10. Punishment is Coming

28 5 1
                                    

Gilang mendelik, saat sinar dari senter itu menerangi wajahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gilang mendelik, saat sinar dari senter itu menerangi wajahnya. "Mati kita, Jun."

"Gue masih pingin hidup, gue belum menyatakan perasaan gue ke Zoya. Jadi, jangan mati dulu, Lang," ucap Ajun memejamkan mata, lalu Gilang meraih tangan Ajun.

Gilang akhirnya memberanikan diri, untuk keluar dari lorong tersebut bersama dengan Ajun. "Mang Ujang, ke-ke-kenapa, ya?"

"Kalian berdua ngapain di tempat gelap dan sempit kaya gitu? Kalian lagi pacaran?" tanya satpam yang seringkali disebut Mang Ujang, oleh anak SMA Bhineka Bangsa.

Ajun langsung membuka matanya lebar, membuat lampu senter di tangan Mang Ujang mati. "Eh, Mang Ujang kalo ngomong itu dijaga dong. Kita berdua ini masih normal, jadi kita nggak mungkin pacaran. Lagi pula, Gilang bukan tipe gue, Mang."

Gilang mendecak sambil membuang ludah ke samping. "Cih, lagian siapa juga yang mau sama lo, amit-amit deh kalo sampai gue doyan sama cowok yang modelannya kaya lo gini, Jun. Ogah, gue!" tolak Gilang mentah-mentah, lantas melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Ajun. Dan, beranjak pergi.

"Heh, kamu mau ke mana?!" Mang Ujang menarik kerah seragam Gilang, dari belakang membuat langkahnya mundur ke belakang.

"M-mau ke-kelas lah, Mang," jawab Gilang gagap.

"Ke ruang BK, menghadap Pak Santoso dulu. Kamu juga ikut, Ajun!" perintahnya menarik tangan Ajun.

"Tapi, kita berdua nggak salah apa-apa, Mang Ujang." Ajun memajukan bibirnya, dan hendak menangis.

"Mang Ujang tau, kalian berdua salah satu dari anak yang nongkrong di warkopnya Mpok Ijah 'kan? Dan, tadi Mang Ujang udah cari kalian ke mana-mana, ternyata kalian berdua sembunyi di lorong itu. Tapi, untunglah Mang Ujang cepat menemukan kalian, karena teman-teman kalian juga udah ada di ruang BK."

Ketiga laki-laki itu pun berlalu pergi, Mang Ujang enggan melepaskan Gilang dan Ajun dengan semudah itu. "Permisi, Pak Santoso."

"Gilang, Ajun!" panggil Keanu merangkul keduanya, kala sudah berada di ruang BK.

"Minggir!" ketus Gilang menampik tangan Keanu dari bahunya.

"Lo dari mana aja sama Gilang?" tanya Keanu mendekatkan diri pada Ajun, yang masih menekuk wajahnya; masam.

"Sembunyi di lorong dekat warkopnya Mpok Ijah, tapi ketahuan sama Mang Ujang. Sebel banget, padahal gue udah tahan napas supaya nggak ketahuan," lirih Ajun merunduk, dibalas tepukan dari tangan Keanu di bahunya.

"Terima kasih, Mang. Udah bawa anak-anak ini ke ruangan saya, silakan bertugas kembali, Mang," ujar Pak Santoso membuat Mang Ujang beranjak pergi. Disusul dengan Miss Riana, yang berpamitan untuk kembali ke kelas.

Ruangan itu tiba-tiba terasa dingin, membawa pergi hawa panas dari amarah Pak Santoso. Sebab AC yang terus menyala, dan ruangan yang tertutup membuat suhu dingin bertambah. Suasana di dalam sepi, disambung dengan tatapan mengintimidasi dari sorot mata Pak Santoso, seakan-akan nyawa mereka semua berada di tangan Pak Santoso, dan hari ini juga akan tewas.

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Where stories live. Discover now