40. Bad intentions

41.8K 6K 1K
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Begitu masuk ke dalam Istana, mereka berpapasan dengan Alice. Orlaith menghentikan langkah karena tangannya dipegang oleh Alice.

Mata Alice memicing ketika melihat perban di dipelipis Orlaith. "Apa yang terjadi padamu?"

"Aku terpeleset dan terbentur sudut meja." Sepertinya alasan yang dikatakan Orlaith barusan cukup masuk akal.

"Kau seceroboh itu?" Tukas Alice tidak percaya.

"Kau sendiri, bagaimana keadaanmu?" Orlaith justru memberikan pertanyaan pada Alice.

"Seperti yang kau lihat. Tubuhku sudah bersih dari bisa ular." Alice melirik Eros yang sedari tadi diam.

"Lain kali jangan ceroboh agar dikemudian hari kau tidak menginjak ular atau binatang lainnya saat berjalan."

"Masukanmu akan aku ingat, Kakak. Kau bisa melanjutkan langkahmu." Perhatian Alice masih terpusat pada Eros. Ketika mereka tidak sengaja beradu pandang, tatapan Eros padanya sulit di artikan. Yang jelas itu bukan tatapan kagum yang dulu selalu Eros berikan padanya.

Eros mengantarkan Orlaith hingga kamar, "Aku akan menemui Yang Mulia terlebih dahulu, setelahnya aku langsung pulang." Pamitnya pada Orlaith.

Orlaith hanya menanggapinya dengan anggukan. Eros mencium pipi Orlaith, "Sampai jumpa." Setelahnya, Eros menuju ruang kerja King Philips.

"John, petang nanti aku memiliki janji temu dengan Olivia dan Olaf." Ujarnya.

"Kondisi Anda belum sepenuhnya pulih, Putri. Kita juga baru sampai Istana, Anda tidak lelah?"

"Aku baik-baik saja. Sudah lama aku tidak bertemu mereka."

Oliver lantas mengangguk, Orlaith berkata petang jadi tidak ada salahnya menyanggupi karena tujuan mereka bukanlah club malam.

"Kau boleh pergi ke kamarmu. Dan tolong panggilkan Saada." Tubuh Orlaith terasa lengket dan berdebu, ia ingin meminta tolong Saada untuk melulurinya.

"Baik, Putri."

*****

Alice terlihat memasuki rumah yang tergolong mewah. "Paman..." Ia memeluk pria yang juga berstatus sebagai kakak dari ibunya.

"Paman sungguh khawatir padamu. Bagaimana keadaanmu?" Tanya August disela pelukan mereka.

"Aku sudah sehat, Paman." Keduanya berpindah duduk ke sofa.

"Ceritakan pada paman bagaimana bisa kau digigit ular?" Tentu saja August benar-benar khawatir atas keadaan Alice.

Keberadaan August diketahui King Philips. August sendiri tidak mungkin membeberkan kebenaran pada khalayak karena sejauh ini kehidupannya sangat tercukupi, apalagi Alice memperoleh status yang layak di Istana.

The General's RegretWhere stories live. Discover now