32. LATIHAN

1.6K 275 54
                                    

32. LATIHAN

Anggi keluar tepat saat sekolah sudah sepi. 20 menit sejak bel pulang berbunyi. Ia benar-benar terlihat seperti orang yang bersembunyi dari para netizen yang mengeroyoknya. Tidak! Anggi tidak bersembunyi ke toilet dan ia melakukan itu karena takut menjadi bahan gunjingan orang lain.

Hanya saja, ia sedang kebingungan mengambil keputusan saat ini. Apa yang Nanda ucapkan memang ada benarnya. Lagi pula, masalah ini milik Shera. Anggi seharusnya tidak berhak ikut andil di dalamnya. Mungkin ini memang sudah saatnya. Anggi berada di sini tanpa kehendaknya sendiri bukan?

Matanya bertubrukan dengan sosok cowok berjaket putih di ambang keluar pintu gedung. Anggi melengos sambil mengerucutkan bibirnya. Melewati orang tersebut begitu saja.

Anggi mendengar dia menghela nafas.

Tidak sampai disitu, ia melihat Rigan duduk bersedekap di atas motornya. Seakan-akan cowok itu sengaja berdiri di sana. Menunggunya—mungkin.

Dia menegakkan punggunya begitu melihat dirinya. "Ngapain lo? Lo nungguin gue?" tanya Anggi langsung. 

"Gue mau lo ikut gue ke markas,"

Anggi melotot. Ia ingin mengucapkan sesuatu tapi, "nggak ada penolakan," Rigan menyela.

Sekilas Anggi menoleh ke arah Juan. Cowok itu mengalihkan pandangannya. "Liat apaan lo!" tuding Rigan.

"Markas? Markas geng lo maksudnya?" Rigan mengangguk. "Ngapain gue ke sana kurang kerjaan banget,"

"Em..." sangat terlihat sekali Rigan sedang mencari alasan. "Nyx sama Alister yang nyuruh gue. Gue udah bilang kalau lo mau ngelatih mereka, tapi lo ingkar janji. Akhirnya, mereka nyuruh gue apapun caranya buat bawa lo ke markas."

Anggi memicingkan matanya. "Bukannya lo ketuanya, ya? Sejak kapan lo nurut disuruh-suruh?" balas Anggi.

"Em... Pokoknya gue nggak mau nerima penolakan. Lo ikut gue sekarang!" Rigan mencekal tangan Anggi.

"Eh, apa-apaan nih?" Anggi meronta. "Atau mungkin lo kali yang nyari alasan doang." semprong Anggi.

Rigan menatap telapak tangan kiri miliknya. Kedua alisnya menyatu ketika Rigan melihat bagian itu terus. "Emm...maaf yang waktu itu itu," ujarnya tiba-tiba, pelan.

Anggi terdiam cukup lama, tapi ia akhirnya mengerti apa maksud ucapan Rigan. Tentang luka di tangannya. "Udahlah lupain aja,"

Cowok itu menoleh spontan. "Gue pengen ngomong sesuatu sama lo," guman cowok itu pelan. Wajahnya terlihat serius membuat Anggi sangat yakin Rigan sedang tidak ingin dalam mode menyebalkan. Ia sungguh-sungguh. 

"Mau ngomong apa? Kenapa nggak sekarang aja,"

"Sekolah sepi gini. Gue mau sesuatu yang penting. Enggak di sini. Lo ikut gue ke markas." tutur Rigan. Sepenting itukah?

Anggi menghela napas pendek. "Oke,"

Entah benar atau tidak, ia melihat Rigan menahan senyum.

****

Seharusnya Anggi tidak berada di tempat ini, namun inilah yang sekarang terjadi. Sebuah rumah bergaya Victoria dengan pagar besi yang tidak mencolok. Area di sekitar bangunan tersebut tidak ada perumahan apapun melainkan hutan. Tempat ini terpencil dan pastinya terisolasi dari hiruk-pikuk. Dan inilah dia, markas besar geng Manover.

CHANGEOVERWhere stories live. Discover now