PART 32. BISIKAN GAIB

99 30 25
                                    

*32.
.
.

"Ada apa, Raa?! Ada apaa?"

Suara kak Jeny dengan ketukan tongkatya yang tampak buru - buru mendekat. Nyata wajah Jeny tegang. Meraba - raba Amira, tangan Amira sedingin es, bermandi peluh.

"I'm, scraed."

Gemetar suara Amira, tatap matanya nanar menjamahi lantai dingin di mana tadi sosok Mirna terkapar dengan kondisi mengenaskan.

Kosong.

Tak ada apa-apa.

Tak ada siapa-siapa.

Sosok mengerikan Mirna seperti raib di telan bumi. Sepi memagut. Dalam tenang yang terenggut.

Mata Amira nyalang menjamahi tiap demensi ruang. Gorden yang bergoyang. Sosok Mirna juga tak ada di luar sana. Tak ada suara orang menyapu dengan sapu lidi, tak ada.

"Takut apa, Ra? Ada apa?"

Jenny menjamahi wajah Amira yang berkeringat. Menyekanya dengan penuh tanya. Mencoba menajamkan pendengarannya. Tapi tak terdengar suara apa-apa selain gemerisik dedaun yang di sapu sang bayu.

"Tad... Tadi ada...ada..."

Amira tergagap. Tak mampu mendeskripsikan apa yang ia dengar dan ia lihat. Karena semuanya lenyap. Lesap. Saat Jeny datang.

"Tak ada apa-apa, ayo berdzikir saja."

Hibur Jenny sambil membimbing adiknya meninggalkan tempat itu. Sempat berpapasan dengan mama yang tersenyum manis.

"Kenapa kalian?"

Wina bertanya sambil menelanjangi mereka dengan tatapan misteriusnya. Penuh kasihkah pada mereka? Atau membenci? Karena mereka membuat rumah ini seperti neraka bagi mama. Dengan taat beribadah.

Seperti dua sisi koin yang bertentangan. Mama dengan keyakinan mistiknya. Seorang diri di rumah ini. Dan mereka semua bersatu, papa, om Bian, Jenny, Zaheen, dan Amira. Mampukah mereka membawa mama kembali ke jalan yang benar?

Bahkan om Arry dan tante Adela juga membantu dari luar sana, sering pula ke rumah. Mampukah mereka membawa mama kembali?

"Tidak ada apa-apa, Ma. Ini mau bantu papa siap-siap terapi."

Jawab Jenny, cepat-cepat Amira mengiyakan. Bergegas mengajak Jenny ke kamar papa.

"Papa sudah siap, Kak?"

Amira bertanya saat mereka masuk kamar papa. Wina yang menyaksikan dari jauh menyeringai. Sepasang matanya berkilat-kilat merah. Kita lihat saja siapa yang akan menang, keyakinan kalian? Atau keyakinanku?

"Om Arry dan tante Adela udah otw, Za?"

Amira bertanya sambil membantu papa memakai kemeja. Zaheen mengangguk sambil sibuk chatingan dengan tante Adela.

Setelah mengalami serangan stroke otot tubuh Azzam memang lemah. Hal ini membuat tubuh dan sendi Azzam susah bergerak. Efeknya koordinasi dan gerakan tubuh menjadi berkurang. Susah melakukan aktivitas berdiri maupun berjalan.

Kata om Arry, terapi fisik akan membantu memperkuat otot tubuh. Melatih papa untuk bisa beraktivitas normal setelah mengalami kerusakan otak.

"Kita semua ikut, Kak?"

Zaheen bertanya saat sudah kembali membawa tumbler berisi minuman untuk papa.

"Memang kamu berani di rumah sama mama?"

Amira balik bertanya, cepat-cepat Zaheen menggeleng-geleng tegas. Ia tidak mau melihat keanehan-keanehan mama. Gelas minum mama yang bisa geser sendiri, senandung aneh mama, atau bahkan mama yang bisa meninggalkan jejak kaki kotor di tembok. Pernah Zaheen keheranan campur ketakukan melihat jejak kaki bekas menginjak tanah becek di tembok. Dan dengan santai mama bilang itu jejak mama.

🅳🅴🅰🆃🅷 🅰🅻🅱🆄🅼 ( 🅾🅽 🅷🅾🅻🅳 )Where stories live. Discover now