DELAPAN : Ada Rindu yang Tersampaikan

669 114 0
                                    

Kangen elit, ungkapinnya sulit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kangen elit, ungkapinnya sulit.
—Andira

⋇⋆✦⋆⋇ 

"Dek, ada Anandra." Kak Novan menyembul di balik pintu lalu pergi begitu saja. Masalahnya, aku takut dia cuma iseng, seperti kemarin bilang kalau Jo sudah pulang hingga membuatku berusaha keras berjalan ke rumah seberang. Tapi apa yang kudapat? Kosong. Rumah itu tidak berpenghuni sama sekali.

Hal itu menyebabkan aku tidak mau percaya omongannya hingga tetap di kamar saja, namun suara ponsel yang berdering memunculkan nama Anandra sebagai si pemanggil. Jangan bilang dia sungguhan di rumahku?

"Keluar woey, gue di pelataran!"

Ya Tuhan, ada Anan di depan. Aku hampir memukuli wajahku sendiri karena kesal membuatnya menunggu lumayan lama. Buru-buru kucoba bergerak menghampirinya, omong-omong kakiku tidak begitu nyeri lagi, sudah rutin diurut dan diberi minyak. Tapi tetap saja aku tidak berani mengajaknya berlari cepat seperti biasa, jadi Anan masih harus menunggu sampai aku berhasil menghampirinya ke depan.

"Anaaannn!" sapaku heboh, tiba-tiba muncul keinginan untuk menonjok wajahnya yang ganteng itu.

Namun ia tidak menggubris, terlihat kesal karena aku datang lama. "Ih maaf, kukira Kak Novan bercanda. Soalnya kemarin dia bilang Jo udah pulang dan bikin gue harus susah-susah nyebrang ke rumahnya," ujarku dengan langsung duduk di sebelahnya.

Terdengar Anan menghela napas, lalu menatapku dengan artian lagi marah. "Pas denger nama Jo, lu cepat bergerak ya, Dir." Dia mulai lagi, dan sifat ini sedikit menggangguku beberapa hari terakhir.

"Bisa enggak jangan ngomong kayak gitu? Lu dengan Jo sama-sama sahabat gue," ujarku.

"Tapi gue bukan sahabatnya Jondara, dan Jondara bukan sahabatnya gue."

"Anan, kalo lu emang sahabat gue. Maka musuh gue adalah musuh lu, dan sahabat gue adalah sahabat lu juga. Ngerti gak sih?"

"Jadi, pacar gue adalah pacar lu juga?"

"YA ENGGAK GITU JUGA!"

"Halah!" Anan sedikit menjauh, dan itu membuatku geram hingga mendekati dirinya lagi. Sifat ini masih sama seperti dulu, saat aku datang terlambat ke rumahnya, maka Anan akan menghindar hingga aku harus memeluknya dulu agar tidak mengamuk. "Jangan deket-deket!" Bahkan aku sudah hapal kalimat ini, tapi tidak mungkin 'kan aku mendusel dan peluk-peluk dia yang sekarang?

"Marah-marah terus ya, Anan," kataku sok ingin menggelitikinya, jari-jari tangan bergerak lentik untuk melakukan hal itu hingga ia jijik melihatnya. Lantas guna menghindar, Anan berdiri dan mengambil langkah untuk menjauh.

MAMPU✓ Where stories live. Discover now