09. REAL OR FAKE?

3.8K 402 18
                                    

09. REAL OR FAKE?

Memangnya tadi Anggi bilang dirinya takut?

Ia meloncat dengan begitu mudah dari atas tembok tinggi itu. Para preman itu mundur ke belakang. Mereka lalu maju selangkah saat menyadari ternyata lawannya adalah perempuan.

"Wow, tenyata cewek bro!" ujar temannya.

"Jadi lo yang ngelempar kaleng tadi ya?!" tanya si kepala botak dengan kesal.

Anggi menoleh kebelakang. Gadis itu terkejut bercampur takut sambil memegang tasnya. "Lo nggak pa-pa?" dia mengangguk kaku menjawab pernyataan Anggi. Anggi baru menyadari dia memakai seragam SMA Parahyangan. Itu artinya dia satu sekolah dengan Shera.

Bisa jadi dia akan tahu bahwa yang dihadapannya sekarang berbeda dengan Shera yang dikenal. Anggi tidak peduli. Lagi pula itu kan tujuannya. Dia sudah lelah menjadi Shera.

"Berani-beraninya lo gangguin gue!" ucap si botak itu. "Atau lo mau gabung sama kita juga?" Anggi mendesis kesal mendengarnya. "Sini lo!"

Orang itu maju mendekati Anggi—meraih tangannya, namun belum sempat itu terjadi Anggi mengepalkan tangan dan meninju wajah orang itu. Dia mundur beberapa langkah ke belakang. 

Anggi merasakan tangannya agak ngilu. Ia melihat kebawah. Lalu berdecak saat ternyata tangan kanannya sedikit memerah akibat aksi tadi. Tubuh Shera memang tidak bisa diandalkan. Lebih kuat tubuh aslinya karna memang sudah terlatih. Kalau begini ia harus menggunakan rencana.

"Wih! Petasan sok berani. Ternyata jago beladiri?!" ujar temannya yang lain.

"Tenang aja. Nggak kerasa kok. Tenaganya nggak sekuat laki-laki." balas si botak itu sambil menyeringai.

Anggi melihat mereka semua. Ada lima orang. "Lima orang lawan satu cewek? Nggak malu lo ya?"

"Justru itu! Kita malah lebih mudah nangkep lo!" balasnya.

Anggi melihat ke sekitar gang ini sambil bersikap waspada. Matanya menangkap sebuah benda keras berada tak jauh dibelakang mereka. Ia harus bisa mengulur waktu agar dapat meraih benda di ujung sana.

Ia sedikit menundukkan kepalanya. Menatap orang-orang itu dengan pandangan intimidasi serta aura yang mengelap. Tangannya bergerak menyelipkan pisau dari gelang ke sela-sela kepalan jemarinya. 

Bukan mereka yang maju duluan tapi Anggi yang lebih dulu melompat--dengan tumpukan box's kayu sebagai pijakan--ia melompat lebih tinggi dari tinggi tubuh mereka. Dan terdengar bunyi, bugh!!  Tepat saat Anggi meninju sudut bibir si botak itu dengan kalap. Ia terpelanting ke belakang dengan luka sobek di sana. Akibat dari sayatan pisau Anggi.

"Anjing! Ce--" ia mengumpat. Anggi tidak memberikan kesempatan ia bicara. Dengan cepat ia memutar tubuh sambil melakukan tendangan tepat mengenai sisi kepalanya. Si botak itu tersungkur.

Satu temannya tidak terima, ia memeluk Anggi dari belakang guna mengunci pergerakannya.

"Cepat hajar dia!" teriaknya. Membuat tiga pria lain mendekat. 

Anggi mendorongnya ke belakang dengan kekuatan penuh hingga punggung pemuda itu menabrak dinding dengan keras. Anggi mengangkat kakinya hingga tubuhnya berdiri vertikal. Mendendang orang-orang itu. Ia mundur mejauh. Nafasnya mulai terengah dengan dada yang naik turun. Keringat sudah membasahi tubuh Anggi. Tapi ia merasa sedikit lega. Benda yang ia incar sudah berada di dekatnya.

Mereka semua berdiri. Menatap Anggi dengan beringas. Si botak menyeringai padanya. Tepat ketika mereka maju, Anggi mengambil rantai besi berukuran sedang yang sudah berkarat itu. Panjangnya sekitar satu meter.

CHANGEOVERWhere stories live. Discover now