14. KELOMPOK TIDAK DIKENAL

2.5K 275 7
                                    

14. KELOMPOK TIDAK DIKENAL

"Shera! Tolong kamu berikan formulir ini ke Razael, ya?" ucap seorang guru didepannya. Anggi mengalihkan pandangannya dari lembar jawab. Menatap kertas yang disodorkan seorang guru itu.

"Ha? Kok saya sih bu. Yang lain kan bisa. Saya lagi sibuk." balas Anggi. 

Bu Uci---selaku pengawas hari ini---melotot pada Anggi. "Kan saya nyuruhnya kamu! Sudah. Tolong kasih ini ke dia, ya? Biasanya dia udah selesai ngerjain ujian. Lagi di depan kelas palingan. Cepetan, keburu dia pergi nanti!"

"Hahh..!" Anggi mendesah pasrah. Padahal sisa soalnya tinggal satu. Bentar lagi selesai ah, kebangetan banget nih guru.

Anggi melangkah malas dari kelas berjalan dengan ogah-ogahan menuju kelas 12, IPA 1. Ia sudah mengetahui seluruh seluk-beluk sekolah ini berkat teman-teman barunya. Tidak lama, Anggi melihat Razael tengah duduk di bangku panjang sambil memegang buku. Pandangan cowok itu mengarah pada benda kotak dari kertas itu. Fokus.

Ia jadi teringat akan Liliana yang terus saja menyanjung Razael dari pada Rigan. Padahal mereka kan, saudara. Benar bukan? Tapi Anggi masih tidak mengerti tentang pernyataan bahwa mereka bukan kandung. Masalah orang juga, Anggi tidak ingin ikut terlibat apapun itu.

"Bu Uci nyuruh gue ngasih ini ke elo." ucap Anggi mengulurkan benda itu di depan Razael. 

Cowok itu mendongak. Mata mereka bertemu kemudian. Anggi mengernyit saat Razael justru memandangnya lama. "Lo kesambet? Pengang nih, tangan gue penggel."

Razael menerima kertas itu. Dirinya kemarin memang bilang ingin mengikuti acara amal di sebuah panti asuhan. Acaranya masih lama. Sekitar beberapa bulan. Jadi jika ingin mengikuti acara itu, harus mendaftar dulu di tulis di formulir pendaftaran. Ia tidak menduga bahwa Shera yang memberikannya. 

Tapi, ada banyak hal yang ia pikirkan tentang cewek di depannya ini---beberapa hari belakangan.

"Tunggu!"

Anggi berhenti melangkah sambil berbalik kembali dan memasang wajah seolah-olah berkata, "kenapa lagi?".

"Kayaknya gue berubah pikiran."

Berubah pikiran? Maksudnya apa Anggi tidak mengerti. Ia bertanya tapi Razael justru berdiri dan pergi dari tempat duduknya. Anggi berdecak. Sok misterius sekali.

🎬🎬🎬

Anggi duduk di kelas. Tepatnya berada dipojokkan. Sudut tembok dekat jendela. Semua siswa dan siswi sudah keluar dari kelas lima menit yang lalu---kelas sudah kosong. Tangan kirinya sudah baik-baik saja. Bahkan perbannya sudah Anggi lepas. Tapi masih ada bekasnya yang terlihat jelas. Anggi sudah melepas benang jahitan itu kemarin di rumah sakit, sambil berkunjung juga di tempat dirinya yang sesungguhnya terbaring kristis. 

Anggi bingung bagaimana caranya agar ia bisa kembali. Semuanya seakan terlihat mustahil baginya. 

"Lah, ternyata di sini! Kenapa lo gabut? Kayak orang lagi putus asa banget!!" Sandra berteriak di ambang pintu. Ia bersama Lissa berlari menghampiri Anggi.

"Kenapa lo?" tanya Lissa.

Anggi memandang mereka tidak suka. Merasa terganggu. "Gue males keluar. Udah sana ah," usir Anggi.

"Yee.. Kok gitu sih jawabannya. Kalau lagi ada masalah tuh cerita. Kita kan udah jadi temen." ucap Lissa terdengar seperti satu-satunya solusi bagi Anggi.

"Iya, masalah lo sama nyokap, ya?" tanya Sandra. 

Anggi menggeleng lemah. "Bukan itu. Ini lebih rumit dari yang kalian duga."

CHANGEOVEROnde histórias criam vida. Descubra agora