4. The Day

115 28 165
                                    

🗣️❤️👩🏻‍💻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🗣️❤️👩🏻‍💻

Apa kalian pernah merasa waktu berjalan begitu cepat ketika kalian bersemangat? Seperti jam berganti menit, menit berganti detik. Jantungku berdegup kencang sepanjang kelas ketika mengingat rencanaku hari ini. Walau sudah melakukan persiapan dan yakin tidak ada hal yang kurang, aku tetap merasa gugup. 

Selama belajar tadi, kepalaku tidak dapat berhenti membuat skenario terburuk yang dapat terjadi kala Rhea menanyakan informasi soal rumor tentang diriku kepada Rayna. Okay, mungkin kalian berpikir kalau aku terlalu memikirkannya saja, tetapi mari kujabarkan hal buruk yang dapat terjadi.

Pertama, Rhea gagal mendapatkan informasi dari Rayna. Ini sangat fatal, karena kalau begini apa gunanya aku mencari tahu? Lagi pula, belum tentu Rhea mau bertanya lagi kepada orang lain bila kuminta, so this is my only shot. It can't fail. Kedua, bila Rayna mengetahui kalau aku yang menyuruh Rhea. Kenapa? Karena sedari awal Rayna sudah tampak enggan membahas rumor ini denganku, bahkan ketika kutanya ia hanya menjawab dengan singkat, lalu pergi. Jadi, Rayna tidak boleh sampai tahu kalau aku yang mengirim Rhea. Skenario terakhir adalah ketika rumor ini ternyata bukanlah apa-apa.

Aku memiliki harapan yang begitu besar pada rumor ini, jadi bila ternyata ini hanyalah sekadar kebetulan atau tidak sesuai dengan harapanku akan begitu mengecewakan. Mari berharap skenario yang kuputar di dalam benak tidak ada satu pun yang terjadi!

Lamunanku terhenti kala mendengar suara bel yang tersiar melalui radio sekolah, pertanda dimulainya istirahat kedua. Dengan bergegas, aku menghampiri koridor bagian kelas 10 IPS dan menunggu Rhea serta Lauza keluar dari kelas mereka. Netra cokelat tuaku sudah melihat kehadiran keduanya, sehingga langsung bergerak menuju mereka.

Rambut cokelat tua sependek bahu kesayanganku yang begitu bersinar bergerak ke sana kemari kala berlari menghampiri mereka. "Guys!" Aku memanggil mereka dengan cukup kencang, sontak hal itu membuat murid-murid lain di sekitar menoleh ke arahku.

"Jangan teriak-teriak," decak Rhea ketika mendengar suara kencangku yang merdu. Aku hanya bisa cengengesan di depan mereka berdua.

"Ayo, jalanin rencana kita!" ajakku dengan begitu antusias. Kedua sahabatku saling menatap satu sama lain. Ah, aku tahu, mereka pasti ragu.

"Hey, it's okay. Gue percaya lu bisa ngelakuinnya kok, Rhe. Lagian, gue udah siapin semuanya buat lu." Aku menjeda ucapanku dengan mengambil selembar kertas yang telah dilipat dengan rapi di dalam kantong seragam rompiku.

"Nah, itu isinya pertanyaan-pertanyaan yang harus lu tanyain. Terus, kalau lu bingung mau mulai percakapannya kayak gimana, di situ juga udah gue kasih tau lu harus gimana," jelasku sambil tersenyum lebar. Hasil dari perencanaan yang matang milikku sangatlah berguna!

"Lu Google semua ini?" tanya Lauza dengan mulut menganga lebar.

"Yup! I told you guys, I'm serious about this." Aku paham, mereka pasti terkejut kala menyadari aku mempersiapkan semuanya dengan matang. Mereka pasti berpikir kalau aku hanya ingin bermain-main.

The Rumor TaleWhere stories live. Discover now