Bagian 22

27.3K 2.7K 68
                                    

Bagian 22


•°•°•


Suasana riuh di malam yang sudah cukup larut, jam menunjukkan pukul 23:17 PM. Seharusnya di waktu seperti itu sudah saatnya untuk mengistirahatkan tubuh, namun berbeda dengan segerombolan manusia yang berdiri di jalanan yang sepi dan jarang di lalui oleh kendaraan, apalagi sudah larut seperti ini.

Pepohonan tinggi yang berjejer rapi di pinggir jalan dan banyak motor maupun mobil yang terparkir sembarangan di pinggir jalan, beberapa orang membentuk kelompoknya sendiri.

"Ck! Nih geng ular lama amat dah, sok-sokan nantangin balap, malah ngaret gini," gerutuan itu berasal dari Bagas yang asik menghembuskan kepulan asap dari mulutnya.

"Sabar, mungkin kejebak macet," celetuk Miko.

Masih ingat dengan Miko, Revan, Jeff, Neo dan Fahri? Mereka anggota Garuda, geng motor yang memang menjalin persahabatan erat dengan OCEAN, sejak awal kedua geng itu terbentuk, kedua pemimpinnya sudah menjalin ikatan persahabatan, dan terus berlangsung sampai sekarang.

"Mata lo picek? Yakali jam segini macet," delik Neo ngegas.

"Kok lo emosi, sih?"

"Biasa, lagi berantem sama ceweknya," sahut Fahri santai, membuka bungkus permen yang ia bawa dari markas untuk ia makan di saat seperti ini, karena ia tidak suka rokok.

"Ri, bagi permen," kata Mikhail menghampiri Fahri dan berdiri di samping pria itu.

"Coba nyebat deh, dari pada makan permen," celetuk Revan.

Jeff mendelik tak terima, "Heh! Jangan bawa aliran sesat," kata Jeff membuang puntung rokoknya ke selokan yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Sesat apaan, njir? Gue, kan, nawarin,"

"Nawarin nya jangan yang begituan, udah tau orang tua Fahri kerasnya kayak apa," kata Neo.

Ayah dari Fahri memang sangat tegas. Maklum, ia merupakan seorang komandan besar Angkatan Laut yang disegani banyak orang. Melarang keras anak-anaknya menyentuh barang-barang yang dapat merugikan diri sendiri, Fahri memang nakal, tapi ia tau batasan. Meskipun sering tawuran dan bersahabat dekat dengan dunia malam, ia masih bisa mengontrol diri untuk itu.

"Iya iya, maafkan saya paduka," Revan menundukkan badannya ke arah Fahri, tapi pria itu terlihat tidak perduli dengan obrolan para sahabatnya dan asik berceloteh dengan Mikhail, membicarakan rasa permen apa saja yang menurutnya enak.

"Etdah! Punya sohib nggak ada yang bener," Revan merasa kesal karena diabaikan.

Sudah biasa diabaikan.

Ressa datang menyugar rambutnya dengan sok keren, "Bro, apa kabar?" sapa Ressa pada anggota Garuda yang berada di sana.

"Baik, tumben telat lo," Miko mewakili setelah bersalaman singkat ala laki-laki.

"Tadi ketiduran, untung nggak telat," Ressa menyahuti dengan santai.

Bisa-bisanya ketiduran padahal semua sahabatnya mengatakan kalau akan berangkat bersama dari basecamp menuju tempat balapan, namun Ressa malah melupakan hal itu, di telfon berulang kali namun tidak di jawab, dan sekarang Ressa muncul dengan tampang tanpa dosa.

"Mau rokok?" tawar Revan.

"Nggak, makasih. Ntar gue mati muda,"

"Hilih, ntir gui miti midi," ejek Neo membuat Ressa mendelik.

"Iyalah, udah ada peringatan rokok membunuhmu, masih aja dihisap,"

"Rokok membunuhmu, bukan membunuhku," jawab Miko santai.

MORANA DUVESSA Where stories live. Discover now