9. Misunderstanding

75 15 93
                                    

🗣️❤️👩🏻‍💻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🗣️❤️👩🏻‍💻

Jantungku berdegup kencang akibat gugup. Ketika aku memutuskan untuk melakukan hal-hal impulsif, aku tidak sempat berpikir dan otakku baru berjalan saat aku sudah melakukan sesuatu. Sangat buruk, bukan? Ya, kedua sahabatku juga selalu berkata begitu. Hal ini sudah menjadi salah satu kebiasaan buruk milikku.

Seperti sekarang, dengan langkah tergesa-gesa, aku membawa tubuh setinggi 164 sentimeter ini mendekati Nyle. Laki-laki itu berada cukup jauh di depan dan ia berjalan menuju gedung baru. Kupikir ia akan pergi menaiki tangga sehingga aku sedikit memelankan langkah akibat lelah, tetapi ternyata aku salah! Laki-laki itu malah menuju lift!

Sial! Sial! Sial! umpatku dalam hati. Tanpa memperdulikan sekitar, aku mulai berlari mengejar Nyle yang sudah memasuki pintu lift yang terbuka. Satu hal yang tertanam di benakku, aku tidak boleh sampai kehilangan jejaknya!

Namun, sepertinya semesta tengah mengutukku karena senang menyulitkan orang lain dengan membuat pintu lift tertutup tepat di depan wajahku. Seakan-akan sedang mengejek presensiku, dapat terlihat wajah marah dan kesal yang selalu kutunjukkan melalui pantulan pintu lift yang tertutup.

Tak ingin putus asa dan berhenti begitu saja membuatku kembali berlari menaiki tangga untuk mengecek setiap lantai apakah Nyle turun di sana atau tidak. Sialnya, anak tangga di gedung baru ini lebih tinggi jaraknya antara satu sama lain mengakibatkan kekuatan yang kukeluarkan lebih banyak untuk menaiki tiap anak tangga.

Baru naik ke lantai dua saja, aku sudah pengap. Dalam hati aku terus berharap kalau Nyle berhenti di lantai dua untuk menuju kantin atau ruang musik, tetapi laki-laki ini tidak terlihat di sekitar lantai dua saat aku sampai. Kini lift bergerak menuju lantai tiga dan dengan terpaksa, aku kembali menaiki anak tangga.

Wow! Sepertinya hari ini memang waktunya untuk diriku berolahraga. Sempat terbesit di benakku, apa yang sebenarnya kulakukan? Is this even necessary? Pemikiran tersebut berdampak cepat pada diriku. Seketika aku mengalami pergolakan batin, tetapi dengan cepat otakku kembali membantah. Jelas ini sangat penting! Aku kembali mengingatkan diri sendiri akan alasan mengapa misi ini dimulai. Time waits for no man, it is now or never!

Kini langkahku terasa lebih yakin setiap menaiki anak tangga dan tak terasa aku sudah sampai di lantai empat alias lantai terakhir. Kepalaku bergerak ke sana kemari untuk mencari keberadaan Nyle, tetapi dia tidak terlihat sama sekali. Apa laki-laki ini berubah menjadi tidak terlihat atau hantu? Jelas-jelas kuikuti dirinya melalui tangga, tetapi kenapa ia tidak terlihat di salah satu lantai sama sekali? Ya kali ia bisa menghilang begitu saja.

"Ke mana, sih, tuh orang?" ujarku yang mulai merasa kesal. Aku sudah bersusah payah berlari menaiki tiap anak tangga hingga ke lantai empat dan Nyle sama sekali tak terlihat. Kalau begini, aku merasa perjuangan yang berujung sia-sia.

"Itu orang setan kali, ya? Hilangnya cepet banget," gerutuku yang merasa sangat tidak terima.

Dahiku sibuk berkerut dan kedua kakiku menghentak-hentak lantai untuk menyalurkan amarah yang terpendam. Saat sudah pasrah dengan keadaan, aku melihat sesosok bayangan di tembok tangga yang biasa digunakan untuk menuju balkon di dalam aula. Tangga ini sangat jarang digunakan kecuali ada acara sekolah seperti pentas seni atau lomba olahraga antar sekolah.

The Rumor TaleWhere stories live. Discover now