19. Practice Makes Perfect

28 5 25
                                    

🗣️❤️👩🏻‍💻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🗣️❤️👩🏻‍💻

Aku sampai di rumah sekitar pukul tujuh malam lewat sedikit dengan senyum cerah terpancar dari wajahku. Tidak kusangka kalau aku berhasil berteman dengan Nyle! Artinya, one step closer to my goal.

Setelah mandi, aku langsung memakai kaos berwarna abu-abu yang berhasil menyentuh pahaku dan biker short berwarna hitam sebagai pakaian tidurku.

Langsung kurebahkan punggung yang pegal di atas kasur, tak lupa meletakkan bantal di belakang kepalaku sebagai penyangga. Kuraih ponsel yang berada di meja tidur dan membuka aplikasi LINE.

Terlihat ada beberapa pesan yang masuk, tetapi kuabaikan itu semua dan membuka kolom percakapan antaraku dan Nyle.

Orleans

Malam, Nyle! Makasih lagi ya buat hari ini :).

Nyle

Iya, sama-sama.

Orleans

Kapan-kapan gue boleh datang lagi nggak ke Joe's Bistro buat lihat lu tampil?

Nyle

Boleh, 'kan tadi gue udah janji lu bakal lihat gue tampil lagi.

Orleans

Yey! Thanks, ya!

Entah sudah berapa banyak ucapan terima kasih yang kuberikan kepada Nyle, aku memang sangat bersyukur atas Nyle yang akhirnya mau menerimaku menjadi temannya.

Ketika sedang termenung sambil memegang ponselku, ada ide cemerlang lainnya yang dapat memuluskan rencanaku. Astaga, otakku hebat sekali kalau dalam urusan mencari ide!

Netra cokelat tuaku langsung kembali fokus pada layar ponsel dan kedua jari jempolku menari di atas keyboard ponsel.

Orleans

I need a favor from you, would you mind?

Nyle

Apa dulu, nih, favor-nya?

Orleans

Boleh nggak besok lu bantu gue latihan caranya flirting?

Pesan terakhir dariku sudah terkirim dan aku sedang menunggu balasan dari Nyle dengan tidak sabar. Rasanya sangat malu meminta bantuan seperti itu kepada Nyle, tetapi aku yakin, ia pasti tahu cara flirting yang tepat untuk dipraktikkan pada Kak Ash.

Satu menit sudah berlalu, ia masih belum membaca pesanku. Astaga! Aku benar-benar benci menunggu! Limit kesabaran dalam tubuhku itu sangat kecil. Saking kecilnya, jempolku sudah mulai menekan tanda titik sebanyak tiga kali dan benakku mulai berpikir untuk mengirim pesan tersebut sebagai tanda bahwa aku menunggu responsnya.

The Rumor TaleWhere stories live. Discover now