04. BANYAK PERTANYAAN [Sekuel]

619 109 20
                                    

04. Banyak Pertanyaan

Dengan entengnya Rigan duduk di sana. Dia menoleh pada tempat Anggi berada begitu merasakan kehadirannya.

"Lo," Anggi benar-benar tidak mengerti akan situasi ini. Setelah apa yang terjadi hampir setengah jam lalu di sekolah, Rigan justru mendatanginya. Dan bagaimana dia tahu rumah Anggi. Lalu mengapa dia bisa masuk?

"Sorry, gue masuk tanpa izin. Kenapa gue bisa tahu tempat lo? Gampang. Gue punya koneksi." Sekarang Anggi mengerti. Tentu saja pasti Juan koneksi yang Rigan maksud.

"Maksudnya ini apa?" tanya Anggi. "Bukannya lo nolak gue? Bahkan lo udah ngancem gue untuk nggak ketemu sama lo lagi."

Rigan menatap Anggi selama beberapa detik. Cowok itu lantas berdiri, menghampiri Anggi. "Justru itu yang bikin gue khawatir. Lo bahkan semakin berbuat onar. Lo udah ngambil sebagian anggota geng gue. Nggak mungkin lo nggak akan ketemu gue di sekolah, apalagi kalau kita musuhan."

Anggi manggut-manggut seakan mengerti. "Terus, masalah lo apa? Bukannya lo mau ujian, ya? Seharusnya lo sibuk dengan pendidikan lo." Jelas situasi ini sangat membingungkan baginya. Tidak mungkin Rigan datang ke tempatnya hanya untuk berbasa-basi.

"Dan mikirin tentang siapa penerus ketua geng Manover selanjutnya. Atau lo bisa kasih geng lo buat gue." ucap Anggi dengan sedikit pelan di kalimat akhir.

"Apa?!" Rigan maju selangkah menatap Anggi tajam membuat Anggi lantas mundur menjauh.

"Lo bisa keluar, nggak? Gue capek."

"Oke," Rigan menatap sinis Anggi. "Gue ke sini karena penasaran aja. Tadi gue liat Agi keluar dari apart lo. Mukanya babak belur gitu sambil lari kayak di kejar setan."

Anggi terpaku mendengarnya. Apa Rigan serius?

"Pas gue periksa tempat lo nggak ada bekas perkelahian atau jejak sedikitpun. Mencurigakan banget, kan?" Rigan membuka kenop pintu. "Sebaiknya lo mulai hati-hati sekarang. Dan, kenapa gue bisa ada di apartemen ini? Mungkin lo nggak tahu, kita tetangga."

****

Anggi berdiri di depan lobi dengan gelisah. Pasalnya Rafa tidak bisa dihubungi. Teman-teman Anggi memang tinggal satu apartemen dengannya, namun berbeda lantai. Vio mengatakan bahwa Rafa tidak ingin menghadiri acara ulang tahun Nadira. Anggi yakin itu pasti karna dirinya.

Anggi menyarankan jika Rafa tidak ingin melanjutkan semua ini, dia boleh kembali ke SMA Dharmasraya. Namun, Anggi rasa itu tidak mungkin semudah itu. Berpindah-pindah sekolah sesukanya. Memangnya sekolah itu miliknya?

Mobil hitam milik Bima keluar dari basement dan berhenti tepat di samping Anggi. Bima keluar dari sana. Ada Vio dan Azril yang turut serta.

"Vio udah cerita semua ke gue," cowok itu lantas tersenyum jail. "Ternyata temen gue udah gede." Dia mengelus pelan puncak kepala Anggi. "Depet terus kalau gitu, entar diambil orang."

Anggi terkekeh singkat. "Enggak segampang itu. Dia orangnya susah buat ditaklukan."

"Bukannya lo juga, nggi?" Tanya Azril. "Kita jadi, nggak? Gue nggak sabar pengen makan-makan." Azril kembali masuk kembali ke dalam mobil diikuti yang lain.

****

Semua perempuan yang ada di pesta ini menggunakan pakaian dengan model dress. Hanya Anggi yang mengenakan celana longgar dengan kemeja kotak-kotak yang terkesan-tertutup dibandingkan yang lain. Bukan masalah untuk Anggi.

Teman-teman Anggi yang lain, sudah pergi menyerbu makanan. Kini ia sendirian sambil memegang minuman dan menatap Nadira yang tersenyum pada tamu-tamu yang lain. Btw, rumah Nadira begitu besar-mirip rumah Shera. Rumah ini memiliki aula pribadi, yang mungkin memang ada untuk acara besar seperti ini.

CHANGEOVERWhere stories live. Discover now