49. Love is Not Over

10 3 0
                                    

Clara memandang tangan Haruto, kemudian menerima uluran tangannya itu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Clara memandang tangan Haruto, kemudian menerima uluran tangannya itu. Clara berdiri dibantu oleh Haruto, sementara Gavin mulai menurunkan tangannya yang sudah terulur tadi.

"Makasih," ujar Clara tetapi memandang Gavin. Namun, Gavin tidak membalasnya bahkan tidak ada senyuman yang terkembang dikedua sudut bibirnya.

"Yes!!!" Sorakan terdengar dari kelompok Marshell, Gilang dan Awan. Ketiga laki-laki itu telah menyelesaikan permainan pertama, dengan begitu mudah.

"Yah, kita kalah. Padahal sebentar lagi, sampai garis finish," ujar Ajun murung. Dibalas usapan lembut dari tangan Zoya, pada punggung tangannya.

"Gakpapa, yang penting kita udah berusaha 'kan?" katanya.

Permainan pertama sudah selesai, dimenangkan oleh kelompok Marshell. Sehingga, Haruto langsung berjongkok untuk melepaskan ikatan tali pada kakinya dan kaki Clara. "Ikut gue," ajak Haruto meraih tangan Clara.

Mereka berdua menuju ke salah satu tenda, yang sudah didirikan sejak tadi. Lalu, Haruto mengambil tas ranselnya untuk mengobati luka Clara. "Tahan sebentar, ya, kalo sakit," ujar Haruto saat menempelkan alkohol kapas, pada kedua lutut Clara.

"Auh," rintih Clara memejamkan mata, karena lukanya cukup lebar dan darah terus mengalir.

"Ra, gue minta maaf, ya," ujar Gavin tiba-tiba datang ke tenda itu.

Clara membuka matanya, mendongak. "Lo nggak salah kok."

"Tapi, lo jatuh itu gara-gara gue." Lantas, Gavin menyodorkan tiga bungkus cokelat, yang ada di tangannya. "Sebagai permintaan maaf gue," katanya.

Dengan sangat senang hati, Clara pun menerima cokelat-cokelat itu. "Makasih, tapi gue gakpapa. Jadi, jangan merasa bersalah cuman gara-gara ini." Gavin mengangguk, dan melangkah pergi.

"Ra!! Lo baik-baik aja? Lukanya parah nggak?" tanya Zoya menyerbu dengan pertanyaan.

"Perlu gue panggil ambulance?" tawar Ajun yang juga menghampiri.

Clara tertawa, begitu juga dengan Haruto. "Cuman luka kecil, Ajun. Nggak perlu panggil ambulance segala, karena gue jatuh bukannya kecelakaan."

Langkah terakhir, Haruto menutup kedua lutut Clara menggunakan plester, supaya lukanya tidak infeksi. "Udah nggak sakit lagi 'kan?" tanya Haruto dengan satu alisnya yang terangkat.

"Makasih, ya, pacar." Clara mengelus pipi Haruto lembut, membalas senyumannya.

"Kakinya yang luka, tapi otaknya yang bermasalah," pekik Zoya menggandeng tangan Ajun, dan mereka pun berlalu pergi.

Permainan kedua, segera dimulai. Pak Santoso, mulai mengumumkan peraturan dalam permainan kali ini. Sebuah tali sudah berada di tengah halaman luas itu, untuk ditarik secara berlawanan arah. Pak Santoso pun memberikan perintah, supaya murid-muridnya kembali berkumpul, dan membentuk kelompok baru.

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Onde histórias criam vida. Descubra agora