14. Little by Little

35 10 58
                                    

🗣️❤️👩🏻‍💻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🗣️❤️👩🏻‍💻

Berdasarkan perhitungan Matematika, hari ini tepat hari keempat aku mencoba menjadi teman bagi Nyle. Nyle benar-benar memberikan kesulitan bagiku. Padahal hanya ingin berteman, tetapi sudah sesusah ini. Apalagi kalau untuk mendekati kakaknya yang sudah terkenal dingin, sudah pasti aku menyerah duluan di hari pertama.

Mendekati Nyle bisa dibilang latihan pertama sebelum mendekati target utamaku alias Kak Ash. Juga, aku butuh orang dalam untuk informasi yang akurat. Terdengar memanfaatkan? Ya, agak, sih, tetapi tentang berteman dengan Nyle, aku benar-benar tulus soal itu.

Aku senang memiliki ruang pertemanan yang luas dan tidak ada yang salah dengan mendapat bantuan dari seorang teman, bukan?

Ketika jam istirahat kedua berbunyi, aku langsung bergerak menuju kantin untuk membeli seporsi kentang goreng dan langsung ke kelas 10 MIPA 2.

Kalau kalian ingin tahu mengapa selalu jam istirahat kedua, itu karena di jam istirahat pertama selalu kugunakan untuk makan siang. Selain itu, jam istirahat pertama lebih singkat daripada yang kedua sehingga lebih efektif untuk melakukan hal-hal seperti ini di jam kedua.

Beruntungnya diriku, ternyata Nyle sedang berada di kelas. Keadaan kelas 10 MIPA 2 tampak sepi, hanya ada beberapa murid di dalam dan mereka semua tidak berada di daerah dekat tempat duduk Nyle.

Nyle sendiri sedang menelungkupkan wajahnya ke dalam kedua tangannya yang terlipat di atas meja. Dugaanku adalah ia sedang tidur. Dalam hati aku berpikir, kalau dibangunin marah nggak, ya?

Kakiku masih enggan masuk untuk mendekati meja yang ditempati Nyle. Ragu kalau kedatanganku malah membawa petaka atau tidak. Am I doing more harm than good? Pertanyaan itu terbesit sejenak di dalam benakku. Sambil berpikir, aku mencomot sepotong kentang goreng yang berada di genggamanku.

Setelah dipikir-pikir, karena tabiatku yang nekat dan gila alias tidak pantang menyerah, aku kembali mencoba peruntungan untuk yang ketiga kalinya.

Orang-orang bilang, third time's the charm. Mari percaya kalimat itu! Dengan penuh percaya diri, aku melangkah. Tak lupa dengan dagu yang terangkat ke atas, tidak menunjukkan kelemahan atau keraguan sedikit pun.

"Hai, Nyle!" sapaku dengan riang.

Terdengar embusan napas kasar keluar dari hidung Nyle. Aku langsung meringis mendengar itu. Hilang sudah raut wajah percaya diriku, tetapi kala melihat kepala Nyle bergerak pertanda ia akan segera mendongak, aku langsung memasang kepercayaan diri di wajahku. Bergabung dengan ekstrakurikuler teater sangat membantuku untuk akting seperti ini kala perlu.

"Mau apa lagi?" tanya Nyle yang terdengar lelah.

"Masih sama kayak kemarin, gue mau temenan sama lu," jawabku dengan senyuman lebar, serta kentang goreng yang kusodorkan kepada Nyle.

The Rumor TaleWhere stories live. Discover now