Bagian 39

12.7K 1.3K 81
                                    


Bagian 39

•°•°•

Morana dan Gladis berjalan beriringan menuju gerbang. Bel pulang baru saja berbunyi, tentu saja suasana sangat ramai dengan para murid yang berlomba menuju rumah masing-masing.

"Mau langsung balik?" tanya Morana, menoleh pada Gladis yang berjalan di sampingnya.

"Iya. Tuh, udah dijemput," tunjuk Gladis pada mobil yang baru saja tiba, Nicolas keluar sambil melambai ke arah kekasihnya.

Morana berdehem, menggoda sahabatnya yang terlihat membalas lambaian Nicolas, "Cie, yang bentar lagi tunangan,"

Gladis menoleh, menatap bingung pada Morana, "Tunangan?" ulangnya bertanya.

Morana mengangguk semangat, "Nenek lo kemarin bilang gitu. Bakal ada acara tunangan buat lo, udah booking restoran gue malah," jelas Morana.

Gladis terlihat berbinar mendengarnya, ia menggenggam tangan Morana erat, "Serius? Padahal Kak Nico baru beberapa kali main ke rumah, nggak nyangka bakalan di surprise kayak gini," girang Gladis. Beberapa kali, Nicolas berkunjung ke rumahnya, bertemu dengan kedua orang tua Gladis, bahkan pernah ikut dalam acara perkumpulan keluarga, dan mereka menerima kehadiran Nicolas dengan ramah.

"Congrats ya," kata Morana ikut senang.

"Lo cepat nyusul, cowok lo udah bisa cari duit sendiri, tuh," Gladis balik menggoda Morana.

"Iya iya. Sana balik, ditungguin, tuh," Morana mendorong bahu Gladis pelan.

"Bye! Nanti hangout bareng, gue kabarin," kata Gladis, setengah berteriak karena jaraknya lumayan jauh dari Morana.

Morana hanya mengangkat jempolnya, melangkah ke arah mobil Elang yang menunggunya di depan minimarket, tak jauh dari gerbang sekolah.

Saat di mobil, baik Morana maupun Elang hanya diam, membiarkan kesunyian mengisi perjalanan mereka.

Morana memberanikan diri menengok ke arah Elang yang sedang fokus menyetir, terlihat tidak ingin memulai percakapan sama sekali.

Morana berdeham, ingin mencairkan suasana yang terasa canggung, menatap kjalanan yang mereka lewati, ia kembali menatap Elang dengan raut bingung bertanya, "Kita mau ke mana?" ia baru pertama kali melewati jalanan ini.

"Entah. Ngikut jalan aja," sahut Elang, terdengar acuh, memilih fokus pada jalanan.

"Kok?" Morana kehilangan kata-kata, matanya mengawasi sekitar, sepi dan semakin jauh dari pemukiman. Ia menggenggam seat belt dengan erat.

Elang yang melihat kekasihnya gelisah hanya bisa menahan senyum, senang melihat Morana seperti sekarang.

"Kak, seriusan, mending putar balik. Ini udah jauh banget dari pemukiman,"

"Nanggung kalau putar balik. Kita nggak tau di depan ada apa,"

Morana dengan cepat menghadap Elang, "Karena kita nggak tau, mending pulang aja. Lagian ini hampir gelap," potong Morana cepat, menatap Elang dengan raut peringatan bercampur gelisah.

"Bisa jadi di depan ada yang bagus," bantah Elang.

"Putar balik, atau Moran marah," ancam Morana.

MORANA DUVESSA Where stories live. Discover now