SEMBILAN : Jatuh Cinta, Kematian dan Penyesalan

723 114 0
                                    

Cie yang ngaku suka, tapi bilangnya cuma teman

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Cie yang ngaku suka, tapi
bilangnya cuma teman. Cie. —Andira

⋇⋆✦⋆⋇ 

Aku suka jalan-jalan, meski itu cuma bolak-balik kamar dan dapur, sampai kadang Kak Novan menegur karena risih melihatnya. Tempat lain yang suka kulalui secara berulang adalah antara rumahku dan rumah Jo, mau itu panas, mendung atau hujan, kalau kakiku gatal mau menyeberang, maka hal itu akan kulakukan.

Namun untuk satu minggu kemarin, aku jarang melakukan hal itu karena Jo tidak di rumah. Jadi rumah yang kudatangi adalah rumah Anan, bagaimana caraku ke sana? Tentu minta dia yang menjemput, bahkan pakai motor. Lalu kami akan menghabiskan waktu bersama entah untuk saling berbagi cerita lucu —tentang apa saja yang sudah terjadi selama kami tidak sama-sama, atau menikmati masakan Tante Ratna yang selalu terasa enak.

"Pulang sekolah gue langsung mau jalan-jalan sama Renata, lu gak apa-apa 'kan sama Jondara?"

Anan terlihat sok mengkhawatirkan kami padahal seharusnya dia yang patut menerima itu. Bagaimana kalau tersesat lagi? Otomatis aku mau pun Jo tidak bisa memastikan untuk menjemputnya, mungkin kalau dekat bisa saja, tapi kalau sejauh Wong Solo semalam, astaghfirullah jangan saja.

Sehubungan Anan tampak belum pulang, maka aku mainnya di rumah Jo. Kali ini tidak untuk main-main sepenuhnya, karena kami ada tugas untuk membuat quotes dengan tema yang berbeda. Tugasnya padahal individu dan akan ditempel pada mading kelas, tapi aku bukan tipe orang yang suka kerja sendiri hingga dari dulu selalu bekerja sama dengan Jo. Bukan bentuk kekompakan yang menonjol sih, soalnya hanya menjiplak hasil kerja Jo, sedangkan aku hanya menemaninya dengan rebahan cantik. Ya, bukan sepenuhnya kerja, jadi masih ada setengah main-main dan setengah serius.

Yah  ... bisa dikatakan aku hadir hanya untuk membebani Jondara.

"Biasanya cewek nih yang suka bikin kata-kata, gue gak jago kali ini, Dir." Jo lebih dulu angkat tangan masalah tugas ringan ini.

"Masa gitu aja lu gak bisa ngerjain, Jo? Perasaan masalah mata pelajaran yang lain aja jago lu," ujarku yang membuatnya menempeleng bagian puncak kepalaku.

"Ngomong lu enak banget ya, Andira! Emang lu bisa ngerjain ini hah?" tanyanya.

Aku tergelak, lalu bangkit dari rebahan santai dan duduk bersila menghadapnya. "Tema punya lu apa emang?" tanyaku.

"Jatuh cinta."

"Anjer!" Aku kembali tergelak mendengar tema yang didapatkan Jo, bayangkan, seorang laki-laki yang keren dan berotot, suka olahraga dengan mengenakan baju tanpa lengan, punya tatapan tajam yang memikat adik kelas, pun suka makanan pedas. Dapat tema jatuh cinta? Astaga, perutku seperti digelitik seribu tangan karena tidak berhenti menertawakannya. "Kasihan banget lu, Jondara. Tema lu rumit banget," ejekku.

MAMPU✓ Kde žijí příběhy. Začni objevovat