30. Can I Love You?

14 2 0
                                    

Clara menatap bola mata, yang juga menatapnya saat ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Clara menatap bola mata, yang juga menatapnya saat ini. "Gue nggak akan putus dari, Haru."

Gue akan tetap mempertahankan hubungan ini. Tapi, bukan karena sebatang cokelat lagi. Karena gue mau mencari kebenaran, tentang Haru yang sebenarnya. Kalo memang Haru yang saat ini ada di hadapan gue, itu Haru yang sama pada sembilan tahun yang lalu. Gue nggak akan pernah, melepaskan dia, batin Clara.

Haruto mengulas senyuman, membuat Clara tergugah dan langsung merampas cokelat di tangan Gavin. Sebatang cokelat itu, berhasil Clara miliki dan ia mulai menghampiri Zoya sembari memakannya. "Zoya, lo bawa makanan banyak banget," komentar Clara saat melihat Zoya dan Ajun, sedang mengeluarkan beberapa tempat makan.

"Ini semua makanan, lo yang masak?" tanya Gilang dihampiri Marshell, keduanya pun langsung mengambil sendok untuk mencicipinya.

"Enak banget, Zoy. Lo cocok jadi chef muda, dan bumbu rempah-rempahnya itu pas dimulut," kata Gilang.

"Ya, jelas enak dong. Siapa dulu yang masak, Zoya Geraldine calon istrinya Januar Ajun Nugroho."

Marshell langsung menoyor kepala Ajun. "Halah, ngarep lo."

"Udah sekarang kita langsung ke rumah warga, ya. Buat bantu-bantu, dan sekalian bagi-bagi sembako buat mereka." Kevin membuat para laki-laki langsung bergegas pergi, sementara itu Clara dan Zoya membungkus beberapa makanan, untuk warga sekitar.

"Oh, iya, teman-teman kenalin ini namanya Pak Agus, dia ketua RT di desa ini. Dan, kita akan membantu warga, sesuai dengan arahan dari Pak Agus."

Kevin sudah mempersiapkan segalanya, peralatan untuk kembali mendirikan gubuk, dan rumah-rumah kecil yang sudah hancur, sebab tertimbun tanah yang longsor. "Untuk materialnya ada di sebelah sana," tunjuknya.

"Pak, apa daerah ini udah aman? Kalo terjadi longsor lagi bagaimana?" tanya Haruto kepada Pak Agus.

"Longsor memang sewaktu-waktu bisa saja terjadi lagi, Mas. Tapi, untuk mengantisipasi adanya longsor susulan, kita warga di sini harus mempunyai tempat tinggal yang aman, dan rawan dari tanah longsor."

"Iya, makanya itu. Gue suruh kalian buat membantu para warga di sini, buat membangun rumah yang jauh dari area rawan tanah longsor. Di sebelah mushola, itu tempat yang strategis dan aman," ujar Kevin membuat beberapa teman-temannya kembali ke halaman luas itu, dengan peralatan dan kayu-kayu, untuk membuat rumah sementara.

Hampir seluruh dari mereka bekerja sama, sebagian dari warga yang ada di sana pun ikut membantu. Supaya lebih cepat terselesaikan, dan jika semakin banyak tenaga, semua pekerjaan pun akan terasa ringan. Detik jam berjalan sangat cepat, hingga sudah memasuki waktu dzuhur. Haruto, Kevin dan para anggota geng-nya, hanya bisa menyelesaikan tiga rumah saja. Rumah yang berisikan kamar, dan dapur kecil. Tanpa ada ruang tengah, ataupun ruang tamu. Karena tujuan mereka semua membangun kembali rumah itu, hanya sebagai tempat peristirahatan para warga, yang rumahnya sudah tidak bisa lagi ditempati.

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Where stories live. Discover now