61. Cout d'etat

34.4K 5.7K 1.2K
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥

> 2200 kata


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Aula Istana berukuran 34 x 20 meter tersebut dipenuhi ratusan manusia. Mereka terdiri dari prajurit, pelayan, staff dan lainnya yang tinggal di Istana ini. Mereka belum sadarkan diri akibat efek dari gas yang masuk kedalam saluran pernapasan mereka. Mata mereka tertutup kain, mulut mereka tertutup lakban, tangan dan kaki merekapun terikat. Dalam kurun waktu kurang dari 2 jam, Istana ini dikuasai oleh anak buah Duke Henry.

"Tugas kami sudah selesai, bukan?" Tanya salah satu dari kelompok mafia tersebut.

"Belum. Kami masih membutuhkan kalian." Paul, orang kepercayaan Duke Henry yang memimpin serangan ini menjawabnya.

"Perjanjianku dengan wanita itu hanya sampai disini!" Seraya mengedikkan dagu ke arah Alice.

"$250.000 untuk pekerjaan tambahan ini." Ujar Paul.

"Kami tidak berminat!" Kelompok mafia tersebut menolak. Mereka tidak ingin terlibat lebih jauh. Menurutnya, melakukan kudeta ini lebih beresiko. Berbeda saat melenyapkan target dengan senjata jarak jauh, mereka sudah berpengalaman dan tidak akan meninggalkan jejak yang akan membuat mereka berurusan dengan hukum.

Kelompok mafia tersebut memutuskan untuk segera keluar dari Istana ini. "Senang bekerja sama denganmu, Putri Alice." Ujar salah satu dari mereka sambil berlalu dari sana.

Paul membiarkan mereka pergi. Setidaknya mereka sudah membantu menguasai Istana ini. Lantas meraih ponsel di sakunya untuk menghubungi Duke Henry.

Alice membawa langkahnya menuju kamar. Pun Andre mengikuti kepergian Alice. Mereka juga tidak bisa keluar dari sini. Bahkan untuk berkomunikasi menggunakan ponsel saja tidak bisa. Seluruh jaringan dalam Istana ini diblokir, kecuali jaringan milik antek-antek Duke Henry. Sungguh sial. Ia sudah menggelontorkan $2.000.000 untuk membayar kelompok mafia itu, namun dirinya justru ikut ke dalam permainan Duke Henry.

*****

Kendaraan yang mereka tumpangi, pun mobil iring-iringan yang mengawal mereka, melewati gerbang Istana. Eros mengamati beberapa prajurit yang berjaga disekitaran gerbang. Selain jumlah mereka lebih sedikit dari yang seharusnya, Eros asing dengan wajah-wajah prajurit tersebut. Atau hanya perasaannya saja?

Oliver membukakan pintu untuk Orlaith. Mereka melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam Istana. Eros mengedarkan pandangan ke sekitar. Prajurit-prajurit disini tersebar di beberapa sisi Istana, mereka tidak lantas berdiam diri di tempat namun diwajibkan untuk berkeliling. Dan sekarang kenapa tidak ada prajurit yang berlalu lalang di depan Istana? Eros menajamkan pandangan ke arah dua penjaga yang sekarang membukakan pintu untuk mereka.

"10-33!!" Ucap Eros lantang. Meraih pistol yang berada disaku jasnya seraya menarik Orlaith agar masuk ke dalam dekapannya. Eros menodongkan senjatanya ke arah satu penjaga. Pergerakan tangannya bebarengan dengan kaki yang digunakan untuk menendang penjaga yang satu lagi.

The General's RegretWhere stories live. Discover now