ENAM BELAS : Prayvesi Cigeum!

580 110 0
                                    

Crush lu pernah masukke dalam mimpi lu gak? —Andira 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Crush lu pernah masuk
ke dalam mimpi lu gak?
Andira 

⋇⋆✦⋆⋇ 

Ini yang namanya pulang sekolah berkedok mirip Abang Grab tiap hari. Siapa pelanggan kurang ajarnya?

Jondara.

"Sampai kapan lu bakal nebeng kek gini terus?" Aku bertanya saat motor sudah tidak menyala lagi, tepat di pinggir jalan antara rumahku dan Jo, kutahan pergerakannya yang ingin segera meninggalkanku.

"Selamanya," jawab Jo tanpa pikir.

"Anjir! Masa gue harus jadi ojek lu tiap hari? Lagian lu kenapa enggak nyoba buat pake motor yang baru? Masa Jondara si kapten basket enggak bisa naik motor? Emak lu juga udah beliin itu mahal-mahal," ujarku, "Kalo gini terus sih bayarannya enggak sedikit, paling enggak motor baru lu buat gue bisa tuh ... ADUH, JO!" Dahiku diselintik dengan kuat, rasanya sungguhan seperti dilempari batu.

"Pamrih ya lu jadi manusia," katanya.

"Biar lu enggak nebeng lagi!"

"Gue bisa naik angkot!"

"Astaga, Jondara! Plis! Jangan bilang lu sayang make motor baru makanya pake alasan takut buat makainya."

"Kenapa lu mikir gitu!"

"Gue hanya menggunakan insting seorang manusia."

"Cih!" Jo tidak mengiyakan, justru ia berbalik hingga membuatku ingin menggelindingi tubuhnya dari atas gunung.

"Jo!" Tapi tiba-tiba ada hal yang menarik perhatian hingga aku menghidupkan motor dan berbelok untuk parkir di halaman rumahnya. "Manjat, Jo!" kataku lagi.

"Mulai ya lu, Dir. Gimana mau masak buahnya kalo selalu lu minta pas masih muda kayak gini?" tanya Jo memelas. "Gue capek, mau ganti baju ... ANDIRA, YA TUHAN YESUS!" Ia mencubit telinga kananku saat pergelangannya tengah berada dalam genggamanku, tapi bukannya menyerah, aku terus menyeretnya hingga ke bawah pohon mangga yang ada di halaman rumah tersebut.

"Lu udah nebeng kek enggak bisa berterima kasih aja, nih gue ajarin cara berterima kasih yang baik dan bener. Naik!" ujarku, sambil melepaskan tas sekolahnya yang bertengger di bahu.

Terdengar ia menghela napas. "Bener-bener ya lu, Dir. Kurang ajar, kurang asem, kurang gila!" ucapnya sambil mulai melakukan apa yang kumau.

Mau bagaimanapun, Jo tidak akan bisa menolak apa yang kuminta. Dia memang yang terbaik jika harus menjadi seorang sahabat, meski aku sering membuatnya kesal, tapi Jo tidak pernah menampakkan sisi di mana ia akan meninggalkanku. Lagian pun itu berlaku untuk beberapa hari ini di mana ia selalu berangkat dan pulang sekolah bersamaku, sebagai penumpang, membawa sebuah cerita di mana ia sedang tidak memiliki selera yang baik kalau naik motor sendiri. Aku juga baru tahu, kalau Jo ternyata punya sifat trauma yang begitu besar, namun hal itu tidak menghalangiku untuk terus mendorongnya agar berani. Aku yakin, Jo nanti pasti bisa naik motor sendiri lagi.

MAMPU✓ Where stories live. Discover now