01. BAD GIRL

11K 605 15
                                    

01. Bad Girl.

"Kenapa kamu suka ngomong sekasar itu sama papa-mama? Kami ini orang tua kamu loh! Yang ngelahirin kamu! Jangan lancang ya kamu!"

Plak! Satu tamparan mengenai pipinya telak. Hingga wajah perempuan itu terhempas ke samping karna saking kerasnya.

"Kalau bukan karna kami, kamu nggak akan hidup enak kayak gini!"

Plakk! Dua tamparan lagi. Rasanya sangat membakar. Dan akan ada bekas merah di sana.

"Tidak punya sopan satun, tidak pernah menurut, selalu keluyuran malem-malem. Kamu ini kan perempuan. Kamu mau jadi apa hah!"

Plakk!! Kali ini jauh lebih keras. Kedua bola mata perempuan itu mulai memanas. Ia sudah tidak sanggup menahannya sejak tadi.

"Pah udah dong, kasihan Anggi. Jangan dipukul terus pah." pinta mamanya memohon.

"Mama nih selalu belain dia terus. Makin ngelunjak jadinya." geram papahnya. Ia menoleh kembali pada Anggi. Menunjuk lantai atas rumah dengan telunjuknya. "Masuk kamar!!"

Anggi yang masih bergeming mengubah posisi kepalanya untuk menatap papahnya tanpa ada rasa takut di sana. Kenapa? Karna ia sudah terbiasa dengan ini semua. Ia sudah muak memendam semua ini.

"Siapa bilang aku anak kalian?" ucap Anggi sedingin es. Matanya menatap kedua orang itu dengan nyalang. "Siapa bilang?"

"Dasar kamu—" papahnya ingin kembali memukul Anggi namun terhenti setelah mendengar ucapan selanjutnya.

"Dapet dari panti asauhan, kan?"

"Sayang," lirih mamanya.

"Udah tau kok. Udah lama malahan. Kalian mungut aku dari panti asuhan kan? Iya kan? Aku ini kalian adopsi cuma buat pancingan biar kalian bisa punya anak! Setelah ada Angga sekarang apa?! Kalian buang aku!" tangis Anggi pecah seketika. "Semenjak ada dia kalian lupa sama aku. Udah muak tau nggak!" Anggi menekan kalimat terakhirnya.

Setelah menyelesaikan ucapannya yang memilukan itu ia bergegas pergi menuju pintu utama rumah untuk segera enyah dari tempat terkutuk ini. Tidak peduli dengan teriakan orang-orang itu memanggil namanya. Ia hanya menganggapnya bunyi angin.

Setiap hari diperlakukan seperti ini sangatlah menyakitkan. Selalu dibanding-bandingkan, dan dia juga yang selalu disalahkan. Ironis sekali hidupnya. Andaikan bisa memilih ia akan tetap berada di panti.

Anggi berjalan dengan langkah cepat menuju bagasi rumahnya. Oh ralat. Rumah ia menumpang lebih tepatnya. Ia mengambil motor besar miliknya. Motor ninja berwarna putih itu adalah motor yang ia beli dari hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun ini. Sejak ia masih di bangku SMP Anggi diam-diam bekerja mencari uang sendiri. 

Walaupun orang yang mengadopsi dirinya kaya raya, ia tidak pernah meminta-minta pada mereka. Ya, hal itu terjadi saat ia mengetahui tentang hal itu tiga tahun silam. Jika makan mungkin ia berada di rumah ini untuk menutupi kecurigaan. Untuk kebutuhan finansial, dia sendiri yang menanggung.

Merasa diperlakukan tidak adil, karna itulah Anggi melakukan itu. Dia menjadi perempuan yang berbeda. Pemberontak dan tidak suka diatur. Menjadi membangkang terlebih ia suka keluar malam hingga tengah malam atau bahkan pernah beberapa kali ia kedapatan baru pulang saat pagi. 

Tentu ia akan dicap sebagai perempuan tidak benar. Orang memang terlalu cepat menilai dengan apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar dari orang lain. Seolah tahu segalanya tentang dirinya. Padahal sejatinya tidaklah seperti itu. 

Anggi tidak akan mengubah apapun dari dirinya jika ia anggap itu benar. Itulah cara terbaik untuk tetap menjadi diri sendiri. Mengikuti ucapan orang lain hanya akan mengubah dirinya yang sebenarnya.

CHANGEOVERWhere stories live. Discover now