22. BROKEN HOME (2)

2.2K 325 58
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak, dan makasih banyak untuk supportnya.

__________________

22. BROKEN HOME (2)

"Apa lo ada masalah?"

Hening kemudian. Anggi rasa Rigan benar-benar tertidur.

"Ahss sial. Terus sekarang gimana dong?" tanya Anggi pada dirinya sendiri. Anggi berusaha merogoh ponselnya dengan susah payah. Ia tidak tahu harus menghubungi siapa dengan ponsel ini.

Anggi mengulir layar ponsel milik Shera di belakang punggung Rigan. Seketika kedua alis Anggi menyatu. Apa-apaan ini? Nama kontak yang di miliki Shera benar-benar sedikit. Hanya ada kedua orangtuanya, ketiga temannya, dan... Nanda?

Tidak mungkin ia menghubungi orang ini. Tapi, Anggi rasa tidak masalah. Anggi hendak menekan icon telpon pada nomor bernama "Nanda" tapi tiba-tiba layarnya meredup dan berakhir mati.

"Anjing lah batrenya abis!!" rutuk Anggi.

Tidak kehilangan akal, Anggi merogoh ponsel milik Rigan yang mungkin ada di saku celananya. "Sialan." umpatnya begitu sadar ponsel cowok itu juga mati.

Anggi memapah Rigan. Mengalungkan satu tangan cowok itu di belakang lehernya. Dengan susah payah Anggi berjalan. Anggi ingin menggerutu sepanjang jalan. Menyumpah serapah pada Rigan sedikit membuatnya merasa lega.

"Kenapa harus gue sih, yang jadi korbannya?" ucap Anggi dengan kesal. "Kenapa juga lo harus nelpon Shera, sih? Dan kenapa juga gue salah ngambil ponsel?" ucap Anggi bertanya-tanya, apakah ini kebetulan atau bagaimana. "Wah kita sama-sama bodoh rupanya." lanjut Anggi asal.

"Lo seharusnya punya utang budi sama gue!" 

"Pertama saat lo nabrak gue waktu itu, dan sekarang lo mau menjadikan gue sebagai tersangka atas kasus bunuh diri lo?" 

"Dan gue dengan baik hatinya sebagai manusia yang punya 'hati nurani'," Anggi menekan dua kata terakhirnya. "Bersedia menolong cowok brengsek kayak lo!"

"Huek!"

Anggi membeku. Jangan-jangan?!

"RIGAN!!"

Cepat-cepat Anggi mendekati kursi taman. Ia mendudukkan Rigan di sana. Mata Anggi membola dengan wajah syok. Sungguh! Ini pertama kali dalam hidupnya. Seorang cowok memuntahkan sisa makanannya akibaf efek pengar alkohol di baju seorang cewek? Menjijikkan.

Anggi memejamkan matanya. Berkali-kali ia menarik nafas dalam. Sabar Anggi, sabar. Tidak boleh melakukan kekerasan pada orang yang dalam keadaan tidak sadar.

Anggi melirik bahunya. Ada bercak putih di sana. Walaupun tidak banyak, tapi baunya itu loh. Seperti bau kaos kaki dan tai sapi. Anggi menggeleng keras. Apa yang ia pikirkan? Anggi segera melepaskan jaketnya. Ia harus fokus. Tidak ada gunanya ia marah-matah di tempat sepi seperti ini.

Anggi kembali menatap Rigan. "Lo benar-benar nyusahin orang banget, ya?" Benar juga, Anggi terjun sendiri untuk terlibat pada Rigan. Tapi, rasa peduli Anggi jauh lebih tinggi dari pada egonya. Anggi orangnya tidak gengsi-an. 

Dia bisa saja meninggalkan Rigan di tempat ini. Begitu mudah seperti membalikkan telapak tangan. Mungkin besok Rigan akan terbangun. Namun, Anggi tidak setega itu meninggalkannya ditengah udara malam yang dingin. Dan Anggi tidak setega itu juga ketika dia menjadi satu-satunya orang yang menjadi harapan terakhirnya.

CHANGEOVERWhere stories live. Discover now