PART 22. DI ATAS ALTAR BATU

114 30 24
                                    

*22.

Amira terpejam dengan nafas turun naik tidak teratur.Merasakan ujung belati dingin menjelajahi wajahnya.Dengan gerakan amat perlahan.Seolah begitu menikmatinya.

"S..sadar,Om..bu Shindu itu jahat.Jangan terpegaruh."

Amira memberanikan diri berkata.Ingat kata-kata om Arry bahwa om Madya itu tidak jahat.Hanya saja lagi sakit dan di pengaruhi bu Shindu.

"Oh iya?"

Bisik Arry sambil terkekeh lirih.Amira memekik,merasakan perih saat ujung belati kian menekan lehernya.

Betapa menyedihkan jika akhir hidupnya berakhir sebagai tumbal,dan menghembuskan nafas terakhir di atas altar persembahan.

Amira ingin menghembuskan nafas terakhir dengan asma Alloh.Amira lirih melafalkan ayat kursi.

Kulitnya merasakan putaran angin dingin yang aneh.Mungkin menerbangkan debu dan pasir karena Amira merasakan seperti pasir kecil-kecil menghempas tubuhnya.

Di antara suara deru angin dan suara mantra aneh bu Shindu.Di antara ujung belati dingin yang menjelajahi sekujur tubuhnya.

Tiba-tiba leher Amira seperti tercekik,nafasnya sesak.Tapi dalam hatinya masih melafalkan ayat kursi.Tak mengapa jika ia harus mati malam ini.Asal seluruh keluarganya terlindungi.

Di antara putaran angin yang menderu campur debu tubuh mungil Amira terangkat ke udara.Melayang beberapa centi dari altar batu.Seiring dengan kesadaran Amira yang kian luruh.Ada dimensi yang tak terengkuh,tak tersentuh.Jatuh..jauh..jauuuh...

Tiba-tiba saja kilauan cahaya putih kebiruan seperti melesat dari langit gulita.Dan...

DHUUUAAARR..!!

Seperti ada sebuah ledakan keras yang membuat bumi bergucang.Seperti terjadi gempa bumi sesaat.

Sesosok tubuh yang bagai cermin dengan Madya telah berdiri di atas altar batu.Membopong tubuh Amira.

Bu Shindu dan Madya tersentak mundur.Entah apa yang membuat  membuat mereka sesaat seperti terhipnotis dengan sosok Arry yang kini dengan rambut gondrong tergerai.

Yang membuat mereka ternganga adalah mata kehijauan Arry yang seperti batu giok.

Dan hawa dingin yang seolah membekukan tulang belulang.Seperti ada salju yang turun.

Bu Shindu terjajar mundur,ia baru sadar kekuatan Arry sebenarnya lebih besar dari Madya.Andai Arry mau.Hanya saja selama ini Arry tidak mau mengasahnya dan memilih hidup normal.

"Ini peringatan terakhirku,Madya.Ikut aku dan kembali ke jalan yang benar.Atau kau akan terus hidup dalam pelarian."

Kalimat Arry terdengar tenang dan jernih.Tegas meski lirih.Kembali ke jalan yang benar?Benar yang mana?Yang di yakini Arry?

Madya terkekeh sambil mendekati Arry.Yang seperti melayang di atas altar batu.Kain jarik parang Amira dan rambut Amira yang di bopong Arry berkibaran lembut.Madya menyeringai liar.

Arry telah mengusik kesenangannya.Lagi,Madya berusaha berjalan mendekati Arry.Tapi seperti terhalang dinding tak kasat mata.Dan sekitarnya serasa membeku.Untuk bergerak pun tulang belulang seperti luruh.Entah kekuatan apa yang di gunakan Arry.

"Aku akan terus menikmati ini,Ry!Terserah!Kamu suka atau tidak.

Berhentilah terus mengganggu kesenanganku!Atau aku melupakan bahwa kita saudaraa,!!"

Gelegar Madya.Kembali mengayun langkah.Tapi tapak kakinya seperti terpaku di bumi.Tak dapat menapak walau seinci.Madya menyeringai.

"Sasmita mencintaimu dengan tulus,Madya!!Berhentilah dengan fantasi gi*amu dan hiduplah dengan Sasmita dan Edo sebagai keluarga yang utuh."

🅳🅴🅰🆃🅷 🅰🅻🅱🆄🅼 ( 🅾🅽 🅷🅾🅻🅳 )Where stories live. Discover now