114. New Girlfriend

10 1 0
                                    

Clara berteriak, setelah mendengar suara klakson dari mobil itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Clara berteriak, setelah mendengar suara klakson dari mobil itu. Lantas, Gavin yang sudah berusaha berlari sekuat tenaga. Akhirnya, dapat meraih pinggul Clara. Dan, mendorong tubuh Clara ke tepi jalan, sehingga mereka berdua pun tersungkur secara bersamaan.

Mobil itu melintas begitu cepat, dengan supir yang hanya memandang mereka berdua dari kaca spion. Sementara, Clara dan Gavin terguling di aspal. Kemudian, keduanya saling berdekatan dengan posisi terbaring. Clara membulatkan bola matanya, saat bibir itu menempel pada hidung mancung milik Gavin.

Bola mata yang saling memandang, dan degup jantung berdebar saling bersahutan. Lantas, Clara pun langsung berdiri dan menjauh dari Gavin. Kedekatan mereka berdua membuat burung-burung yang berterbangan cemburu, apalagi saat Clara berada tepat di atas tubuh Gavin. Semakin, membuat semesta bersua riang.

Gavin berdiri, menepuk-nepuk pantatnya yang kotor. Jalanan itu tampak sepi, sehingga membuat hening suasana. Clara pun merunduk, ia menutupi wajahnya yang canggung untuk menatap Gavin. "Sorry," ucap Clara pelan.

"Hidung gue jadi ikutan kotor, padahal pantat gue yang kena aspal," balas Gavin menggosok hidungnya, menggunakan jari.

Clara langsung mendelik menatapnya, seakan-akan rasa canggung itu menghilang dalam sekejap. "Apa lo bilang? Hidung lo kotor karena nggak sengaja gue cium?"

"Heh, asal lo tau aja, ya. Bibir gue ini bersih, udah seteril, jadi nggak mungkin ada virus apalagi kotoran yang nempel. Kalo nggak percaya, coba pegang!" seru Clara kemudian.

"Tangan gue habis pegang pantat, boleh gitu pegang bibir lo?" Gavin mendekatkan jari-jarinya pada Clara, lalu langsung ditampiknya.

"Kalo gitu nggak usah, nanti bibir gue kena virus lagi," sungutnya.

"Bukannya bilang makasih, udah ditolongin." Gavin mengedarkan pandangannya.

Bibir Clara membentuk bulan sabit ke bawah, ia merengut sebal. "Yaudah, gue mau masuk ke rumahnya Haruto. Sebagai tanda terima kasih, karena lo udah menyelamatkan gue tadi."

"Tapi, gue mau di taman belakang aja," imbuh Clara. Lalu, Gavin pun meraih pergelangan tangan Clara. Untuk menyeberang jalan, dan kembali ke memasuki pekarangan itu lagi.

Sepasang kaki itu mulai menginjak rerumputan, jari-jari mungil Clara pun menyentuh beberapa ilalang yang berada di sisinya. Begitu dengan Gavin, yang terus berjalan di depan. Clara menatap punggung Gavin dengan tawa, mengingat beberapa kejadian yang berhasil mendekatkan mereka berdua.

"Haru, adalah awal dikehidupan gue. Karena dari Haru, gue merasa lebih dihargai sebagai cewek. Setelah, gue menghadapi banyaknya cowok, yang mengisi hidup gue saat itu. Cuman Haru, yang bisa mengubah gue. Dan, cuman Haru yang bisa membuat gue merasa berharga, sebagai cewek," ucap Clara pada saat keduanya sudah duduk bersebalahan, di antara ilalang yang cukup tinggi.

"Nggak." Gavin, membenarkan posisi kakinya. Lalu, kedua tangan memeluk lutut. "Sikap Haru ke lo itu nggak akan bisa mengubah lo, Ra. Dia laki-laki yang posessive dan arogan, jadi lo sebagai perempuan nggak akan terlihat berharga, kalo diperlakukan kaya gitu," lanjutnya.

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Where stories live. Discover now