dia sangat menyesal.

"Lo boleh pergi Jun, bawa Rika kerumah orangtuanya. Bilang dengan jujur ke mereka. Apapun hasilnya lo tetep harus tanggungjawab."

"G-gue nggak mau La."

"Itu namanya lo pecundang. Mau enaknya doang, tapi setelah kaya gini lo nolak. Lo sama aja dengan penjahat yang harus dipenjarakan." Kala menaikkan suara dengan kesal. Tidak habis pikir dengan Ajun. Bisa-bisanya setelah keadaan sudah kacau seperti ini, laki-laki itu malah mau lepas tangan. Sungguh pecundang!

"La, gue nggak mau ninggalin lo dan Hiro." Pandangan Ajun lurus menatap Kala, matanya sayu.

"Setelah kejadian ini lo bilang begitu?" Kala menatap Ajun dengan pandangan merendah, "Gue nggak tahu jalan pikiran lo."

"Gue udah cinta sama lo La, gue- gue mau menjalani hubungan baik dengan lo."

Kala berdiri, kupingnya terasa panas mendengar Ajun yang memohon dengan pandangan menjijikan.

"Cukup Jun, sampai disini aja. Keputusan udah bulat, bawa Rika pergi sekarang. Besok gue mau urus semua dokumen yang dibutuhkan ke pengadilan."

Kala membuka pintu dengan lebar. Mempersilakan kedua orang itu untuk keluar dari rumah ini karena dirinya sudah muak melihat wajah laki-laki yang terus menatapnya dengan tatapan sayu itu.

"Kita cerai."

***

Kala memeluk Hiro dengan erat, menumpahkan segala kerisauan hati yang begitu membuncah dalam dadanya.

Matanya masih setia tidak ingin mengeluarkan setetes pun air mata.

Rasanya dunia sangat jahat padanya.

Bagaimana bisa saat dia mulai menikmati keluarga kecilnya, musibah datang menimpa.

Dirinya benci, benci dengan takdirnya yang begini.

"Hiro, Mama sayang sama Hiro."

Anak laki-laki yang masih berumur 3 tahun itu hanya diam didalam dekapan sang Ibu.

"Hiro sayang kan sama Mama?" tanya Kala sambil mengendurkan pelukan. Menatap Hiro dengan seksama.

Hiro mengerjap, dengan polos mengangguk.

Senyum Kala melebar. Rasanya begitu lega melihat anggukan dari kepala kecil itu.

"Makasih Hiro, kamu yang membuat Mama kuat." Kala mengecup kening Hiro lama, menyalurkan kasih sayang sebanyak-banyaknya setelah mengetahui bahwa anak laki-laki yang tidak berdosa ini akan memiliki keluarga yang tidak utuh lagi setelah ini.

"Dan maafin Mama karena telah membuat kamu harus merasakan lagi kejamnya dunia."

***

Disisi lain Ajun terdiam di ruangan putih yang hening.

Napasnya terhembus panjang, tubuhnya begitu tak bersemangat. Beban berat tidak hanya terasa dipundak, namun juga dihatinya.

"Kamu mau makan?"

Menggeleng.

"Minum?"

Menggeleng lagi.

"Istirahat?"

Untuk ketiga kalinya Ajun menggeleng.

Rika diam, tidak lagi menawarkan apapun pada laki-laki itu.

Yang dia lakukan hanyalah memeluk dari samping tubuh Ajun yang terdiam kaku.

"Maaf."

Ajun masih diam. Otaknya terlalu beku untuk berpikir.

"Aku keterlaluan ya?" tanya Rika.

Laki-laki itu mengatur napas, tatapannya beralih pada wanita yang bersandar pada bahunya ini, bibirnya tersenyum lalu menggeleng dengan pelan.

"Enggak apa-apa, udah terlanjur Ka." Ajun mengelus rambut Rika menenangkan. "Yang kita harus lakukan sekarang adalah seperti permintaan Kala, bertanggungjawab dengan apa yang telah kita perbuat."

Rika menunduk, "Aku nggak enak sama Kala."

"Enggak apa-apa Rika. Jangan ngerasa bersalah. Kita ngelakuin berdua atas kemauan kita, jangan merasa kamu yang harus menanggung sendiri. Jangan sedih ya, kita tanggungjawab bareng-bareng."

Ajun balas memeluk Rika dengan erat. Tak lupa mengecup kening wanita itu lama.

"Semua bakal baik-baik saja."

***











Uhuk santai dulu gak siiieee whehehehe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Uhuk santai dulu gak siiieee whehehehe

Sekian dulu ya pemirsa, nih sebelum menyambut hari senin liat JUNKYU dulu biar harinya happy teruss^^

Next week kita ketemu lagi yaaaawwwwww!!

Semoga besok harinya lancar💖

HOME 'KIMJUNKYUWhere stories live. Discover now