23. BENCI

139 24 3
                                    

Kala mondar mandir didepan pintu kaca yang tertutup, didalam sana Hiro sedang tertidur diatas brankar klinik dengan dokter yang sedang memeriksa.

Setelah beberapa menit Kala menunggu, dokter itu keluar. Senyumnya terpatri demi memenangkan ibu dari pasiennya.

"Anak ibu hanya demam, saya buatkan resep dulu ya. Ibu bisa temuin Hiro." Dokter itu pamit, lalu Kala mendekati Hiro yang tertidur.

Kala tersenyum lega, untung dia tadi bertemu taxi dijalan. Kalau tidak, enggak tau dah seberapa lama lagi Hiro bakal menahan sakit yang sedang dia alami.

"Maafin Mama ya Nak, Mama gak becus ngurus kamu. Mama malah bikin kamu sakit." Kala ingin menangis, namun air matanya terlalu sulit untuk dia teteskan. Seperti ada sesuatu yang mengganjal hingga air mata tidak mau keluar.

"Mama janji, Mama bakal lebih perhatian sama kamu. Mama gak bakal bikin kamu sakit lagi."

Setelah selesai membayar obat dan pemeriksaan, Kala pulang menggunakan taxi lagi.

Sesampainya dihalaman rumah, jam sudah berada dipukul 00.03 WIB. Sudah tengah malam.

Dahinya mengerut dalam, saat keluar dari mobil dia melihat pintu rumah yang terbuka lebar. Perasaan tadi waktu dia keluar udah terkunci, kuncinya pun dia titipkan ke Pak Haji yang kebetulan tadi abis pulang dari arisan.

Gak tahu juga kenapa nitip Pak Haji, mungkin karena sangking paniknya kali ya. Takutnya kunci rumah jadi jatuh karena Kala yang lari-lari.

"Apa Pak Haji yang masuk ya?" gumamnya sambil berjalan masuk kedalam rumah

"La?!" panggilan panik itu terdengar dari ujung ruang tamu, Kala melotot kaget.

"Kok lo gak bilang? Kok lo gak ngomong kalau Hiro sakit?" Laki-laki berkaos putih itu mendekat, wajahnya terpancar panik. "Dia kenapa? Hiro gak kenapa-kenapa kan?"

Kala terdiam, rasanya perasaan marah, kesal, tapi juga sedih muncul dan bersatu didalam hatinya.

"Dia cuma demam."

"Yaampun Hiro. Maafin Ayah ya, Ayah gak tahu kamu sakit."

"Lo tau dari mana kalau dia sakit?" Ini yang menjadikan Kala kaget dengan kehadiran laki-laki itu dirumah, yang tadinya pamit mau nginep dikosan Rika.

"Tadi Pak Haji nelpon katanya lo panik mau bawa Hiro ke klinik karena Hiro sakit."

Kala ber-oh singkat, lalu dia berlalu dari hadapan Ajun untuk menidurkan Hiro dikamar.

"Lo kenapa gak bilang sama gue La?" Ajun benar-benar dibuat kalang kabut tadi saat mendengar kabar dari Pak Haji. Rasanya jantungnya mau copot sangking kagetnya.

"Gue udah nelpon tadi."

"Tapi lo malah matiin."

"Lo lagi sibuk." Kala menidurkan Hiro dengan pelan diatas ranjangnya. Menarik selimut hingga batas dada dan terakhir mengecup singkat dahi Hiro.

"Cepet sembuh ya nak," bisiknya dengan penuh harapan.

"Kata siapa gue sibuk?!" Ajun merasa sebal dengan kesotoyan Kala yang mengatakan dirinya sedang sibuk.

Kala berbalik, menatap Ajun dengan pelototan. Dia menarik laki-laki itu keluar dari kamar, soalnya tadi suara Ajun agak tinggi. Takutnya ngebangunin Hiro.

"Ya kan lo emang lagi sibuk sama Rika." Kala menatap Ajun dengan tangan yang melipat didepan dada.

"Tapi seenggaknya lo harus tetep ngabarin gue. Gue Ayah Hiro. Gue berhak tahu keadaan dia."

"Gue udah nyoba!" Kala berteriak.

"Tapi gue dapet kabarnya dari orang lain bukan dari lo sendiri. Lo kenapa si La? Lo mau jadi sok kuat dengan usaha ngerawat Hiro sendiri? Lo mau jadi ibu paling kuat?"

HOME 'KIMJUNKYUWhere stories live. Discover now