PART 31. SEPASANG JENAZAH

134 29 37
                                    

(A/n./1/. Mari berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing sebelum membaca. Meski cerita ini fiktif belaka tapi seluruh penampakan dan pengalaman horor real dari nara sumber yang mengalami.

Isi part ini tidak bermaksud menakuti, hanya untuk mensyukuri betapa amazing maha karya Alloh, sekalipun itu berupa makluk tak kasat mata.

/2/. Sebagian isi part ini kolaburasi dengan Vega Pratama. Mengandung unsur kengerian dengan proses visum jenazah. Bagi yang kurang tahan dengan adegan berbau mayat dan visum, silakan di skip bagian itu. 🙏)

🍁
🍁

Kamar Jenazah sebuah rumah sakit

🍁

Deg!
Jantung Sasmita seolah copot. Bagaimana mungkin tiba-tiba ia berada di sini? Depan kamar jenazah. Bukankah tadi ia berjalan di selasar? Menuju tempat parkir?

"Keriet! Keriet!"

Suara brankar mendekat. Decitannya terasa menyayat. Mungkin roda-roda yang berputar sudah terlalu lelah membawa entah berapa puluh jenazah. Bahkan mungkin ratusan.

Glek!

Sasmita menelan ludah, mengusap keringat dinginnya saat melihat dua brankar di dorong. Berarti ada dua jenazah. Bukankah itu hal yang biasa?Entah mengapa kali ini terasa berbeda.

Altar dingin yang Sasmita pijak, suasana temaram yang terasa begitu mencekam. Pohon-pohon yang bercuatan kaku, aroma anyir darah bercampur kembang khantil.

"Dokter Sasmita? Mengapa anda di sini?"

dr.Fahrudin, sp,F. Dokter specialis forensik itu memandangi Sasmita dengan keheranan. Karena aneh saja jika jam segini Sasmita ada di sini. Bukan ranahnya. Sasmita belum tahu harus menjawab apa,ia hanya mampu nyengir. Menatap dua orang polisi yang mengikuti sepasang jenazah yang ternyata adalah korban kecelakaan.

Sasmita mengangguk dengan senyum canggung saat dr.Fahrudin permisi pada Sasmita untuk menemui dua orang polisi.

"Nggeeeekk..!"

Deritan pintu kamar jenazah di buka, terasa begitu menyayat. Menguak image akan hal-hal berbau magis.

Deg!
Jantung Sasmita kembali seperti copot saat tiba-tiba sebuah tangan putih pucat tersembul dari penutup kain putih.

Dan,
Sebuah jamahan tangan dingin memaksa Sasmita menoleh kaget. Napas Sasmita turun naik tidak teratur saat tidak mendapati siapa-siapa. Hanya ada lorong panjang yang senyap. Hanya ada hembusan angin yang menguar samar, menerbangkan debu dan daun-daun kering.

"Nggeeekk...!!"

Lagi,
Terdengar suara deritan pintu, terasa menyayat. Sarat akan sesuatu yang tak kasat .Di mata Sasmita beberapa KoAss masuk dengan gerakan seperti zombi. Pasti ini stase yang harus mereka lalui. Mereka masuk. Dengan wajah-wajah beku.

Sasmita mengatur napasnya baik-baik. Masih bingung bagaimana ia berada di depan kamar jenazah? Padahal semula ia berada di selasar dan akan menuju tempat parkir. Baru saja Sasmita akan melangkah meninggalkan area itu, tapi...

"Astaqfirlloh!"

Pekik Sasmita, kaget bukan kepalang karena tiba-tiba saja satu sosok di hadapannya.

"Zan? Kamu di sini?"

Cekat Sasmita, menyeret Madya jauh-jauh dari kamar jenazah. Ia tahu betapa sumringah wajah Madya.

"Heemm..aku suka aroma ini, Ta."

Desis madya dengan mata berkilat-kilat dan seringaian liar. Madya tahu itu mayat siapa.
Madya terkekeh lirih saat di seret Sasmita menjauh. Seiring dengan sepasang sejoli yang berlari-lari menyusuri koridor. Bian dan Innaya, yang baru mendapat kabar bahwa Mirna dan Suroso, sang suami tewas bersamaan dalam sebuah kecelakaan.

🅳🅴🅰🆃🅷 🅰🅻🅱🆄🅼 ( 🅾🅽 🅷🅾🅻🅳 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang