1. AYAH AJUN

700 39 0
                                    

Menjadi seorang ayah di usia muda bukanlah sesuatu yang mudah. Yang seharusnya saat pulang kerja dapat digunakan untuk tidur mengistirahatkan badan, malah harus menemani sang anak bermain dan bahkan seringkali pula dijadikan samsak gratis.

Apalagi saat weekend, hari yang sangat pas untuk bersantai, namun harus terecoki bayi mungil yang minta main ini-itu. Kalau gak dituruti nangis seharian.

Namanya Ajun Winata, laki-laki umur 25 tahun yang sudah memiliki buntut berumur 3 tahun.

Ajun, bukanlah seorang Ayah yang hebat dan panutan. Dia hanyalah laki-laki yang tiba-tiba saja saat diumur 22 tahun dikejutkan dengan title-nya yang berubah menjadi seorang Ayah.

Dia Ayah yang amatir, sampai-sampai Kala—sang istri—sering kali memarahi laki-laki itu.

"Ajun?!!!!!! Lo apain Hiro kali ini!" Kala memegang centong kesayangannya dengan tampilan garang.

Baju tidurnya yang kusut dan rambutnya yang tercepol asal-asalan, juga mata yang melotot tajam menambah kesan bahwa dia adalah Ibu yang galak.

"Gue kagak ngapa-ngapain." Ajun mengangkat tangan dengan muka dibuat sok polos.

"Tapi dia nangis." Kala menunjuk Hiro, bayi umur 3 tahun yang menangis disebelah kanan Ajun.

"Demi La, gue kaga ngapa-ngapain. Cuma empeng dia gue pinjem bentar doang kok. Nih gue balikin lagi."

"Anj—" rasanya segala jenis hewan di kebun binatang ingin Kala absen satu-satu untuk mengumpati suami jadi-jadiannya itu.

"Ini masih pagi Jun, jangan bikin tetangga punya bahan gosip baru."

"Lah apa hubungannya masih pagi sama tetangga bikin gosip baru?"

"SOALNYA GUE PENGIN NGEGOROK ELO!"

Ajun lantas tertawa keras saat melihat Kala yang marah sambil menghentakkan kaki, wanita itu kembali ke dapur saat ingat masakannya masih diatas kompor. Bisa-bisa gosong terus meleduk lagi dapurnya.

"Mama mu galak ya Ro, besok kalau besar jangan cari cewek kaya Mama ya. Bikin jantung gak aman soalnya denger marah-marah terus." Wejang si bapak meski sang anak terlihat tak acuh dan memilih main dengan mobil-mobilan.

"Gue nggak budek ya Winata!" teriak Kala yang mana letak dapur tidak jauh dari ruang keluarga, makanya masih bisa dengar.

***

Meski dihiasi pagi yang bruntal, sarapan kali ini berjalan dengan damai.

Hiro berada di pangkuan Kala, sedangkan Ajun duduk anteng disebelahnya.

"Pulang jam berapa?" tanya Kala saat mereka sudah hampir menyelesaikan sarapan pagi ini.

"Enggak tau."

"Ck, jawab yang bener kenapa si?" Kala menatap Ajun dengan muka kesal.

Ajun tuh selalu aja bikin dia marah-marah, gak pernah serius kalau disuruh jawab.

"Ya gue emang gak tau. Bos gue kan suka mood swing, jadi gue pulang sesuai mood bos gue."

Kala memutar bola matanya, "Lagian kenapa juga lo masuk perusahaan abal-abal begitu?"

"Ya kalau gak masuk situ, emang lo mau kita tinggal dibawah jembatan?"

"Ya maksud gue tuh cari kerja yang bagusan dikit kek. Jangan malah di perusahaan yang bikin karyawannya kerja sesuai mood begitu. Gajelas banget."

"Ya udah si, orang rejeki gue disitu."

"Tuh kan kalau dibilangin ngeyel." Tangan kanan Kala digunakan untuk menutup mata si kecil agar tidak melihat tindakan KDRT yang dia lakukan atas jeweran maut pada Ajun.

HOME 'KIMJUNKYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang