PART 8.TARIAN MISTERIUS

171 29 9
                                    

*8.

Suara kidung jawa terdengar timbul tenggelam terbawa angin.Di iringi gamelan.Suara angin yang menderu riuh terdengar lebih jelas.Menenggelamkan suara kidung dan gamelan.Seolah menjadi kolaburasi mistik yang menguak imej akan hal-hal tidak bersahabat.

Adela masih setia di depan perapian.Menunggui Bian yang sibuk dengan aljabarnya.Guru matematikan sebuah SMU swasta itu tekun dengan pekerjaannya.Setumpuk kertas sedang di koreksi.

"Bi..kemarin pas ada tembang beginian Beno meninggal.Jangan-jangan malam ini ada yang meninggal lagi?"

Ucap Adela lirih sambil membenahi selimutnya.Merapat Bian.

"Hanya kebetulan aja,Dee.."

Jawab Bian kalem.Adela menghela nafas.

"Apa enaknya jadi guru,Bi?Kan kamu bisa kerja yang lain."

Ucap Adela lagi.Kan bisa jadi akuntan,manajer keuangan.

"Di syukuri apa yang ada,Dee..hidup itu lebih nyaman bila kita qona'ah."

Jawab Bian lirih,tidak melepas tatapannya pada kertas-kertasnya.

Adela menghela nafas.Ingin tidur di kamarnya tapi lebih nyaman di sisi Bian.Lagian malam ini hawanya aneh.

"Eh,Bii..menurutmu Arry itu gimana?"

Pancing Adela.Bian menjawab simple.

"Ganteng dan misterius."

Adela berkerut heran.Misterius gimana?

"Sering ngilang waktu kerja kata mas Azzam.punya bisnis lain mungkin.'

"Gitu doang misterius?"

Bian hanya angkat bahu.Sebelum mengakhiri pekerjaannya.Merenggangkan otot-ototnya.Menaruh tumpukan kertas di atas meja.Sebelum rebah tak jauh dari Adela duduk.Ia tidak ingin mengungkapkan bahwa cara pengobatan Arry pada dirinya 'aneh'.Sebelas dua belas dengan bu Shindu.Dan Bian lebih suka 'meruqyah'dirinya sendiri.

"Ati-ati aja sama Arry.Kamu belum kenal dia dengan baik."

Ucap Bian datar Adela tertawa manis.Menatap Bian dengan senyum.

"Kamu jealous?"

Tebaknya dengan tawa.Bian cuma tertawa.Mengadu saat pinggangnya di cubit Adela.

Suara kayu yang di makan api terdengar khas.Dengan aroma yang khas.Menjadi saksi canda tawa mereka.

Azzam yang baru pulang terbatuk-batuk melihat adiknya bersama Bian.

"Tidur,Dee..udah malam."

Tegurnya sambil berjalan masuk kamar.Adela mengiyakan.Melirik bu Shindu yang berjalan tanpa suara mengekor Azzam.

Dengan takzim mengatakan air panas untuk mandi sudah siap.Dan nampan di tangannya membawa secangkir susu jahe.

Bagaimana mungkin perempuan itu tahu mas Azzam pulang dan semua sudah siap?Seperti punya telepati saja.

"Mbak Adela dan mas Bian mau jagung rebus?"

Tiba-tiba saja bu Shindu di sisi mereka dengan piring saji bentuk persegi berisi jagung rebus yang masih mengepulkan asap.Aromanya nyata membuat perut meronta minta jatah.

Bian langsung bangkit dengan semangat.Mengucap terimakasih,memakanannya dengan lahap.

Adela mengikutinya.Menggigitnya sedikit.Rasanya manis dan empuk.Adela  mencoba melupakan semua tentang bu Shindu.Mendengarkan saat Bian antusias bercerita tentang sekolah tempat ia bekerja.Sebuah sekolah islam dengan konsep alam.

🅳🅴🅰🆃🅷 🅰🅻🅱🆄🅼 ( 🅾🅽 🅷🅾🅻🅳 )Där berättelser lever. Upptäck nu